Kamis, 28 Agustus 2025

Bahan Peledak Kedaluwarsa Maut di Garut

Imparsial Klaim Ledakan Amunisi di Garut Sebagai Bukti Ketidakprofesionalan TNI: Terlalu Urusi Sipil

peristiwa tersebut sebagai bukti ketidakprofesionalan TNI dalam menjalankan tugas pokoknya sebagai alat pertahanan negara.

|
Penulis: Rifqah
Kolase Dokumentas | TribunJabar.id
PEMUSNAHAN BOM KEDALUWARSA - Kolase foto (Kiri) TKP belasan orang dilaporkan menjadi korban tewas saat pemusnahan amunisi atau bom kedaluwarsa di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (12/5/2025) pagi dan (Kanan) Foto kantong mayat yang berisi jasad para korban ledakan ini. peristiwa tersebut sebagai bukti ketidakprofesionalan TNI dalam menjalankan tugas pokoknya sebagai alat pertahanan negara. 

TRIBUNNEWS.COM - Lembaga pemerhati militer dan hak asasi manusia, Imparsial), menyoroti tragedi ledakan amunisi di Garut, Jawa Barat, yang menewaskan 13 orang.

Direktur Imparsial, Ardi Manto Adiputra, mengatakan bahwa peristiwa tersebut sebagai bukti ketidakprofesionalan TNI dalam menjalankan tugas pokoknya sebagai alat pertahanan negara.

Lantaran, dinilai terlalu ditarik jauh dalam urusan sipil.

“Imparsial menilai peristiwa jatuhnya korban jiwa dalam disposal amunisi afkir menunjukkan adanya gejala masalah yang lebih besar, yakni ketidakprofesionalan TNI akibat terlampau jauh ditarik dalam urusan-urusan non-pertahanan," kata Ardi, dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (13/5/2025).

Imparsial pun mengkritisi kecenderungan pelibatan TNI dalam berbagai urusan sipil, seperti program makan bergizi gratis, penanganan kenakalan siswa, dan pengamanan lembaga-lembaga sipil.

Hal tersebut, disebut dapat mengaburkan fokus TNI dari tugas utamanya dan berisiko menyebabkan kelalaian seperti dalam insiden di Garut. 

"Kecenderungan menarik TNI untuk terlibat dalam urusan-urusan sipil adalah ancaman serius bagi profesionalisme TNI yang mengakibatkan TNI menjadi lalai dan menggerus keahlian TNI dalam tugas utamanya sebagai alat pertahanan negara," ungkap Ardi.

Keberadaan warga sipil di sekitar lokasi disposal, juga menunjukkan lemahnya pengamanan dan minimnya sosialisasi dari pihak militer. 

Padahal, kata Ardi, kegiatan pemusnahan bahan peledak seharusnya dilakukan dengan sistem pengamanan berlapis dan keterlibatan masyarakat melalui informasi yang terbuka. 

"Keberadaan warga sipil yang berada dalam jarak bahaya menunjukkan lemahnya pengamanan dari pihak TNI dan kurangnya sosialisasi kepada warga tentang jarak dan batas aman lokasi disposal," kata dia.

Imparsial pun mendesak beberapa langkah tegas dari pemerintah hingga panglima TNI atas tragedi ledakan di Garut itu.

Baca juga: Kisah Haru Korban Selamat Ledakan Amunisi di Garut: Lolos dari Maut karena Ambil Air

Pemerintah diminta bertanggung jawab penuh atas kerugian dan kehidupan keluarga korban meninggal dunia. 

Panglima TNI diminta mengevaluasi menyeluruh operasi, termasuk pejabat pelaksana dan komando yang terlibat. 

Meminta Panglima TNI agar tegas menolak mengikuti permintaan sipil yang terlalu menarik-narik TNI ke ranah sipil. 

Penegasan kembali peran TNI sebagai alat pertahanan negara, bukan alat politik elite. 

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan