Situasi Dua Desa di Kuala Baru Aceh Singkil Mencekam: 3 Harimau Muncul Saat Hari Gelap
Tiga ekor harimau liar yakni satu induk dan dua anaknya—terlihat berkeliaran di jalan raya Singkil-Kuala Baru dua hari lalu
Editor:
Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, SINGKIL – Suasana mencekam menyelimuti warga di sekitar Desa Kayu Menang dan Kuala Baru Laut, Kecamatan Kuala Baru, Kabupaten Aceh Singkil.
Pasalnya, tiga ekor harimau liar—satu induk dan dua anaknya—terlihat berkeliaran di jalan raya Singkil-Kuala Baru dua hari lalu!
Pemandangan mengerikan itu membuat warga setempat gemetar ketakutan.
Bagaimana tidak? Jalan yang biasa mereka lalui setiap hari kini berubah menjadi zona berbahaya saat matahari mulai tenggelam.
Camat Kuala Baru, Mansurdin, dengan suara tegas mengimbau warganya untuk menghindari area tersebut mulai pukul 17.00 WIB hingga dini hari.
"Kami meminta masyarakat untuk tidak melintas di jam-jam kritis ini. Jika terpaksa, pastikan berkelompok dan waspada penuh!" tegas Mansurdin, Rabu (6/8/2025).
Baca juga: Pekerja di Riau Tewas Diterkam Harimau, Si Belang Disebut Kerap Muncul 2 Bulan Terakhir
Pihaknya bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Muspika, dan perangkat desa telah turun ke lokasi untuk memeriksa jejak sang predator.
Langkah antisipasi segera diambil untuk mencegah konflik mematikan antara manusia dan harimau.
Kuala Baru memang berbatasan langsung dengan Suaka Margasatwa Rawa Singkil, kawasan hutan lebat yang menjadi habitat asli harimau Sumatera, beruang, orangutan, dan satwa buas lainnya.

Diketahui konflik antara manusia dan satwa liar ini menjadi sorotan serius, terutama karena meningkatnya intensitas serangan dan dampaknya terhadap kehidupan warga.
Sebelumnya pada 6 Februari 2025, warga Gampong Julok Rayeuk Selatan, Kecamatan Indra Makmu, Aceh juga dikejutkan oleh serangan harimau yang menerkam seekor sapi milik warga.
Kejadian ini bukan yang pertama, dan memicu respons cepat dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh yang segera menambah perangkap di lokasi untuk menangkap harimau tersebut. Baca selengkapnya
Sebelumnya, warga Aceh Timur mencoba berbagai cara tradisional untuk mengusir harimau, termasuk membakar kemeyan dan memancingnya dengan kambing.
Namun, harimau tetap tidak masuk perangkap. Masalah utama yang dihadapi adalah alih fungsi hutan yang mempersempit habitat harimau, memaksa mereka mendekati pemukiman.
Pemerintah pun didesak untuk menghentikan konversi lahan yang memperparah konflik. Baca kisahnya
Di Kecamatan Simpang Jernih, dua ternak warga—lembu dan kerbau—dimangsa oleh harimau Sumatera.
Tim gabungan dari BKSDA dan Muspika segera turun ke lokasi untuk melakukan pemantauan dan memberikan imbauan kepada warga agar mengandangkan ternak mereka demi keselamatan. Lihat laporannya
Serangan harimau ini menjadi pengingat bahwa konservasi bukan hanya soal melindungi satwa liar, tetapi juga menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
Diperlukan pendekatan holistik—dari pengelolaan habitat, edukasi masyarakat, hingga kebijakan tata ruang yang berkelanjutan—agar konflik seperti ini tidak terus berulang.
Ibu Guru Dibunuh Suami Sendiri di Kebun Sawit Aceh Singkil, Korban Dieksekusi di Depan Saudara |
![]() |
---|
Tragis Guru Perempuan di Aceh Singkil Dianiaya Saat Boncengan, Pelaku Diduga Suami Sendiri |
![]() |
---|
Libur Lebaran Hari Kedua, 40 Ribu Pengunjung Padati Kebun Binatang Ragunan Siang Ini |
![]() |
---|
Kronologi Pria Rampok Mantan Istri di Aceh Singkil, Pelaku Gasak Perhiasan Emas hingga HP |
![]() |
---|
Nelayan di Aceh Singkil Diterkam Buaya, Gigitan Dilepas Usai Perut Hewan Buas Itu Ditusuk Tombak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.