Jumat, 5 September 2025

Respons Gubernur NTB soal Pengajar Pondok Pesantren Lakukan Kekerasan Seksual ke Santriwatinya

Gubernur Nusa Tenggara Barat, Lalu Muhamad Iqbal sebut akan temui santriwati yang jadi korban kekerasan seksual oleh seorang pimpinan ponpes

ISTIMEWA
PERLINDUNGAN KORBAN PELECEHAN - Gubernur Provinsi NTB Lalu Muhamad Iqbal saat menelepon UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak dan LPA NTB, Selasa (22/4/2025). Ia meminta santriwati yang menjadi korban kejahatan seksual oknum pimpinan yayasan ponpes ditangani serius. 

TRIBUNNEWS.COM - Kabar dugaan kejahatan seksual yang dilakukan oleh seorang pimpinan pondok pesantren (ponpes) di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) sampai ke telinga Gubernur Lalu Muhamad Iqbal.

Diketahui, ada 20 santriwati yang jadi korban kekerasan seksual oleh pelaku dengan modus mensucikan rahim.

Lalu Muhamad Iqbal pun meminta lembaga Perlindungan Anak (LPA) dan UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) untuk membantu menangani kasus ini.

Mengutip TribunLombok.com, ia mengaku, akan menemui para korban untuk melihat secara langsung kondisinya.

Demikian yang disampaikan Ketua LPA Kota Mataram, Joko Jumadi.

"Iya, Pak Gubernur sudah telepon saya meminta supaya komunikasi dengan dinas teknis, UPTD, dan Kabupaten Lombok Barat," ujar Joko.

Ia menuturkan, gubernur dan pihaknya telah berkomunikasi terkait kasus ini, termasuk membahas perlindungan terhadap korban.

"Para korban ini kami jaga kerahasiaannya. Sementara yang sudah kami temui ada delapan orang," bebernya. 

Sebelumnya, Joko menuturkan, peristiwa kekerasan seksual yang dialami para santriwati ini dilakukan sejak tahun 2016 hingga 2023 lalu.

"Korban (kini) sudah menjadi alumni," kata Joko Jumadi, pada TribunLombok.com, Senin (21/4/2025).

Ia menceritakan, korban berani melapor setelah menonton serial drama Malaysia berjudul "Bidah".

Baca juga: Nasib Ponpes di Lombok Barat yang Pimpinan Yayasannya Lecehkan Santriwati

Serial drama tersebut, menceritakan seorang pimpinan ponpes bernama Walid yang memperdaya para santriwatinya supaya bisa disetubuhi.

"Karena film Walid ini mereka berani untuk speak up," jelas Joko Jumadi.

Ia juga membenarkan bahwa ada 20 santriwati yang mengaku sebagai korban.

Namun, baru tujuh orang yang lapor polisi dan sudah diperiksa.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan