Tekan Angka Kasus Dengue di Minahasa Utara, Vaksinasi DBD Difokuskan untuk Anak Usia SD
Tiga tahun terakhir, Kabupaten Minahasa Utara di Sulawesi Utara, mengalami peningkatan kasus dengue (DBD).
Penulis:
Willem Jonata
Editor:
Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tiga tahun terakhir, Kabupaten Minahasa Utara di Sulawesi Utara, mengalami peningkatan kasus dengue (DBD).
Pada 2022 tercatat 116 kasus dengan 1 kematian, meningkat menjadi 404 kasus dengan 3 kematian pada 2023.
Kemudian pada 2024, meningkat lagi menjadi 800 kasus dengan 4 kematian, dengan tingkat kejadian (Incidence Rate/IR) DBD di kabupaten ini pun selalu di atas target nasional, yaitu 10/100.000 penduduk.
Bupati Minahasa Utara, Joune Ganda, dalam acara ‘Sosialisasi Tatalaksana Skrining Kanker Serviks dan Pencegahan Penyakit Dengue’, menyambut baik dukungan Kementerian Kesehatan RI melalui Strategi Nasional Penanggulangan Dengue (Stranas Dengue) 2021–2025, yang menjadi panduan komprehensif dalam upaya pengendalian dengue secara berkelanjutan di seluruh Indonesia.
Sehubungan hal tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara bekerja sama dengan PT Bio Farma dan PT Takeda Innovative Medicines menggelar kegiatan sosialisasi pencegahan penyakit dengue, serta tatalaksana skrining kanker serviks, kepada pemerintahan kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan, organisasi perangkat daerah, serta dan tenaga kesehatan di puskesmas setempat.
DBD adalah penyakit akibat infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Tingginya intensitas curah hujan memberikan peluang adanya tempat perindukan nyamuk, seperti adanya air hujan di ban bekas, ember tempat menampung air yang terbuka, dan lainnya.
Posisi kabupaten Minahasa Utara, yang terletak di antara dua kota besar yaitu Manado dan Bitung, menyebabkan mobilitas penduduknya sangat tinggi, mempercepat terjadinya penularan virus dengue oleh Nyamuk Aedes Aegypti.
Penyakit DBD ditandai dengan beberapa gejala yang mirip dengan gejala infeksi virus pada umumnya, seperti sakit kepala, tidak enak badan, mual, dan demam.
Namun, demam pada DBD memiliki pola khas yang disebut sebagai siklus pelana kuda.
Kabar baiknya, DBD dapat dicegah. Pencegahan bisa dilakukan dengan memperkuat sistem imun untuk melawan serangan virus dengue, khususnya di Indonesia yang masih sangat rawan demam berdarah.
dr. Stella Safitri, M.Kes., Kepala Dinas Kesehatan Minahasa Utara, menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten telah melakukan berbagai upaya dalam menanggulangi dan menekan penyebaran virus dengue di Minahasa Utara.
“Sejalan dengan pemerintah pusat, dan dengan melibatkan lintas sektor serta lintas perangkat daerah bahkan masyarakat, kami telah menggiatkan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui Gerakan 3M Plus (menguras, menutup dan mengubur/mendaur ulang, plus berbagai tindakan pencegahan lainnya), abatisasi dan fogging,” kata dia.
Namun, menurut dr. Stella, sampai saat ini angka kasusnya masih tetap tinggi, sehingga tahun ini melalui kepemimpinan Bupati, Minahasa Utara telah menyediakan Vaksin DBD untuk meningkatkan kekebalan tubuh, dan diharapkan kasus DBD dapat menurun.
Guna mengendalikan angka kasus dengue di Minahasa Utara, serta melindungi warga dari penyebaran virus dengue, ia melihat perlunya menerapkan pendekatan yang lebih terintegrasi dan inovatif, salah satunya melalui vaksinasi.
"Untuk itu, Dinas Kesehatan akan mengimplementasikan pilot program vaksinasi dengue kepada 500 anak-anak SD/MI di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kalawat dan Kecamatan Dimembe. Kedua kecamatan ini dipilih karena merupakan wilayah endemik dengue dengan kasus tertinggi di Minahasa Utara,” jelas dr. Stella yang ditemui di sela-sela acara
Pada 2024, Kecamatan Kalawat tercatat sebanyak 175 kasus (IR=0,6 persen), dan Kecamatan Dimembe dengan 169 kasus (IR=0,7%) dengan 2 kematian (CFR=1,9%).
dr. Hesty Lestari, SpA, dokter spesialis anak, mengemukakan, “Vaksinasi merupakan salah satu bentuk investasi kesehatan terbaik dalam mencegah dan mengendalikan penyakit menular seperti dengue dan HPV DNA."
