Rabu, 20 Agustus 2025

Minder Karena Ketahuan Tidak Bisa Baca, Siswa SMP Negeri di Pangandaran Ini Putuskan Keluar Sekolah

29 siswa-siswi SMP Negeri 1 Mangunjaya ternyata belum bisa baca tulis. Mereka bahkan ada yang duduk di kelas IX dan siap-siap kelulusan.

Editor: Erik S
freepik
Ilustrasi anak-anak membaca - Satu siswa SMP Negeri 1 Mangunjaya, Kecamatan Mangunjaya, Pangandaran, Jawa Barat, memilih keluar sekolah karen tidak bisa. 

TRIBUNNEWS.COM, PANGANDARAN - Satu siswa SMP Negeri 1 Mangunjaya, Kecamatan Mangunjaya, Pangandaran, Jawa Barat, memilih keluar sekolah karen tidak bisa.

Guru sekolah sekaligus koordinator Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di Pangandaran Dian Eka Purnamasari mengatakan siswa tersebut minder.

Baca juga: Puluhan Siswa SMP Negeri di Pangandaran Tidak Bisa Baca, Guru Sebut Karena Pandemi Covid-19

Diketahui, 29 siswa-siswi SMP Negeri 1 Mangunjaya ternyata belum bisa baca tulis. Mereka bahkan ada yang duduk di kelas IX dan siap-siap kelulusan.

"Ada satu orang, dua tahun kemarin [keluar). Ketahuan tidak bisa membaca," ujar Dian, Kamis (3/8/2023).

Saat ketahuan tidak bisa membaca, kata Dian, guru wali kelas sempat menyarankan anak tersebut belajar membaca waktu pulang sekolah. 

"Tapi, mungkin saya enggak tahu bagaimana, apakah ada temannya yang iseng atau bagaimana. Akhirnya, dia merasa minder karena teman-temannya sudah bisa membaca tapi dia belum," katanya.

Padahal, guru-guru sudah mencoba untuk menahan siswa tersebut untuk tidak memilih keluar sekolah SMP.

"Tapi, susah," ujarnya. "Karena, kata orang tuanya itu, anaknya sudah enggak mau bersekolah lagi karena malu." 

Biasanya, kata Dian, guru meluangkan waktunya untuk mengajar siswa agar belajar membaca ketika waktu pulang atau setelah selesai waktu kegiatan belajar mengajar.

Baca juga: Dua Tahun Belajar Virtual, 10 Persen Siswa SD di Lombok Barat Tidak Lancar Baca Tulis

"Nah, mungkin ada siswa lain yang melihat dia tidak pulang dan sedang belajar membaca di sekolah."

"Jadi, akhirnya minder dan anak itu enggak mau bersekolah lagi," ujarnya.

Dian mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan agar anak tersebut tak berhenti sekolah.

"Tapi tetap mau keluar dan katanya mau pindah ke sekolah Mts. Jadi, ya udah yang penting jangan sampai putus sekolah. Setelah itu, baru diizinkan," kata Dian. 

Solusi sekolah

Guna meminimalisir jumlah pelajar belum bisa membaca, SMP Negeri 1 Mangunjaya akan mengadakan program kegiatan literasi.

"Ada kemungkinan dimasukkan ke dalam P5 (Proyek Pengembangan Profil Pelajar Pancasila). Tapi, ini masih dibicarakan bersama panitia lain,” ujar Dian.

Dalam program literasi ini, kata Dian, siswa yang sudah pandai membaca diwajibkan ikut kegiatan pembiasaan membaca 15 menit.

Baca juga: Sempat Lambat Baca Tulis, Mahasiswi UNY Lulus dengan IPK 3,93 dan Berprestasi

Namun, bagi siswa yang belum bisa membaca serta menulis, diwajibkan ikut pelajaran tambahan membaca dan menulis.

"Satu guru membimbing dua orang [yang belum bisa membaca dan menulis," ujarnya.

"Saya harap dengan program literasi sekolah yang akan dilaksanakan ini, siswa-siswi bisa lancar membaca dan menulis. Karena, itu kan keterampilan dasar, modal mereka belajar lebih banyak lagi," ujarnya.

Dian mengaku bingung bagaimana puluhan siswa itu bisa sampai tidak bisa membaca.

Ia mempertanyakan bagaimana mereka  waktu bersekolah di tingkat SD.

"Kalau kurang guru kayaknya enggak. Saya juga enggak tahu itu bagaimana waktu sekolah di SD-nya,” ujarnya.

Dian mengatakan, untuk para siswa baru, ketika masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) SMP, mereka membuat tes yang intinya untuk melihat apakah anak itu bisa menulis atau membaca. 

“Nah, hasilnya ya begitu (tidak bisa membaca dan menulis). Kami juga enggak tahu di SD-nya itu seperti apa."

"Kami menerima sudah seperti itu," ujarnya.

Dian mengatakan, dulu, untuk  masuk sekolah ke jenjang berikutnya dilihat dari NEM.

"Tapi, kalau sekarang secara zonasi bisa diterima, secara kuota sekolah juga memadai, yang akhirnya kan harus kami terima anak tersebut untuk bersekolah,” ujarnya.

Diketahui 29 siswa tersebut sebagian besar pelajar laki-laki.

11 siswa adalah kelas VII, 16 siswa dari kelas VIII dan dua siswa dari kelas IX.

Dian mengatakan, salah satu penyebab para siswa itu belum bisa membaca karena proses belajar-mengajar di bangku sekolah dasar tidak efektif saat pandemi Covid-19.

Penyebab lainnya, kata Dian, kondisi orang tua yang mungkin terlalu sibuk dengan aktivitasnya sehingga akhirnya tidak ada stimulus dan bimbingan belajar dari orang tua.

 "Saya juga merasa sedih, kasihan. Khawatir mereka minder di kelas. Makanya, saya biasanya memberi tanda pada buku nilai," ujar Dian.

Dia menduga, hal serupa terjadi tidak hanya di sekolah tempatnya mengajar.

"Kayaknya (di SMP lain di Pangandaran) sama saja."

"Malah saat saya lihat komentar di salah satu pegiat pendidikan di Instagram, banyak yang mengeluhkan," ujarnya. 

Penulis: Padna

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Miris, Puluhan Siswa SMP di Pangandaran Tak Bisa Baca, Ada yang Minder Lalu Keluar dari Sekolah

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan