Kisah Tukang Becak di Solo, Meski Menabung Uang Receh, Tak Pernah Telat Bayar Iuran Bulanan JKN-KIS
Pengayuh becak bernama Subagyo membayar iuran BPJS lewat menabung uang kecil atau receh dari penghasilan setiap harinya.
Editor:
Pravitri Retno W
Bahkan jadi peserta justru dikarunia kesehatan terus.
"Gak, gak terasa berat karena nabung jadinya ringan," aku dia.
Terlebih lanjut Pak Bagyo mengaku tak pernah telat membayar iuran meski dua tahun jadi peserta JKN-KIS.
"Pantang telat bayar iuran, saya usahakan tepat waktu. Saya jadwal kalau bayar tanggal 1-6 setiap bulannya," paparnya.
“Jika gak punya duit, bilang anak untuk tolong bayarkan,” kata dia.
Tukang becak lain, Widodo (48) asal Pasar Kliwon menuturkan, keluarganya menerima manfaat JKN-KIS.
Widodo pernah merasa menjadi orang beruntung, karena saat mengurus sang ibu di-cover oleh negara.
“Mondok di RS seminggu itu hampir Rp2 juta, padahal saat itu gak pegang uang," akunya.
"Tapi ditolong JKN-KIS, gak bayar alias gratis tis," tutur dia.
Tak hanya merasakan manfaat itu, saat di rumah sakit lanjut dia, pasien BPJS Kesehatan dan keluarga dilayani dengan baik tanpa membenda-bedakan.
"Matur nuwun (terima kasih) Pak Jokowi, wong cilik (orang kecil) seperti kami dijamin kesehatannya," harap dia.
Selama enam tahun mengayuh becak, dia terkadang dapat uang, tapi pernah tak dapat penumpang.
Bahkan, sampai benar-benar ditunggu sampai larut malam.
"Tuggu sampai jam 2, jam 3 pagi biasa, sampai tertidur di becak, ya 'kan agar pulang ke rumah ada yang dibawa (uang) untuk keluarga," tuturnya.
"Kadang 20 ribu, kadang ya 50 ribu rupiah, tapi tak tentu," jelas dia.