Senin, 1 September 2025

Tenaga Kesehatan di Medan Masih Kekurangan APD, Ada Dokter yang Ganti Masker setelah 7 Hari

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Medan meminta agar pemerintah dapat menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan.

Editor: Miftah
SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
SEPI PEMINAT - Petugas medis mengambil sampel spesimen warga saat melalukan tes usap atau swab test di taman kawasan Pasar Keputran Surabaya, Senin (20/7/2020). Tes swab massal yang digelar pemerintah kota Surabaya diperuntukkan untuk pedagang guna memutus mata rantai penularan virus Corona atau Covid-19 pasar Keputran itu sepi peminat. Dari total target 2000 orang pedagang hanya puluhan yang mau mengikuti tes.Fasilitas tes swab tersebut akhirnya dialihkan untuk masyarakat umum dan rujukan dari sejumlah puskesmas di Surabaya. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ Sebelumnya, belasan pedagang Pasar Keputran Surabaya dinyatakan positif COVID-19 setelah dilakukan pemeriksaan test swab sebanyak tiga kali dari 14 hingga 16 Juli 2020. 

TRIBUNNEWS.COM - IDI Medan meminta agar pemerintah menyediakan APD bagi tenaga kesehatan, terutama yang menjadi relawan Covid-19.

Tenaga kesehatan di Medan saat ini masih mengelugkan kekurangan APD.

Bahkan sejumlah dokter memakai masker N95 selama tujuh hari.

Ketua IDI Medan, dr. Wijaya Juwarna Sp-THT-KL, beberapa tenaga kesehatan di Medan masih mengeluhkan kekurangan APD.

"Sebagian masih mengeluhkan kurangnya APD. Beberapa dokter memakai masker N95 selama tujuh hari, baru kemudian diganti," ungkap dr Wijaya, Minggu (2/8/2020).

Dikatakannya, pihaknya terus mengingatkan agar rumah sakit maupun dokter untuk memastikan ketersediaan APD untuk para tenaga medis ini.

"Mengenai APD, IDI senantiasa berkoordinasi dengan RS dan para dokter untuk senantiasa memenuhi kebutuhan APD. Juga setiap pemberitaaan dan rapat di DPRD kami selalu berusaha menyuarakan," katanya.

Baca: VIRAL Kisah Dokter Selalu Pakai APD Lengkap tapi Positif Corona hingga Tak Bisa Cium Parfum

Baca: Tanggapan Dokter Achmad Yurianto Soal Wawancara Anji dengan Profesor Penemu Obat Covid-19

Baca: Akui Bukan Anggota IDI, Hadi Pranoto Ungkap Perbedaan Dirinya dengan Dokter

SEPI PEMINAT - Petugas medis mengambil sampel spesimen warga saat melalukan tes usap atau swab test di taman kawasan Pasar Keputran Surabaya, Senin (20/7/2020). Tes swab massal yang digelar pemerintah kota Surabaya diperuntukkan untuk pedagang guna memutus mata rantai penularan virus Corona atau Covid-19 pasar Keputran itu sepi peminat. Dari total target 2000 orang pedagang hanya puluhan yang mau mengikuti tes.Fasilitas tes swab tersebut akhirnya dialihkan untuk masyarakat umum dan rujukan dari sejumlah puskesmas di Surabaya. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ

Sebelumnya, belasan pedagang Pasar Keputran Surabaya dinyatakan positif COVID-19 setelah dilakukan pemeriksaan test swab sebanyak tiga kali dari 14 hingga 16 Juli 2020.
SEPI PEMINAT - Petugas medis mengambil sampel spesimen warga saat melalukan tes usap atau swab test di taman kawasan Pasar Keputran Surabaya, Senin (20/7/2020). Tes swab massal yang digelar pemerintah kota Surabaya diperuntukkan untuk pedagang guna memutus mata rantai penularan virus Corona atau Covid-19 pasar Keputran itu sepi peminat. Dari total target 2000 orang pedagang hanya puluhan yang mau mengikuti tes.Fasilitas tes swab tersebut akhirnya dialihkan untuk masyarakat umum dan rujukan dari sejumlah puskesmas di Surabaya. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ Sebelumnya, belasan pedagang Pasar Keputran Surabaya dinyatakan positif COVID-19 setelah dilakukan pemeriksaan test swab sebanyak tiga kali dari 14 hingga 16 Juli 2020. (SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ)

Dihubungi terpisah, Ketua Perhimpunan Dokter Umum Indonesia atau PDUI Cabang Sumut, dr Rudi Rahmadsyah Sambas mengatakan ketersediaan APD di Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan seperti klinik masih kurang.

"Masalah APD juga khusus nya di puskes dan di faskes klinik masih minim. Kalau bisa pemerintah melakukan sidak atau kunker kunjungan kerja mendadak enggak usah ramai-ramai hanya beberapa orang saja. Memastikan maksimal enggak APD nakes di fasilitasi kesehatan yg melayani masyarakat di Kabupaten/Kota di Sumut masih kurang," katanya, Minggu.

Rudi mengatakan bahwa perlu adanya evaluasi kinerja dari Gugus Tugas untuk mencegah jatuhnya tenaga medis yang terpapar Covid-19.

"Segera evaluasi kinerja Gugus Tugas Sumut agar jangan ada lagi dokter dan nakes gugur," tambahnya.

Jangan Digabung

Wijaya Juwarna menilai kebijakan New Normal yang diberlakukan di Medan terkesan terburu-buru sehingga dampak yang dihasilkan cenderung kurang bisa dikendalikan terkhusus dari segi risiko terpapar virus corona.

"Solusinya menurut saya harus dari hulunya. Kebijakan New Normal yang terkesan agak terburu-buru membuat kelonggaran terutama pada tempat-tempat keramaian. Masih banyak kita lihat yang tidak disiplin memakai masker," ungkap dr Wijaya.

Selain itu, kata Wijaya, sebaiknya hanya sebanyak hanya 30 persen rumah sakit di daerah yang khusus menangani Covid-19.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan