Kasus Kepala Sekolah di Palembang Hukum Siswa Berujung Operasi: Akui Injak Siswa di Bagian Ini
Faril mengakui mengakui memberikan hukuman push up kepada para siswanya karena bolos
Editor:
Erik S
"Jadi memang jarak waktunya cukup lama ini. Padahal sebelumnya, setelah mendapat hukuman, dia (HN) masih bisa sekolah seperti biasa. Itu di bulan November kejadiannya. Sedangkan dia dioperasi baru di Januari kemarin," ujarnya.
Atas apa yang terjadi, Faril dan tim kuasa hukumnya menduga ada campur tangan oknum-oknum tak bertanggungjawab yang ingin memperkeruh suasana.
"Saya dengar dari Pak Kepala Dinas, ada yang minta beliau untuk menekan supaya saya ini dipanggil dan dimediasi. Itu oknum mengatasnamakan LSM. Saya juga ditelepon oleh oknum mengatasnamakan LSM juga, menekan saya. Saya tanya, substansinya apa sehingga jadilah seperti ini kabar yang beredar," jelas dia.
Ada peran oknum
Tim kuasa hukumnya juga menilai, ada dugaan unsur eksploitasi anak selain dugaan upaya pemerasan dalam persoalan ini.
Baca juga: Menteri PPPA: Stop Victim Blaming kepada Korban Kekerasan Seksual
"Paling penting, memang kami melihat ada dugaan unsur eksploitasi anak. Dikarenakan anak yang sudah sakit lama, malah dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu baik itu pribadi atau pihak-pihak tertentu," ujar kuasa hukum Faril, Welly Anggara SH didampingi Septalia Furwani SH dan Antoni SH dalam keterangannya dihadapan awak media, Sabtu (12/2/2022).
Menurutnya, tidak ada bukti yang menyatakan kliennya bersalah.
Untuk itu mereka menunggu itikad baik dari pihak terlibat untuk memberi kejelasan dihadapan umum perihal kabar yang sudah beredar.
"Apabila tidak ada itikad baik dari pihak-pihak itu, pasti akan kami tempuh jalur hukum ke depannya," ujar dia.
Penjelasan keluarga
Sebelumnya H (15) terbaring lemah di rumah sakit karena mengalami sakit di bagian perut dan harus dioperasi diduga usai diberi hukuman oleh sekolahnya.
Diketahui kini H hendak menjalani operasi kedua di RSUD Bari Palembang karena mengalami luka di bagian perut.
Kakak kandung H, Lestari (17) menceritakan awal mula adiknya mendapat luka yang mengakibatkan harus dioperasi bermula ketika H telat ke sekolah karena lupa membeli masker.
Baca juga: Oknum TNI Terlibat Penganiayaan Lansia hingga Tewas, Suami Korban Dituding Tukang Santet
"Kejadiannya bulan November 2021 lalu. Waktu dia masuk sekolah lupa beli masker, jadi beli masker dulu kemudian saat datang ke sekolah rupanya sudah telat. Ada kepala sekolahnya nunggu, adik saya dihukum sama empat siswa lain disuruh push up 100 kali," kata Lestari ketika diwawancarai via telpon, Jumat (11/2/2022).
Dia melanjutkan, karena sang adik punya penyakit mag dan tidak sanggup melanjutkan hukuman, akhirnya H meminta izin berhenti setelah melakukan push up beberapa kali.