Pengakuan Aura Cinta usai Viral karena Debat dengan Dedi Mulyadi: Takut Keluar, Ada yang Pantau
Sosok Aura Cinta yang viral karena berdebat dengan Dedi Mulyadi, mengaku takut keluar rumah karena ada yang memantau.
Penulis:
Pravitri Retno Widyastuti
Editor:
Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.com - Sosok Aulia Cinta yang sempat menjadi sorotan karena berdebat dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengaku takut keluar rumah.
Ia menuturkan, pasca-viral setelah berdebat dengan Dedi, hal itu memengaruhi kehidupannya sehari-hari.
Aura mengaku dirinya takut untuk keluar rumah. Ia bahkan sengaja mengenakan pakaian tertutup untuk menghindari pandangan orang-orang.
Sebab, kata Aura, ada orang-orang yang memantau gerak-gerik dirinya di rumah.
"Pengaruh, mulai dari keluar rumah itu agak-agak takut, jadi pakaiannya tertutup soalnya ada yang mantau," aku gadis bernama asli Egalita Aurelia Devi Artamevia ini, dikutip dari YouTube Nusantara TV, Jumat (9/5/2025).
Adanya orang yang memantau, lanjut Aura, sebab ia pernah menerima pesan di email.
Baca juga: Dedi Mulyadi Tanya soal Keluarga Aura Cinta, Kepala SMAN 1 Cikarang Utara: Masuk Sekolah Pakai SKTM
Pesan itu, berisikan foto dirinya yang sedang keluar rumah.
"Waktu itu terakhir pernah keluar kan, pakaiannya agak sedikit gembel, karena kan di rumah ya, keluar sebentar doang. Terus ada yang DM di email," jelas Aura.
Saat ditanya awal mula berdebat dengan Dedi, Aura mengaku, awalnya hanya berniat membicarakan soal penggusuran rumahnya dan para tetangga di Kali Cikarang Bekasi Laut, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Namun, ia tak menyangka obrolannya dengan Dedi justru berakhir debat panjang.
"Awalnya nggak tahu, dipikir bakal bahas pengangguran. Tapi, malah wisuda," kata Aura.
"Mungkin karena jawaban saya spontan, jadi begitu (beliau respons hingga berdebat)," imbuh dia.
Tak hanya soal perdebatannya dengan Dedi, Aura ditanya mengapa ikut hadir bersama warga korban penggusuran di di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang, pada akhir April 2025.
Menurut pengakuan Aura, ia memang diwajibkan datang bersama keluarganya supaya uang kompensasi penggusuran bisa segera dicairkan.
"Sebenarnya yang wajib hadir itu aku sendiri. Warga sekitar juga hadir, cuma untuk ke sana itu, (keluarga) wajib bawa Aura."
"Soalnya kalau Aura nggak ikut ke sana, uang nggak bakal cair, uang kompensasi (penggusuran)" tutur Aura.
Aura Cinta Ingin Wisuda Sekolah Tetap Digelar
Dalam tayangan YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, Sabtu (26/4/2025), sosok Aura Cinta menjadi perbincangan.
Aura dan ibunya, bersama warga Kali Cikarang Bekasi Laut yang rumahnya digusur, bertemu Dedi untuk bicara mengenai penggusuran itu.
Baca juga: Masa Lalu Aura Cinta Diungkap Kepala SMAN 1 Cikarang Utara: Masuk Jalur Tak Mampu, Sering Syuting
Namun, dalam kesempatan yang sama, Aura juga menyampaikan keberatannya soal larangan wisuda di sekolah.
"Kalau misalnya bisa, wisuda pengeluarannya lebih sedikit. Biar adil, Pak, semua murid bisa ngerasain perpisahan," kata Aura.
Dedi lantas mengingatkan, selama ini sekolah selalu memungut biaya perpisahan kepada orang tua murid.
Hal itu dinilai Dedi memberatkan sebab tak sedikit orang tua yang berutang untuk membayar kegiatan perpisahan atau study tour sekolah.
Aura juga mengakui, pembayaran biaya perpisahan cukup membebani orang tuanya.
Tetapi, ia bersikeras berpendapat perpisahan penting digelar sebab tak semua anak bisa merasakannya.
"Ngerasain perpisahan, duit dari siapa?" tanya Dedi.
"Orang tua," jawab Aura.
"Membebani nggak?" tanya Dedi lagi.
"Iya membebani, Pak. (Tapi) kan ada juga yang cuma lulusan SD, SMP, atau SMA," sahut Aura.
Baca juga: Tabiat Aura Cinta Semasa SMA Dibongkar Kepala Sekolah: Beberapa Kali Izin
Saat kembali ditanya berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar perpisahan ketika SMP, Aura menyebut nominal Rp1 juta.
Padahal, sang ibu yang duduk di sampingnya, mengaku hanya sebagai ibu rumah tangga.
Sementara, sang ayah hanya bekerja menjual botol-botol kaca yang biasa digunakan untuk bensin eceran.
"Waktu (SMP) itu (bayar sekitar Rp1 juta doang, Rp1,2 juta," ungkap Aura.
"Ibuknya kerja apa? Ayahnya kerja apa?" tanya Dedi.
"(Saya) ibu rumah tangga. (Ayahnya) wiraswasta, dagang. Dagang botol-botol (untuk) bensin (eceran)" jelas ibu Aura.
Meski penghasilannya tak berlebih, ibu Aura mengaku rela membayar untuk perpisahan agar sang anak memiliki kenangan bersama teman-teman.
Ia juga mengaku tak masalah keluar banyak uang untuk kegiatan perpisahan sekolah anak, alih-alih ditabung supaya bisa membeli rumah.
"Ibu lebih setuju mana? Perpisahan tapi bayar, atau perpisahan dilarang, nggak ngeluarin duit?" tanya Dedi.
"Kalau buat mental anak, setuju yang bayar. Kalau nggak ada kenangan, kan ini," jawab si ibu.
"Ibu rumah aja ga punya?" sindir Dedi.
"Iya, tapi kalau demi anak saya sih nggak apa-apa, Pak," kata ibu Aura.
Mendengar jawaban itu, Dedi lantas menyindir keluarga Aura yang masih tinggal di bantaran sungai hingga rumahnya berakhir digusur.
Ia pun mempertanyakan mengapa ibu Aura yang masih tinggal di bantaran sungai, tak paham prioritas kehidupan.
"Demi anak jangan tinggal di bantaran sungai. Ibu tinggal aja masih di bantaran sungai, kenapa gaya hidup begini (selangit)?" sentil Dedi sembari membuat gestur tangan ke atas.
"Ini kan harus diubah," tegasnya.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.