Jumat, 5 September 2025

Demonstrasi di Berbagai Wilayah RI

Pengakuan Seniman di Yogyakarta setelah Mural 'Awas Intel' Dirusak, Diintimidasi Oknum Polisi

Dua mural kritik sosial di Jokteng Wetan Yogyakarta dihapus sehari setelah dibuat, diduga usai seniman diintimidasi aparat saat proses pengerjaan.

Penulis: Faisal Mohay
Editor: Salma Fenty
TRIBUNJOGJA/MIFTAHUL HUDA
AMUK MASSA: Sejumlah massa gabungan di Yogyakarta mengamuk di Mapolda DIY, Jumat (29/8/2025). Viral mural di Yogyakarta dirusak orang tak dikenal. 

TRIBUNNEWS.COM - Dua mural bertuliskan 'Reset System' dan 'Awas Intel' di pojok Beteng Wetan, Jalan Brigjen Katamso, Kota Yogyakarta dihapus orang tak dikenal.

Mural berwarna hijau dan latar merah tersebut baru dibuat pada Senin (1/9/2025) dan ditemukan sudah rusak pada Selasa (2/9/2025).

Pembuat mural merupakan sekelompok seniman Yogyakarta yang menggunakan dana pribadi mereka.

Salah satu seniman dengan nama samaran Kinky20, mengatakan mural dibuat karena keresahan yang sama terhadap situasi nasional.

Menurutnya, mural sebagai bentuk ekspresi atas krisis sosial dan politik.

Akhir-akhir ini demo terjadi di berbagai wilayah menuntut DPR RI membatalkan kenaikan tunjangan.

Selain itu, pemerintah dianggap lambat merespons kritik masyarakat hingga ada korban jiwa saat unjuk rasa.

Ia menerangkan sejumlah aparat kepolisian sempat mengintai mereka saat pembuatan mural.

“Awalnya seorang pria tua berbaju putih lewat di depan saya dan beberapa teman-teman. Kami sudah curiga ia intel, tapi kami diamkan dulu,” ungkapnya, Rabu (3/9/2025), dikutip dari TribunJogja.com.

Selang beberapa jam kemudian, para seniman yang berjumlah 20 orang didatangi aparat dan mengeluarkan kata-kata intimidasi.

“Jumlahnya cukup banyak. Mereka hampir mengintimidasi dengan suara keras dan penuh emosi. Kami mencoba tetap tenang, memilih berdialog tentang tujuan kami membuat karya kreatif di Jokteng Wetan ini,” jelasnya.

Baca juga: Teman yang Tinggalkan Rheza saat Demo Sudah Minta Maaf, Ayah Rheza: Jangan Bully, Saya Sudah Rela

Kinky menerangkan aparat merasa tersinggung dengan tulisan mural karena memojokkan polisi.

Bahkan, aparat mengelak ketika kasus kematian Rheza Sendy disebut sebagai arogansi polisi.

“Mereka mencoba mengelak, memberi narasi bahwa korban jatuh dan patah tulang. Padahal kami tahu belakangan tubuh korban babak belur,” sambungnya.

Ia sempat menolak ketika aparat memintanya menghapus mural dan diancam akan dijemput paksa.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan