Senin, 1 September 2025

Kisah Inspiratif Ibu Maria Bisa Kuliahkan Anak Berkat Karya Tenun Ikat Warna Alam di NTT

Maria mengatakan dapat membiayai anaknya berkuliah dan menghidupi kebutuhan keluarganya dengan cukup.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Hasanudin Aco
Ist
Di balik gulungan benang yang berakhir menjadi sehelai tenun, Maria Sanam (50), warga Desa Nekemunifeto, Kecamatan Mollo Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur telah melalui berbagai kesulitan demi memperpanjang tradisi tenun ikat warna alam di kampung halaman. 

Akan tetapi kedatangan VOC dan hubungan perdagangan yang intens membuat penduduk setempat beralih ke pewarna sintetis.

“Tidak hanya di NTT, di mana saja di mana ada wastra, wastra itu kain adati berupa tenun, batik, dan segala macam, pasti sejak jaman dulu sudah menggunakan bahan pewarna alam.

Tapi sejak masuknya bahan pewarna sintetis saat VOC masuk, orang-orang asing membawa bahan-bahan pewarna sintetis, secara perlajan mereka beralih ke bahan pewarna sintetis yang lebih cepat pemakaiannya, lebih mudah, dan harganya lebih murah sehingga pewarna alam sebagian besar ditinggalkan,” tutur Suroso.

Menggunakan benang berwarna alam memang bukan perkara mudah. Untuk mendapatkan benang berwarna merah saja benang perlu diminyaki lalu direndam ke sejumlah bahan seperti kemiri, daun dadap, daun widuri, hingga simplokos, dan terakhir diwarnai dengan akar mengkudu.

Proses pewarnaan itu bisa memakan waktu kurang lebih sebulan lamanya.

Warlami bekerja sama dengan BCA menghubungkan kembali tradisi tenun berwarna alam ke komunitas penenun di Desa Nekemunifeto.

“Jadi pewarna alam bukan sesuatu yang baru bagi mereka. Justru kami dari Warlami mengajak mereka kembali menggunakan tradisi dan teknik yang sebenarnya sudah ada di mereka,” kata Suroso.

“Sa sangat berterima kepada program CSR Bakti BCA yang telah membantu sa dan para pengrajin lainnya untuk memasarkan hasil tenun kami. Ini telah membantu para pengrajin tenun di Desa Nekemunifeto untuk bisa melestarikan budaya tenun bangsa serta membantu perekonomian kami,” kata Maria.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, BCA peduli akan kelestarian budaya luhur Indonesia senantiasa berkomitmen mendukung kegiatan pembinaan penenun berwarna alam di Desa Nekemunifeto, NTT.

“Wastra Nusantara merupakan bentuk warisan budaya yang sudah selayaknya mendapatkan perhatian khusus,” kata Jahja Setiaatmadja.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan