Wakapolres Karanganyar Diserang
Penyerang Wakapolres Karanganyar Ternyata Mantan Napi Teroris, Pemakamannya Ditolak Warga
Karyono Widodo (46), pelaku penyerangan Wakapolres Karanganyar, Kompol Busroni
Editor:
Hendra Gunawan
Menurutnya, apabila tindakan itu tidak dilakukan keselamatan orang di sekitaran bisa terancam.
"Kalau tidak dilakukan tindakan cepat-terukur, orang lain menjadi sangat berisiko, risiko keselamatan orang lain lebih tinggi bila tidak dilumpuhkan," kata Juliyatmono.
Juliyatmono menilai peran orang tua menjadi penting guna menekan adanya kasus
penyerangan serupa.
"Benteng utamanya adalah orang tua, mari orangtua, bapak/ibu cek betul
anak-anak apalagi saat ini sedang belajar di rumah," ujar Juliyatmono.
"Itu bisa membuat kedekatan anak dengan orang tua jauh lebih intens, orang tua bisa
memahami cara berpikir anak-anak generasi sekarang," papar dia.
"Orangtua harus yakin ke depan anak-anak mereka tidak punya pemikiran yang berbeda dengan pemikiran yang berlaku di negara kita," tutupnya.
Jaringan Thamrin
Pengamat radikalisme dan terorisme, Tayyip Malik menduga pelaku penyerangan Wakapolres Karanganyar Kompol Busroni dan rombongan yang menyebabkan dua orang terluka sabetan senjata tajam semacam celurit termasuk dalam jaringan bom Thamrin.
"Prediksinya, mantan residivis (napiter) yang terlibat kasus bom Thamrin yang pernah ditangkap di Malang," tutur Tayyip.
"Kalau memang benar, ia pernah ditangkap setelah bersembunyi di sebuah makam pada tahun 2016," tambahnya.
Namun Tayyip masih belum mengetahui motif pelaku melakukan penyerangan terhadap rombongan Wakapolres Karanganyar itu.
"Saya belum tahu, melihat di beberapa aksi terbaru, target masih pihak kepolisian," ucap dia.
"Target yang lain apa? belum terlalu signifikan, memang semua dialihkan ke situ (polisi)," tambahnya.
Menurutnya, itu dipicu lantaran beredarnya foto-foto yang melibatkan personel kepolisian saat giat di pintu masuk jalur pendakian via Cemoro Kandang, Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar tersebut.
"Selama ini masih ada, misalnya beredar foto kepolisian, itu membuat semangat tinggi mereka melakukan balas dendam," kata Tayyip.
"Maka penting untuk tidak menyebarkan foto-foto itu, kalau sampai disebarkan itu bisa memunculkan potensi agitasi baru," papar dia.
"Mereka bisa semakin semangat melakukan aksi balas dendam," tutupnya.(Tribun
Network/adi/gus/wly)