Kelompok Bersenjata di Papua
Sosok Prada Yahya, Gugur saat Kontak Tembak dengan KKB, Sempat Chat 'Hari Minggu Tidak Bisa Online'
Prada Yahya gugur saat terjadikontaktembak dengan KKB di Intan Jaya, Papua Tengah, Jumat (8/8/2025).
Penulis:
Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Prajurit Dua (Prada) Yahya, anggota TNI AD kelahiran Batola, gugur dalam kontak tembak dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kampung Mamba, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, Jumat (8/8/2025) sekitar pukul 10.05 WIT.
Kampung Mamba salah satu kampung yang terletak di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua.
Wilayah ini berada di daerah pegunungan Papua Tengah dan menjadi salah satu titik penting dalam dinamika sosial-politik di kawasan tersebut.
Sela, kakak ipar Yahya menyebut Prada Yahya sempat chat pada Kamis atau sehari sebelum meninggal dunia.
Baca juga: Daftar 5 Anggota KKB Papua Ditangkap Dua Bulan Terakhir & Rentetan Aksi Kejahatan Mereka
"Chat terakhirnya, Kamis. Dia bilang hari Minggu tidak bisa online," ucap Sela.
Yahya adalah anak keempat dari lima bersaudara, putra Dariansyah dan Safiyah, warga Jalan Handil Jaya Baya RT 01, Desa Patih Muhur Baru, Kecamatan Anjir Muara, Kabupaten Baritokuala (Batola), Kalimantan Selatan.
Prada Yahya merupakan prajurit dari satuan Yonif 500/Sikatan Kodam Brawijaya, Surabaya.

Prada Yahya lahir di Barito Kuala, Kalimantan Selatan (Kalsel), pada 19 Januari 2000.
Ayah Yahya adalah petani. Yahya menjadi tentara mengikuti jejak sang kakek.
"Kakek kami tentara juga dulu. Kemudian tertular ke cucunya," kata Ihar, sepupu Yahya.
Yahya dikabarkan kena tembak di dada kanan atas. Jenazah Yahya langsung diterbangkan dari Papua ke Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru.
Baca juga: Satgas Ops Damai Cartenz Tangkap Anggota KKB Pimpinan Egianus Kogoya
"TNI datang mengabarkan Yahya gugur. Dia meninggal dunia Jumat pagi," kata Jairullah, kakak Yahya.
Kepergian Yahya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan warga. Dia selama ini dikenal sebagai sosok yang ramah dan bertanggung jawab.
"Waktu dia mengabarkan akan ditugaskan ke Papua, kami pun mendukungnya," kata Jairullah, kakak Yahya.
Meski bertugas jauh, Yahya selalu menyempatkan diri menghubungi orang tua memberi kabar.
"Dia sering menghubungi kami. Terakhir chatnya itu hari Kamis," ucap Safiyah, ibu Yahya, sambil terisak.
Setiap kali ada tamu datang menyampaikan belasungkawa, air mata Safiyah kembali mengalir.
Ia tak kuasa menahan kesedihan yang begitu dalam. Yahya merupakan kebanggaan dan harapan keluarga.
Safiyah pun memperlihatkan beberapa foto putranya di dinding papan rumahnya.
Tampak Yahya dengan seragam lorengnya, baik sendiri maupun dengan beberapa teman.
Ada pula fotonya saat Sekolah Calon Tamtama (Secata) Rindam VI/Mulawarman. Tangan tua Safiyah pun meraba foto sang putra.
Samsul, teman sekelas Prada Yahya semasa bersekolah di SMKN 2 Marabahan mengenang almarhum sebagai pribadi pendiam, sopan, dan penuh ketenangan.
"Dia jarang bicara, kecuali kalau ada hal yang benar-benar membuatnya penasaran. Tapi kalau sudah bicara, dia selalu sopan, terutama kepada guru-guru," ujar Samsul, Minggu (10/8/2025) Sore.
Di kelas, Yahya bukan tipe yang menonjolkan diri. Ia lebih banyak diam, namun kehadirannya tetap terasa.
Sikapnya yang kalem menjadi ciri khas yang diingat Samsul hingga kini.
Bahkan, saat Yahya diterima sebagai anggota TNI, Samsul mengaku terkejut.
"Waktu sekolah, dia tidak pernah cerita ingin masuk TNI. Tahu-tahu beberapa tahun kemudian saya lihat postingan di Facebook, dia sudah jadi prajurit," kata Samsul.
Kabar duka tentang gugurnya Pratu Yahya awalnya sulit dipercaya oleh Samsul.
Ia sempat mencari informasi melalui media sosial dan internet, berharap kabar itu tidak benar.
Namun, saat melihat unggahan teman-teman sekelas yang menyertakan foto almarhum dan pesan duka di grup alumni, barulah ia percaya.
"Saat itu baru saya percaya. Rasanya berat menerima kenyataan bahwa teman sekelas saya dulu, yang begitu tenang dan baik, kini telah tiada," ujar Samsul.
Kepergian Pratu Yahya meninggalkan kesan mendalam bagi mereka yang pernah mengenalnya.
Dari seorang siswa pendiam di SMKN 2 Marabahan, ia tumbuh menjadi prajurit yang mengabdi pada negara.
Meski tak banyak bicara, Yahya telah menunjukkan keteladanannya lewat sikap dan pengabdian.
Kronologis Gugurnya Prada Yahya
Prada Yahya dilaporkan gugur dalam kontak tembak antara TNI dengan anggota Organiasasi Papua Merdeka (OPM) di Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, Jumat (8/8/2025) sekitar pukul 10.05 WIT.
Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah gerakan separatis yang bertujuan untuk memisahkan wilayah Papua dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mendirikan negara merdeka di tanah Papua.
Gerakan ini telah berlangsung sejak awal 1960-an dan menjadi salah satu konflik berkepanjangan di Indonesia.
Kontak tembak terjadi antara aparat dan anggota OPM pimpinan Joshua Maiseni di Kampung Mamba, Distrik Sugapa, Kabupatan Intan Jaya.
Joshua Maiseni merupakan anak buah dari Undius Kogoya.
Kejadian bermula ketika tim dari TNI mendengar bunyi letusan tembakan sebanyak 1 kali dari arah barat.
Bunyi letusan tersebut kemudian mengenai Prada Yahya.
Aparat kemudian mengevakuasi korban guna dilakukan pertolongan.
Nampak 5 orang OPM melarikan diri dengan membawa satu pucuk senjata.
Aparat kemudian melakukan tembakan balasan.
Saat dievakuasi Prada Yahya mengalami penurunan kesadaran dan tak lama dinyatakan meninggal dunia.
Prada Yahya gugur setelah mengalami luka tembak di bagian dada kanan atas.
Aparat sedang melakukan pengejaran terhadap OPM.
(Banjarmasinpost.co.id/Saifurrahman)
Sebagian artikel ini telah tayang di BanjarmasinPost.co.id dengan judul Sosok Pratu Yahya Prajurit TNI yang Gugur di Papua: Lulusan SMKN 2 Marabahan, Pendiam dan Sopan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.