Satu Dekade Bersahabat dengan Gagal Ginjal, Angga Berdaya Berkat BPJS Kesehatan
Berikut kisah Angga satu dekade bersahabat dengan gagal ginjal. Ia bisa berdaya berkat BPJS Kesehatan.
Penulis:
Endra Kurniawan
Editor:
Wahyu Gilang Putranto
Bagi Angga gagal ginjal bukan berarti gagal hidup. Berkat layanan BPJS Kesehatan, dirinya bisa terus menjaga asa dan terus berdaya
TRIBUNNEWS.COM - Pagi itu, mentari mulai menampakan parasnya dari ufuk timur. Pelan tapi pasti, sinarnya menghangatkan suasana di kawasan Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Tepat pukul 06.15 WIB, Yosafat Angga Praditya Nugroho (28) siap beranjak dari rumahnya menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Moewardi.
Berbekal kartu BPJS Kesehatan, Angga akan menjalani cuci darah yang sudah dilakoni satu dekade terakhir. Alumni Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo itu, merupakan pasien gagal ginjal.
Sesampainya di lokasi, ia bergegas menuju ke fasilitas hemodialisis (cuci darah) Gedung Flamboyan lantai 4 untuk menjalani perawatan.
Bersamaan dengan mesin hemodialisis yang berputar, Angga mulai menceritakan kisahnya divonis gagal ginjal pada 2014 silam.
“Aku sakit pas kelas 1 SMA. Awalnya di kaki bengkak 3 hari enggak sembuh. Diajak periksa ke dokter ortopedi. Takutnya ada cidera patah atau retak,” katanya kepada Tribunnews.com, Sabtu (10/5/2025).
Angga bisa bernapas lega sejenak kakinya hanya mengalami peradangan. Karena masih penasaran, ia iseng cek lab dan berkonsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam Dokter Agung Susanto di RSUD dr. Moewardi.
Dokter dibuat kaget dengan hasil yang menunjukkan nilai kreatinin 5,5 mg/dL, padahal normalnya 0,7 - 1,3 mg/dL. Semakin tinggi nilai kreatin, mengindikasikan adanya gangguan fungsi ginjal.
“Dokter Agung bilang gini 'Astaga, kreatin mu segini, kamu makan apa aja? Terus ditanya sering minum minuman berenergi dan kemasan ya? Enggak dok. Dokternya bingung karena enggak ada keluhan,” lanjutnya, mengulang percakapan dengan dokter.
Angga lalu diopname guna observasi lanjutan. Belakangan terungkap, di ginjalnya ditumbuhi kista, penyebab gagal ginjal yang baru ketahuan saat dewasa.
Baca juga: BPJS Kesehatan Pastikan Akses dan Ketersediaan Layanan Kesehatan Bagi Warga Tidak Mampu
Rasakan Manfaat BPJS Kesehatan
Cuci darah perdana Angga berjalan lancar. Tidak ada kendala dalam perawatan medis maupun urusan administratif, utamanya terkait klaim BPJS Kesehatan. Kini, Angga memiliki jadwal rutin 2 kali seminggu.
Ia bersyukur menjadi peserta aktif BPJS Kesehatan di saat tak terduga. Baginya mustahil bisa cuci darah tanpa kehadiran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Angga juga yakin, mau sekaya apapun pasien gagal ginjal tidak akan sanggup bertahan. Biaya cuci darah mandiri bisa mencapai Rp1,3 juta sekali tindakan. Ini belum termasuk vitamin, cek lab, dan transportasi.
Ia mencoba menghitung, setidaknya butuh Rp10,4 juta untuk cuci darah sebulan. Jumlahnya hampir 5 kali lipat dari Upah Minimum Regional (UMR) Sukoharjo yang hanya Rp2,3 juta-an.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.