Kaki Pasien Alami Luka Bakar usai Jalani Operasi Tulang Punggung, RSUD Bojonegoro Bantah Malapraktik
Perempuan pasien operasi tulang punggung alami luka bakar di kaki saat tindakan. RSUD Bojonegoro bantah lakukan malapraktik, Kamis (11/9/2025).
Penulis:
Isti Prasetya
Editor:
Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pasien berinisial DP (24) di RSUD Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro, Jawa Timur, mengalami nasib pilu lantaran terdapat luka bakar di kakinya saat menjalani operasi di bagian tulang punggung.
Diketahui perempuan asal Desa Wanglu Wetan, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban, harus menempuh perjalanan sekira 30 kilometer untuk menjalani operasi yang ketiga kalinya di RSUD Bojonegoro.
Dengan harapan, operasi ketiga ini berhasil melenyapkan rasa nyeri yang dia derita selama ini.
Namun, DP justru mendapatkan jahitan lantaran luka bakar yang menganga di bagian dalam lutut kaki kirinya.
Bahkan, luka itu cukup parah karena harus mendapatkan lebih dari 30 jahitan.
Ditemui jurnalis Tribun Jatim, Misbahul Munir, putri pasangan Suryanto dan Siswanti ini tampak menahan sakit di tubuhnya.
Saat ditanya, DP mengaku kaget mendapati kakinya dibalut perban karena terluka, sesaat setelah sadar dari efek bius.
"Awalnya saya tidak tahu. Karena dibius total kan waktu operasi. Saat sadar dari bius, tiba-tiba kaki terasa sakit dan diperban. Saya kaget sekali," ulas DP pada Kamis (11/9/2025).
Dia lalu mencoba meminta penjelasan terhadap pihak rumah sakit terkait luka yang dia derita.
Namun, menurut DP, dia tidak mendapatkan penjelasan detail mengenai luka di kakinya setelah kejadian operasi tersebut.
Baru setelah beberapa kali menyampaikan aduan dan mendesak, akhirnya pihak RSUD Bojonegoro angkat bicara.
Baca juga: Bayi 1 Tahun Meninggal karena Ruangan RS Penuh, RSUD Palabuhanratu: Benar-benar Pukulan untuk Kami
Dijelaskan DP, dari keterangan pihak rumah sakit, luka di kakinya disebabkan konsleting pada alat bedah listrik yang menyebabkan arus listrik membakar kaki DP saat tindakan operasi.
"Pasca operasi dan obat biusnya hilang, sakitnya minta ampun. Kata perawat kemarin, dijahit karena lukanya besar dan dalam, ada sekitar 30an jahitan, untuk menutup luka ini," jelasnya sembari menunjukkan luka bekas jahitan yang mulai mengering.
Akibat keteledoran petugas medis DP harus menanggung luka yang seharusnya tidak dialaminya.
Kini, dia terpaksa beraktivitas dengan mengandalkan tongkat dan harus mengenakan korset penyangga tulang belakang agar tubuhnya tetap stabil.
Biaya ditanggung sendiri
Lebih menyedihkan, biaya perawatan luka pascaoperasi harus DP tanggung sendiri.
Sebab, pihak rumah sakit tidak memberi kejelasan dan bertanggung jawab atas kelalaian ini.
Sementara untuk perawatan luka, DP harus merogoh kocek Rp100 ribu untuk memanggil perawat.
Nominal ini terbilang besar, lantaran sejak kecil DP sudah dititipkan kedua orang tuanya di pondok pesantren.
DP kini mengabdikan diri sebagai guru dan pengajar Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) untuk anak-anak desa sekitar.
Beruntung, biaya perawatan luka pascaoperasi itu dibantu oleh keluarga pengelola pondok pesantren.
"Setiap hari dibersihkan, kadang dua hari sekali, kontrol juga, untungnya dibantu sama bu Yai dan keluarga," ungkapnya.
Baca juga: Kata RSUD Daya Makassar soal Video Viral Pasien Meninggal saat Pegawai Lomba 17-an di Lobi
Belakangan, setelah kasus dugaan keteledoran ini menjadi sorotan, pihak RSUD Bojonegoro kemudian bertindak.
Kata DP, saat kontrol terakhir, dia mulai mendapatkan pelayanan yang berbeda.
