Mahasiswa Tewas Diduga Dianiaya saat Diksar, Mahapel: Tak Ada Kekerasan, Korban Terkena Ranting
Pihak Mahapel berikan klarifikasi terkait kematian salah satu juniornya saat mengikuti Diksar pada akhir 2024 lalu. Sebut tak ada kekerasan
Penulis:
Muhammad Renald Shiftanto
Editor:
Nanda Lusiana Saputri
"Kemudian untuk isu yang long march itu sebenarnya efektifnya bukan 15 jam, karena di situ ada istirahat makan, solat, jadi efektifnya itu paling cuma 5-6 jam," imbuhnya.
Universitas Bentuk Tim Investigasi
Diketahui, korban tewas diduga dianiaya seniornya saat ikut diksar pada 10-14 November 2024 di Gunung Betung, Kabupaten Pesawaran, Lampung.
Sementara korban dinyatakan meninggal dunia pada 28 April 2025.
Pihak Unila pun turun tangan dengan membuat tim investigasi.
Tim investigasi tersebut juga bekerja sama dengan Polda Lampung untuk mengungkap kematian Pratama.
Wakil Rektor Kemahasiswaan dan Alumni Unila, Sunyono mengonfirmasi hal tersebut.
Ia menuturkan, pihak kampus telah melibatkan berbagai unsur untuk melakukan investigasi.
"Tadi pagi tim kami juga sudah ke Polda Lampung dalam rangka koordinasi berkaitan dengan dugaan kekerasan yang berakibat pada meninggalnya Pratama," ujarnya, Selasa (3/6/2025).
Sunyono mengatakan, tim investigasi juga berisikan mahasiswa kampusnya.
"Di dalam tim ini juga, karena ini berkaitan dengan mahasiswa, tim juga melibatkan mahasiswa di dalam investigasi,"
Baca juga: Mahasiswa Unila Tewas Diduga Dianiaya saat Diksar, Polda Lampung Datangi keluarga Korban
"Mohon bersabar dan menunggu, semoga hasilnya secepat mungkin karena tadi kami meminta agar cepat diproses," terusnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunLampung.co.id dengan judul Klarifikasi Mahapel Soal Tewasnya Mahasiswa FEB Unila, 'Tak Ada Kekerasan Selama Diksar'
(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunLampung.co.id, Hurri Agusto/Bayu Saputra)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.