Kisah Petani Tembakau Wonogiri: Bangun Rumah hingga Beli Mobil, Pandemi Datang Langsung Terpuruk
Kisah Petani Tembakau Wonogiri: Bangun Rumah hingga Beli Mobil, Pandemi Datang Langsung Terpuruk
Editor:
Sanusi
"Kejayaan saya itu tahun 2018 karena cuaca juga mendukung keputusan dari Atas(Tuhan) kita diberikan cuaca bagus saya sendiri hasil agak banyak menyisihkan penghasilan menunjang sarana dan prasarana pascapanen untuk beli pikap Alhamdulillah bersyukur pada tahun itu saya juga bisa menyisihkan rezeki untuk beli mobil keluarga," ujarnya.
Kehidupan Miswanti tidak selalu mulus, setahun setelah ia mengalami masa jaya ujian kemudian muncul.
Cuaca yang tidak mendukung, kering kerontang membuat dirinya dan semua petani kebingungan.
Akhirnya, para petani saat itu berinisiatif membeli mobil air tangki guna mengairi lahan tembakaunya.
"Tahun 2019 dihadapkan cuaca kering lahan saya sendiri 0,25 hektar tidak bisa ditanami. Jalan terakhir beli mobil tangki untuk penghidupan lahan," kata Miswanti.
Ujian semakin berat saat memasuki masa pandemi covid-19 tahun 2020.
Lahan tembakau milik Miswanti diserang hama, gagal panen terjadi.
"Tahun 2020 pandemi datang, tembakau kita juga ada pandemi waktu itu hama trip di Wonogiri terkenalnya oret oret, gagal panen semua," ujarnya.
Meski dirasa berat namun Miswanti tetap gigih dan semangat.
Ia mendapat banyak support dan semangat dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Wonogiri, kemudian dari mitra selalu membantu.
"Kami selalu didampingi pihak dinas pak Parno kabupaten Wonogiri terima kasih selalu memantau dan mensupport kami. Alhamdulillah dan saya sampai saat ini masih mengantongi Rp 90 juta untuk tembakau Wonogiri," ujarnya.
Cerita serupa juga datang dari petani tembakau bernama Roni Setiawan.
Roni yang tadinya berprofesi buruh pabrik kemudian banting setir menjadi petani tembakau pada tahun 2016.
Sama seperti Miswanti penghasilan Roni dari profesi yang ia geluti tersebut cukup menggiurkan.
"Alhamdulillah sama seperti ibu Miswanti sejak 2018 hingga 2021 penghasilannya lumayan," ujar Roni.
Roni mengaku ingin sekali menjadi petani karena tergiur metode kemitraan dengan PT HM Sampoerna Tbk.
Makanya ia rela meninggalkan pekerjaan yang sudah lama dijalani yakni buruh tekstil demi menjadi petani tembakau.
"Saya terus terang mulai bermitra di tahun 2016, sebelumnya saya buruh di Solo saya memiliki ketertarikan menjadi petani karena program kemitraan itu," kata Roni.(Willy Widianto)