Minggu, 10 Agustus 2025

Kisah Pilu Intan: ART Asal NTT Diduga Dianiaya Majikan dan Tak Pernah Terima Gaji Penuh

Kisah pilu dialami oleh seorang ART asal NTT, Intan. Ia diduga menjadi korban penganiayaan oleh majikannya. Selain itu, ia tidak pernah terima gaji pe

Penulis: Falza Fuadina
screenshot video facebook.com/jesicha.dendo via TribunBatam.id
KASUS PENGANIAYAAN - Tangkapan layar saat Tim Paguyuban Flobamora mendapatkan Intan dalam kondisi tubuh penuh lebam karena dugaan penganiayaan oleh majikannya. 

Namun, daftar tersebut kini digunakan sebagai alasan untuk terus-menerus memotong gajinya.

"Dia kerja dari pukul 4 subuh setiap hari. Disuruh bangun pagi, setrika, masak, bersih-bersih. Tapi kalau sedikit salah langsung dimaki dan dipukul,” tambah Regina. 

Pada 18 Juni 2025 lalu, kata Regina, kontrak kerja Intan sebagai ART di rumah pelaku itu sebenarnya sudah habis.

Namun, majikannya justru memaksa Intan tetap bekerja selama satu bulan lagi.

Alasannya, korban dinilai masih memiliki ‘utang’ akibat akumulasi denda-denda yang dikenakan sepanjang tahun.

"Kami pikir kontraknya selesai, dia bisa pulang. Tapi malah dibilang ada utang denda. Padahal itu semua cuma akal-akalan majikan. Gajinya dipotong terus sampai tidak pegang uang sama sekali,” bebernya.

Beberapa hari sebelum kontrak kerja habis, Regina sempat bertemu dengan majikan Intan yang mengajaknya minum kopi. 

Namun, dalam pertemuan itu, tidak ada satu kata pun yang disinggung mengenai kekerasan yang telah terjadi.

Padahal, menurut pengakuan keponakannya, ia sudah berulang kali mengalami pemukulan dan penyiksaan.

Hingga akhirnya informasi mengenai tindakan kekerasan yang dialami Intan tersebut sampai ke telinga komunitas Flobamora dan keluarga sesama perantau asal Nusa Tenggara Timur (NTT) di Batam.

Mereka lalu mendatangi rumah majikan dan membawa Intan keluar dari rumah itu.

Setibanya di sana, sang majikan laki-laki kabur.

Sedangkan istrinya berhasil diamankan, termasuk seorang ART lain yang diduga ikut melakukan penganiayaan terhadap korban atas suruhan majikan.

Regina bersama keluarga besar korban berharap kasus ini tidak berhenti sebatas proses hukum saja.

Mereka menginginkan adanya keadilan bagi para pekerja rumah tangga seperti keponakannya, yang sering diperlakukan secara semena-mena karena tidak memiliki kekuatan untuk melawan.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan