Kelompok Bersenjata di Papua
Sosok dan Sepak Terjang Goliath Tabuni, Panglima KKB Papua yang Mengaku Siap Diadili jika Bersalah
Panglima Tinggi TNPB-OPM Goliath Tabuni tempo hari mengaku siap diadili di pengadilan internasional apabila memang terbukti bersalah.
Penulis:
Febri Prasetyo
Editor:
Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Panglima Tinggi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB)-Organisasi Papua Merdeka (OPM), Goliath Tabuni, tempo hari mengaku siap diadili di pengadilan internasional apabila memang terbukti bersalah.
Goliath mengklaim bertanggung jawab atas konflik bersenjata melawan aparat keamanan Indonesia yang tak berkesudahan.
Klaim itu disampaikan lewat siaran pers yang dirilis Manajemen Markas Pusat Komnas TPNPB lewat juru bicaranya, Sebby Sambom, Kamis, (29/5/2025).
Goliath menyebut aksi TPNPB adalah pembelaan diri atas apa yang mereka klaim sebagai penjajahan dan perampasan wilayah oleh pihak asing.
Lalu, dia juga menyatakan bertanggung jawab atas seluruh korban sipil dan militer akibat konflik bersenjata itu.
"Tapi kami hanya menjalankan hak atas pembelaan diri untuk mempertahankan tanah dan bangsa kami dari pemusnahan," ujar Goliath, dikutip dari Tribun Papua.
Sementara itu, Panglima TPNPB Kodap Ilaga, Peny Murib, dan Komandan Lapangan, Kelambua Waker, mengatakan konflik Puncak Ilaga yang meletus sejak 21 Mei 2025, merenggut banyak nyawa dari kalangan sipil.
Untuk menanggapi situasi ini, Goliath meminta Presiden Prabowo Subianto dan komunitas internasional untuk membuka dialog dan perundingan internasional yang dimediasi oleh PBB guna menyelesaikan akar persoalan politik dan pelanggaran hukum internasional terkait status Papua.

Sosok dan sepak terjang Goliath
Menurut laporan Understandingconlict.org tahun 2015, Goliath berasal dari daerah Gurage di Puncak Jaya.
Goliath disebut bergabung dengan OPM pada 1980-an, setelah dipukuli oleh tentara atas dugaan yang tidak benar tentang rudapaksa.
Baca juga: Gembong KKB Papua Egianus Kogoya Bantah Minta Rp5 Miliar kepada Gubernur Papua Pegunungan
Pada 1990-an, dia tinggal di Kali Kopi di dekat tambang Freeport. Lalu, dia kembali ke Puncak Jaya tahun 2004. Goliath dikabarkan turut campur tangan dalam pemilihan setempat.
Segera setelah kembali ke Puncak Jaya, dia dan pengikutnya mulai bentrok dengan aparat kepolisian dan militer di Tingginambut. Bentrokan berlanjut hingga menjelang pilkada yang awalnya direncanakan digelar tahun 2006.
Tiga tahun berselang, Tabuni mendukung Partai Golkar dengan syarat sepupunya yang bernama Deerd Tabuni akan dipilih sebagai anggota DPRD Provinsi.
Goliath disebut sebagai panglima paling berpengaruh di OPM sejak kematian Kelly Kwalik.
Dia mampu menjalankan aksi sergapan terhadap polisi dan tentara. Sebanyak 29 aparat telah tewas dibunuh di Puncak Jaya dan sekitarnya sejak 2009.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.