Kamis, 25 September 2025

DBD Masih Mengancam, Gerakan Bebas Nyamuk Digencarkan di Yogyakarta dengan Edukasi 3M Plus

Kemenkes mencatat tahun 2024 saja tercatat sebagai puncak kasus DBD di Indonesia, dengan lebih dari 1.400 kematian

Penulis: Anita K Wardhani
Editor: Eko Sutriyanto
HO
GERAKAN BEBAS DBD - Indonesia mewujudkan target nol kematian karena Demam Berdarah Dengue (DBD)Sebagai upaya mewujudkan target ini, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meluncurkan program “Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat, dan Bebas DBD”. 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA  - Demam berdarah dengue (DBD) masih jadi penyakit yang berbahaya.

Penyakit ini berujung kematian jika tidak segera ditangani, terutama jika sudah masuk fase syok atau terjadi pendarahan berat.

DBD masih menjadi ancaman global dengan lebih dari 3,9 miliar orang di dunia termasuk Indonesia.

Kemenkes mencatat tahun 2024 saja tercatat sebagai puncak kasus DBD di Indonesia, dengan lebih dari 1.400 kematian.

Pemerintah terus berupaya menargetkan zero dengue death pada tahun 2030.

Sebagai upaya mewujudkan target ini, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meluncurkan program “Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat, dan Bebas DBD”.

Tak mandiri, upaya ini didukung sektor swasta. 

Baca juga: Wamenkes Sebut Kasus Demam Berdarah Perlu Perhatian! Sampai April 2025, Ada 182 Kematian

Enesis Group melalui brandnya Soffell, Pemda DIY melakukan upaya mewujudkan kesehatan publik dengan program ini.

Program ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat Yogyakarta tentang pentingnya pencegahan DBD.

Upaya pencegahan terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus dilakukan melalui penerapan metode Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan pendekatan 3M Plus, serta penguatan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J).

Program ini tak sekadar kampanye seremonial, melainkan intervensi terukur, terstruktur dan menyentuh langsung ke tingkat rumah tangga.

Program ini mendapat dukungan penuh dari Pemerintah DIY dan secara resmi dibuka oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Senin, 19 Mei 2025, di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta.

Sri Sultan Hamengku Buwono X, dalam pernyataannya, menegaskan bahwa program ini menjadi model ideal bagi sinergi lintas sektor yang mengakar, membumi, dan berdampak.

“Program ‘Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat, dan Bebas DBD’ adalah bentuk nyata kolaborasi sektor swasta dan pemerintah dalam menghadapi tantangan penyakit akibat nyamuk, khususnya DBD. Melalui edukasi, pemberdayaan kader jumantik, dan gerakan 3M+, program ini menjadi bagian penting dari upaya menciptakan lingkungan yang sehat dan masyarakat yang berdaya. Kami mengapresiasi dukungan swasta dalam memperkuat ketahanan kesehatan masyarakat DIY.”

Program ini menyasar lebih dari 50.000 warga yang tersebar di wilayah Kota Yogyakarta (Kemantren Umbulharjo), Kabupaten Sleman (Kapanewon Prambanan) dan Kabupaten Gunung Kidul (Kapanewon Wonosari) dengan melibatkan 270 kader Jumantik. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan