Jumat, 12 September 2025

Banjir di Denpasar Bali

UPDATE: Korban Jiwa Banjir Bandang di Bali Bertambah jadi 16 Orang, 1 Masih Hilang

Banjir bandang Bali menewaskan 16 orang. Apa penyebabnya dan bagaimana pencarian korban hilang dilakukan?

Penulis: Abdul Qodir
Kompas.com//Dok. Polresta Denpasar
BANJIR DI BALI — Petugas gabungan mengevakuasi jenazah salah satu korban banjir bandang yang ditemukan di aliran Sungai Taman Pancing, Kota Denpasar, Bali, Rabu (10/9/2025). BNPB mencatat, bencana tersebut menewaskan 9 orang, 2 lainnya masih hilang, dan berdampak langsung pada 620 jiwa di enam kabupaten/kota. 

Ringkasan Utama

Banjir bandang melanda sejumlah wilayah di Bali sejak Senin malam, menewaskan 16 orang dan menyebabkan satu orang masih dinyatakan hilang. Hujan ekstrem, kondisi topografi, dan pasang laut disebut sebagai pemicu utama. Tim gabungan dari BNPB, BPBD, dan relawan terus melakukan evakuasi dan pencarian.

 
TRIBUNNEWS.COM — Jumlah korban jiwa akibat banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Bali bertambah menjadi 16 orang. Satu warga lainnya masih dinyatakan hilang dan dalam pencarian oleh tim gabungan dari BNPB, BPBD, Basarnas, dan relawan.

Bencana terjadi sejak Senin (8/9/2025) malam hingga Selasa (9/9/2025) dini hari, saat hujan ekstrem mengguyur sebagian besar wilayah Bali

Sungai-sungai seperti Tukad Badung di Denpasar, Tukad Mati di Badung, dan Sungai Candigara di Klungkung meluap, merendam pemukiman, jalan, dan fasilitas umum.

Data per Kamis (11/9/2025) pukul 17.00 WITA mencatat total 659 warga terdampak dan 552 orang mengungsi. Korban meninggal tersebar di Denpasar (10 orang), Gianyar (3 orang), Jembrana (2 orang), dan Badung (1 orang).

"Petaka ini telah menyebabkan 16 warga kehilangan nyawa, 1 masih dinyatakan hilang, 659 terdampak dan 552 warga mengungsi," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam siaran pers, dikutip Jumat (12/9/2025).

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut bahwa banjir dipicu oleh curah hujan ekstrem yang mencapai 385 mm/hari, dipengaruhi oleh fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) dan Gelombang Rossby.

Kedua fenomena ini memperkuat pembentukan awan hujan di wilayah Bali.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menyampaikan bahwa bencana kali ini dipicu oleh dinamika atmosfer yang tidak biasa.

“Bencana kali ini disebabkan oleh Gelombang Rossby dan Gelombang Kelvin,” ujarnya saat meninjau lokasi pengungsian di Denpasar, Kamis (11/9).

Balai Wilayah Sungai Bali-Penida mencatat debit air sungai meningkat drastis hingga 85,85 m⊃3;/detik.

Kondisi topografi perbukitan dan pasang laut turut memperlambat aliran air ke laut, memperparah genangan di wilayah hilir.

Baca juga: Perempuan Muda Asal Bogor Dijebak Nikah dengan WNA Asal Arab Saudi: Kini Jadi Korban KDRT

Tim BNPB dan BPPD setempat bergerak cepat. Kurang dari 24 jam setelah kejadian, Kepala BNPB memimpin koordinasi penanganan darurat di Gedung Jaya Sabha, Denpasar, dan langsung meninjau lokasi terdampak.

Bantuan logistik seperti tenda, selimut, matras, sembako, dan perahu karet telah disalurkan ke titik pengungsian.

Di lokasi pengungsian, Suharyanto menyapa warga dan mendengarkan langsung kebutuhan mendesak mereka.

Tim gabungan terus melakukan evakuasi, pencarian korban hilang, serta penyedotan air di wilayah yang masih tergenang.

Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial turut memberikan layanan kesehatan dan permakanan dari dapur lapangan.

Genangan di sebagian wilayah mulai surut, namun pembersihan material longsor dan perbaikan infrastruktur masih berlangsung.

Pemerintah daerah bersama instansi terkait terus memaksimalkan penanganan darurat dan pemulihan pascabencana.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan