Kenali 4 Mitos dan Fakta Seputar Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Kenali mitos dan fakta seputar DBD.
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia.
Nyamuk pembawa virus DBD aktif terutama pada pagi hingga sore hari, meskipun kadang-kadang mereka juga menggigit pada malam hari.
Baca juga: DBD Acap Disalahartikan Infeksi Virus Ringan Padahal Bisa Berujung Fatal, Deteksi Dini Jadi Krusial
Mereka lebih sering ditemukan di dalam rumah yang gelap dan sejuk dibandingkan di luar rumah yang panas.
Sampai saat ini belum ada obat khusus yang mengobati penyakit akibat gigitan nyamuk aedes aegyepti betina ini.
Adapun terapi yang diberikan dokter hanya bertujuan meredakan gejala seperti demam atau nyeri, bukan membunuh virusnya.
Inilah mengapa pencegahan menjadi langkah yang paling utama.
Merujuk data Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), sampai dengan minggu ke-25 tahun 2025 (Juni 2025), Jawa Barat tercatat sebagai provinsi dengan jumlah kasus DBD tertinggi di Indonesia, yaitu 17.281 kasus.
Angka kematian akibat dengue di Jawa Barat juga menempati urutan kedua tertinggi secara nasional, dengan 61 kematian.
Kenali 4 Mitos dan Fakta Seputar DBD
1. Terjadi di Musim Hujan
Faktanya: Banyak masyarakat masih beranggapan DBD hanya muncul di musim hujan, padahal infeksi virus ini ada sepanjang tahun.
Walaupun memang, pada saat musim hujan angka kasusnya cenderung naik.

Hal itu disampaikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr. Stephanie Yuliana Usman, SpPD
“DBD adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja, tanpa memandang usia, gaya hidup,
maupun tempat tinggal," kata dr. Stephanie dalam talkshow menyongsong HUT 104 RS Santo Borromeus, Bandung yang baru-baru ini digelar.
2. Terinfeksi Satu Kali Seumur Hidup
Faktanya: Dokter spesialis anak dr. Tony Ijong Dachlan, Sp.A, menekankan, karena virus dengue terdiri dari empat serotipe, seseorang bisa terinfeksi lebih dari sekali.
Infeksi yang berulang berisiko lebih berat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.