Jumat, 5 September 2025

Hasil Autopsi Jenazah Murid SD di Inhu Riau Diduga Jadi Korban Bully: Infeksi Sistemik Usus Buntu

Tim forensik menyimpulkan kematian anak akibat infeksi sistemik yang diakibatkan infeksi yang luas pada rongga perut dari pencahayaan usus buntu

Editor: Erik S
TribunPekanbaru.com/Bynton Simangungkalit
RUMAH DUKA - Keluarga dan kerabat mengunjungi rumah duka siswa kelas 2 SD di Inhu yang meninggal usai diduga dirundung kakak kelas. Perundungan yang diduga karena perbedaan agama dan suku ini pun mendapatkan sorotan dari SETARA Institute. 

TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Polda Riau mengungkapkan penyebab kematian murid SD kelas 2 berinisial C (8) di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau.

Polisi mengatakan C meninggal dunia akibat infeksi sistemik akibat usus buntu pecah. Korban sebelumnya disebutkan meninggal diduga karena perundungan (bully).

"Berdasarkan hasil yang didapat dari fakta pemeriksaan dan fakta pendukung, bahwa pada pemeriksaan mayat, usia 8 tahun, ditemukan memar pada perut, paha, dada, dan jaringan lemak perut sebelahnya kiri. Yang diakibatkan oleh kekerasan," kata dokter Supriyanto, Tim dokter forensik yang dihadirkan saat konferensi pers di Polda Riau, Pekanbaru, Rabu (4/6/2025).

Baca juga: Ambulans Adu Banteng di Pelalawan Riau, Sopir dan Pasien Tewas, Mobil Hilang Kendali di Jalur Lawan

 Supriyanto mengatakan mereka menemukan beberapa kelainan diantaranya kebocoran pada daerah usus di daerah perut sebelah kanan.

Tim forensik pun menyimpulkan bahwa kematian sang anak akibat infeksi sistemik yang diakibatkan infeksi yang luas pada rongga perut dari pencahayaan usus buntu.

"Jadi Kami menyimpulkan bahwa sebab mati pada mayat ini adalah akibat infeksi sistemik yang diakibatkan adalah infeksi yang luas dari rongga perut dari pecahnya usus buntu," kata Supriyanto.

Seperti diketahui, sang anak yang masih duduk dibangku kelas 2 SD tersebut meninggal dunia pada 26 Mei lalu.

Sebelumnya, ia mengalami perundungan di sekolah dari kakak kelasnya, tepatnya anak kelas V. 

Usai sang anak meninggal, orangtuanya pun melaporkan kasus perundungan ini ke pihak kepolisian.

Duka ayah

Rasa duka masih dirasakan keluarga korban terkhususnya bapak korban, Gimson Butar-butat (38).

Masih jelas dalam ingatan ayah korban, Gimson Butar-butar (38) kenangan tentang korban di hari-hari terakhirnya.

"Ini seperti mimpi bagi saya," ujar Gimson, Minggu (1/6/2025) lalu.

Baca juga: Kasus Perundungan Siswa SD di Riau, Sabam Sinaga Dorong Penyediaan Guru Agama Minoritas di Sekolah

Kata-kata itu diucapkan Gimson saat bertemu dengan Bupati Inhu, Ade Agus Hartanto, Wakil Bupati Inhu, Hendrizal dan rombongan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Inhu, serta Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Inhu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Inhu, dan pengurus Pemuda Batak Bersatu (PBB) Kecamatan Seberida.

"Seminggu ini kami kehilangan, adeknya tidak ada lagi kawan bermain, mamaknya juga sakit, sayapun sudah tidak fokus," ujar Gimson.

Kenangan tentang korban, terus terngiang di kepalanya.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan