Jumat, 5 September 2025

Nasib Ponpes di Lombok Barat yang Pimpinan Yayasannya Lecehkan Santriwati

Inilah kabar terbaru soal kasus rudapaksa dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh salah satu pimpinan pondok pesantren di Lombok Barat, NTB.

Freepik
PELECEHAN SEKSUAL - Gambar dari tangkapan layar laman Freepik yang diambil pada Rabu (23/4/2025) untuk menampilkan ilustrasi pelecehan seksual. Inilah kabar terbaru soal kasus rudapaksa dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh salah satu pimpinan pondok pesantren di Lombok Barat, NTB. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang pimpinan yayasan pondok pesantren (Ponpes) di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat melecehkan santriwatinya.

Pria berinisial AF tersebut melecehkan korban dengan modus menyucikan rahim.

Bahkan, korban kebejatan AF ini mencapai 20 orang, namun baru tujuh orang yang sudah melapor ke Polres Mataram.

Buntut dari kasus ini, Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) NTB, Zamroni Aziz akan memberi sanksi bagi ponpes yang melakukan pelanggaran.

Sanksi tersebut bisa berupa teguran hingga pencabutan izin operasional.

"Kami akan tindak tegas sesuai dengan regulasi yang ada," kata Zamroni, Selasa (22/4/2025) dikutip dari TribunLombok.com.

Selain itu, ia juga meminta kepada penegak hukum untuk menindak tegas pelaku kekerasan seksual ini.

"Kita minta APH (Aparat Penegak Hukum) tindak tegas yang bersangkutan (terduga pelaku AF)," kata Zamroni.

Sementara itu, perwakilan dari Koalisi Anti Kekerasan Seksual NTB, Joko Jumadi menuturkan bahwa peristiwa kekerasan seksual ini yang dialami para santriwati ini dilakukan sejak tahun 2016 hingga 2023 lalu.

"Korban (kini) sudah menjadi alumni," kata Joko Jumadi, pada TribunLombok.com, Senin (21/4/2025).

Joko yang juga Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram ini baru terungkap setelah para korban menonton serial drama Malaysia berjudul "Bidah".

Baca juga: Update Pencabulan Santriwati di Lombok: Gubernur NTB Temui Korban, Pimpinan Ponpes Dipecat

Serial drama tersebut menceritakan seorang pimpinan ponpes bernama Walid yang memperdaya para santriwatinya supaya bisa disetubuhi.

"Karena film Walid ini mereka berani untuk speak up," jelas Joko Jumadi.

Ia juga membenarkan bahwa ada 20 santriwati yang mengaku sebagai korban.

Namun, baru tujuh orang yang lapor polisi dan sudah diperiksa.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan