Pasar Ayam Semanggi Solo, Sentra Penjualan Ayam Kampung 4 Kali Pindah Tempat
Tak hanya ayam, di Pasar Ayam Semanggi juga menjual variasi unggas lainnya seperti bebek, menthok, dan itik
Penulis:
timtribunsolo
Editor:
Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Suara ayam berkokok saling bersahut-sahutan terdengar nyaring sementara suara mesin mobil bak bersahut di depan Pasar Ayam Solo, Selasa (12/8/2025).
Pasar Ayam terbesar di Solo ini berlokasi di Jl. Sungai Serang No.12, Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Jawa Tengah.
Buka dari sekitar pukul 05.00 WIB dini hari hingga 13.00 WIB, Tribunners dapat menemukan berbagai macam jenis ayam dijual di pasar ini, mulai dari ayam jago, kampung, boiler, bangkok, dan lainnya.
Tak hanya ayam, di tempat ini juga menjual variasi unggas lainnya seperti bebek, menthok, dan itik.
Berbeda dari pasar lainnya, ayam yang dijual di sini masih hidup dan bukan dalam bentuk ayam potong siap masak.
Namun, jika berkunjung ke sini, Tribunners tak perlu khawatir sebab di dalam los pasar terdapat jasa pemotongan dan bubut ayam.
Terdapat Dua Jenis Pedagang

Ketika memasuki kawasan Pasar Ayam, Tribunners akan melihat banyak motor-motor dengan bronjong berisikan ayam terparkir di bagian luar pasar.
Mereka merupakan penjual yang biasanya membeli ayam dari kampung ke kampung untuk kemudian di jual lagi ke dalam pasar atau kepada pembeli secara langsung.
Salah satu pedagang di luar pasar yang sudah menjual ayam 8 tahun di sana, Widodo (42) mengatakan bahwa ia akan berkeliling dari kampung satu ke kampung lain untuk membeli ayam, baru kemudian di bawa ke Pasar Ayam.
“Kalau dagang ayam kan keliling. Keliling kampung (membeli) dari peternak. Paling empat desa dikelilingi setiap hari,” ujar Widodo.
Ayam yang dijual Widodo berkisar dari Rp120.000 untuk ayam jago.
Selain menjual ayam, ia juga menjual menthok betina di harga Rp60.000 dan jantan di harga Rp180.000.
Widodo mengungkap, omset penjualan dapat meningkat hingga 5 juta sebulan ketika menjelang lebaran.
Sementara pada hari biasa omset tidak menentu mengikuti harga pasar yang sedang berjalan.
Beranjak ke dalam, Tribunners akan menemukan banyak los yang menjual berbagai macam jenis ayam dengan jumlah yang besar.
Total los yang ada di Pasar Ayam Solo ini berjumlah 328 los, belum termasuk yang berjualan di depan pasar.
Widodo juga mengungkap bahwa pedagang yang berada di luar justru menjual ayamnya kepada pedangang yang berjualan di dalam pasar.
“Kalo yang di sini pakai bronjong. Nanti yang di dalem pake kios. Nanti kan masuk situ semua. Ini di ambili di bawa ke dalam,” ungkap Widodo.
Pedagang yang menempati los pasar biasanya mengepul dari penjual yang ada di luar atau pasokan dari peternak di Solo Raya.
Mayoritas Pasokan ke Luar Kota

Pelanggan yang datang untuk membeli ayam di sini mayoritas berasal dari luar kota dengan variasi ayam paling diminati adalah ayam kampung.
Selain pedagang dengan bronjong yang begitu banyak terparkir di depan, Tribunners juga dapat melihat mobil bak pembawa ayam yang silih berganti berdatangan.
“Itu mobil-mobil semua ke luar kota. Untuk rumah makan, restoran, di Jakarta, Semarang. Ke luar kota semua,” kata Widodo.
Joko Wahyono (58) penjaga parkir yang sering berinteraksi dengan pembeli juga mengungkap bahwa pembeli berasal dari luar kota, khususnya Jakarta.
“Biasanya ke Jakarta. Bisa untuk rumah makan atau kadang kalau ada yang bagus dijual eceran,” ujarnya.
Sudah Pindah Empat Kali Sepanjang Sejarahnya
Pasar Ayam yang berlokasi di dekat Pasar Klitikan dan di depan Pasar Besi Tua ini ternyata memiliki sejarah yang panjang.
Pada mulanya diungkapkan oleh Lurah Pasar, Triyono, Pasar Ayam ini berlokasi di area Pasar Kembang Solo, sebelum akhirnya pindah ke area Gading, tepatnya di Alun-alun Selatan sisi barat.
Pasar Ayam ini kemudian pindah lagi ke Kusumodilagan sekitar tahun 1971, dan menyisakan penjual perorangan di sana yang masih beroperasi.
Barulah di tahun 1982 pindah ke lokasi saat ini, area Kelurahan Mojo yang dulunya masuk area Kelurahan Semanggi.
Total sudah sebanyak empat kali Pasar Ayam ini berpindah lokasi karena alasan tertentu.
“Karena lokasi. Karena alun-alun kan milik Keraton, mau direvitalisasi untuk publik. Pindah sini (dari Kusumodilagan) karena tanah rencana untuk jalur besar Solo-Wonogiri makanya pindah sini,” jelas Triyono.
Terkait dengan pembangunan lebih lanjut dari Pasar Ayam ini, Triyono mengungkapkan ada rencana perbaikan saluran pembuangan limbah yang ada di pasar ini.
“Kalo rencana ada, kalau tidak salah tahun ini ada pembenahan pembuangan limbah. Saluran pembuangan limbah, dulu pernah tapi mau dibikin baru yang alatnya lebih canggih. Biar kalo keluar tidak mengurangi bau,” ungkap Triyono.
(mg/Rohmah Tri Nosita)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.