Bahkan, ada utusan dari rumah sakit yang datang menyambangi tempat tinggalnya saat tengah malam.
Selain itu, kini DP disediakan perawat RSUD Bojonegoro yang rutin datang untuk merawat lukanya.
"Dulu kontrol awal-awal cuma dicek aja. Terus sekarang, beda, ada perawat yang datang kalau pagi, memeriksa dan menggantikan perban, obatnya juga beda dikasih salep untuk luka," bebernya.
Meski demikian, sejak kakinya mengalami luka, DP tak lagi bisa aktif mengajar.
Dia berharap pihak rumah sakit untuk bertanggung jawab dan memperbaiki pelayanannya agar insiden ini tidak terulang kembali.
“Semoga saya bisa cepat sehat, dan kejadian ini tidak menimpa orang lain. Harapannya, rumah sakit tanggung jawab. Dan pelayanan diperbaiki dan semoga kejadian ini tidak menimpa pasien lain,” pungkasnya.
RS buka suara
Direktur RSUD Bojonegoro, dr. Ani Pujiningrum, menyampaikan permohonan maaf kepada pasien dan keluarganya atas kejadian yang tidak diinginkan (KTD) tersebut.
Ia menegaskan, bahwa kejadian tersebut murni kecelakaan (KTD) dan bukan tindakan malpraktek.
Ani juga berjanji pihaknya bakal bertanggung jawab penuh terhadap perawatan luka yang dialami pasien.
"Kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada Nona DP beserta keluarga. Kami bertanggung jawab atas pengobatan luka yang timbul, dan seluruh biayanya akan ditanggung rumah sakit. Kami juga mendoakan agar pasien segera pulih seperti sediakala," ujar Ani, saat konferensi pers di RSUD Bojonegoro, pada kamis (11/9/2025).
Baca juga: Lupa Bawa KTP, Anggota DPRD Tasikmalaya Keluhkan Bayinya Ditolak Berobat Pakai BPJS, RSUD Buka Suara
Menurut Ani, insiden itu terjadi saat pasien menjalani operasi ketiga pada tulang belakang.
Dalam tindakan medis tersebut, tim dokter menggunakan alat bernama electrosurgical unit (ESU) atau kouter, yang berfungsi menghentikan pendarahan akibat sayatan operasi.
Electrosurgical Unit (ESU) menggunakan arus listrik frekuensi tinggi untuk melakukan tindakan bedah seperti memotong jaringan (cut) dan menghentikan perdarahan (coagulate) secara presisi dan minim trauma.
Sehingga dibutuhkan elektroda netral atau grounding pad yang dipasang di bagian tubuh pasien untuk mencegah kerusakan jaringan, luka bakar, dan gangguan sistem saraf akibat arus tak ter terkendali.
Namun, yang terjadi dalam kasus DP, pemasangan grounding pad tersebut mengalami malfungsi.
Meskipun, Ani menyebut, alat ESU yang dipakai dalam operasi ini sudah melalui proses kalibrasi pada Juli lalu, sehingga dinyatakan layak digunakan.
"Pemasangan grounding pada kaki pasien sudah dilakukan sesuai prosedur. Alat yang sama juga digunakan dalam operasi lain, termasuk dua kali operasi sebelumnya pada pasien yang sama, dan tidak pernah menimbulkan luka bakar," jelasnya.
Kasus ini, lanjut Ani merupakan kejadian yang pertama kali terjadi selama penggunaan alat tersebut di RSUD Bojonegoro.
Manajemen RSUD Bojonegoro berjanji akan dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelayanan, maupun alat medis yang akan digunakan. Dia bakal memastikan kejadian serupa tidak terulang kembali.
"Ini merupakan kejadian yang tidak diinginkan dan baru pertama kali terjadi, kersane Gusti Allah (kehendak Allah) sehingga ini bisa terjadi. Namun kami akan melakukan evaluasi menyeluruh demi meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien," tutupnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul RSUD Bojonegoro Buka Suara Terkait Pasien Alami Luka Bakar usai Operasi, Bantah Lakukan Malpraktek.
(Tribunnews.com/Isti Prasetya, TribunJatim.com/Mishbahul Munir)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.