Tahun Baru Islam 1447 H
Mengulik Ritual Berebut Kotoran Sapi Kyai Slamet di Malam 1 Suro, Dipercaya Membawa Berkah
Konon, kotoran yang dikeluarkan oleh kerbau keramat ini menjadi rebutan masyarakat yang hadir, karena dipercaya membawa berkah dan keselamatan.
Penulis:
Bobby W
Editor:
Wahyu Gilang Putranto
Dalam tradisi Jawa, kerbau juga melambangkan rakyat kecil, terutama petani, serta simbol ketahanan agraris Indonesia.
Binatang ini juga dianggap mampu menolak bencana dan mengusir roh jahat.
Meski begitu, terdapat ungkapan "bodho plonga-plongo koyo kebo" (bodoh tengak-tengok seperti kerbau), mengingatkan manusia untuk tidak mudah tergoda dan tetap bijaksana.
Pada perayaan Satu Suro sendiri, kehadiran Kebo Kyai Slamet sangat dinantikan masyarakat.
Selain warga Solo, banyak pula dari daerah lain yang ikut kirab, termasuk mereka yang rela berebut air bekas memandikan kebo atau kotorannya untuk dijadikan benda bertuah.
Ritual kirab ini tidak hanya bertujuan untuk melestarikan budaya, tetapi juga sebagai bentuk syukur atas limpahan rezeki serta perlindungan dari bencana .
Sebelum kirab dimulai, terdapat upacara adat di mana dua ember diletakkan di hadapan Kebo Bule: satu berisi air putih dan satu lagi berisi kopi.
Konon, jika kerbau memilih meminum air putih, hal ini diartikan sebagai pertanda baik bagi kelancaran acara dan kesejahteraan masyarakat.
Rebutan Kotoran sebagai Simbol Keberkahan

Saat kirab berlangsung, ribuan warga berdesakan mengikuti perjalanan Kebo Bule.
Saat kerbau mengeluarkan kotoran, massa langsung berebut untuk mengambilnya.
Kotoran tersebut biasanya dibawa pulang dan disimpan sebagai "jimat" yang dipercaya bisa mendatangkan rezeki, kesehatan, atau bahkan perlindungan dari marabahaya.
Mitos ini telah berkembang selama bertahun-tahun.
Banyak yang meyakini bahwa kotoran Kebo Bule mengandung energi spiritual dari leluhur keraton.
Meski terdengar unik, tradisi ini tetap dihormati sebagai bagian dari identitas budaya Jawa yang kental dengan nuansa mistis dan kepercayaan lokal.
Kontroversi Tradisi Kotoran Kyai Slamet

Meski populer, tradisi rebutan kotoran ini sempat menuai kritik, terutama terkait keamanan dan kenyamanan peserta kirab.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.