Untuk dengue, vaksin telah direkomendasikan oleh asosiasi medis di Indonesia dan dapat diberikan kepada kelompok usia 6 hingga 45 tahun.
Di Kabupaten Minahasa Utara, program vaksinasi akan difokuskan pada anak-anak usia SD/MI, karena mereka termasuk kelompok yang paling rentan terhadap infeksi dan risiko dengue berat.
Penting diketahui bahwa seseorang bisa terinfeksi dengue lebih dari satu kali, dan infeksi berikutnya justru berisiko lebih parah. Itulah mengapa perlindungan sejak dini sangat penting.
"Namun, untuk mendapatkan manfaat optimal, vaksinasi harus dilakukan sesuai dengan dosis dan jadwal yang dianjurkan oleh dokter,” kata dr. Hesty.
dr. Hesty menambahkan bahwa dengue bukanlah penyakit musiman.
Penularan dengue, lanjut dia, bisa terjadi sepanjang tahun dan dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang usia, tempat tinggal, atau gaya hidup seseorang. Karena itu, penting bagi orang tua, pendidik, dan seluruh elemen masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam upaya pencegahan.
Memberikan perlindungan sejak dini melalui edukasi, penerapan pola hidup bersih melalui penerapan Gerakan 3M Plus, dan memberikan akses terhadap pilihan pencegahan yang tersedia merupakan langkah nyata untuk menjaga masa depan anak-anak kita,” tutup dr. Hesty.
Sebagai salah satu mitra dalam penyelenggaraan acara sosialisasi ini, dr. Sri Harsi Teteki, M.Kes., Director of Medical, Institutional and Governance Relations Bio Farma, menyatakan, “Sebagai bagian dari upaya aktif memerangi dengue di Indonesia, Bio Farma terus mendorong perluasan akses vaksin dengue, tidak hanya bagi masyarakat umum, tetapi juga kepada berbagai perangkat negara—termasuk BUMN, BUMD, TNI/Polri, ASN, hingga pemerintah daerah."
"Kami juga berkomitmen untuk membangun kemitraan yang kuat dan berkelanjutan dengan berbagai pihak guna memperkuat ketahanan sistem kesehatan nasional. Edukasi yang konsisten kepada para pemangku kepentingan merupakan kunci, karena dengue adalah tantangan kesehatan yang nyata dan terus mengintai. Dengan kolaborasi lintas sektor, kami optimistis Indonesia dapat mengambil langkah lebih maju dalam mencegah dan mengendalikan penyakit menular seperti dengue,” terangnya.
Mendukung pernyataan yang disampaikan oleh dr. Sri Harsi, mitra lainnya, Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, menyampaikan apresiasinya terhadap komitmen Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara dalam menanggulangi dengue.
“Kami menyadari bahwa pengendalian dengue merupakan proses panjang yang membutuhkan komitmen tinggi dari seluruh pemangku kepentingan untuk secara konsisten melaksanakan berbagai solusi pencegahan."
Pihaknya juga memberikan dukungan kepada setiap upaya yang dilakukan pemangku kepentingan di Indonesia dalam mengendalikan dengue.
Indonesia merupakan negara pertama yang mengimplementasikan program vaksinasi dengue secara publik, dan Minahasa Utara menjadi wilayah pertama di Pulau Sulawesi yang mengambil langkah ini.
Baca juga: Tips untuk Lindungi Si Kecil dari Nyamuk Penyebab DBD
"Kami bangga dapat menjadi bagian dari gerakan yang begitu bermakna ini. Takeda telah berkontribusi terhadap peningkatan kesehatan di Indonesia selama lebih dari 50 tahun, dan kami berkomitmen untuk terus menjadi mitra jangka panjang para pemangku kepentingan di Indonesia. Dalam hal ini, dalam perlawanan terhadap dengue, dan mencapai tujuan bersama Nol Kematian Akibat Dengue pada tahun 2030,” tandasnya.
Peringatan Potensi Tsunami, Pemkab Talaud Sulut Liburkan Sekolah |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Manado, Selasa 29 Juli 2025: Cuaca Cerah Berawan dari Pagi hingga Malam Hari |
![]() |
---|
DBD Acap Disalahartikan Infeksi Virus Ringan Padahal Bisa Berujung Fatal, Deteksi Dini Jadi Krusial |
![]() |
---|
Waspada Dengue Shock Syndrome saat Anak DBD, Berikut Saran Mencegahnya dari Dokter |
![]() |
---|
Jadi Tersangka Kasus Kebakaran KM Barcelona, Nakhoda Iknosi Bawotong Ditahan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.