Sabtu, 27 September 2025

Ratusan Warga Non-Papua Tinggalkan Yalimo Cari Perlindungan di Wamena, Naik Truk 6-7 Jam

Kericuhan diduga dipicu oleh ucapan bernuansa rasis dari seorang penjual kios kepada siswa SMA Negeri 1 Elelim

Editor: Eko Sutriyanto
Tribun-Papua.com/Noel Iman Untung Wenda
PENGUNGSI - Ratusan warga non-Papua dari Kabupaten Yalimo terpaksa mengungsi ke Wamena tepat di Polres Jayawijaya, Rabu, (17/09/2025). Mereka mengungsi sebab di kabupaten itu terjadi kericuhan, yang diduga bermula dari uangkapan rasisme terhadap penduduk asli di sana. (Tribun-Papua.com/Noel Iman Untung Wenda) 

TRIBUNNEWS.COM, WAMENA -  Ratusan warga non-Papua dari Kabupaten Yalimo terpaksa mengungsi ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya, setelah kerusuhan pecah di Distrik Elelim, Ibu Kota Yalimo.

Kericuhan diduga dipicu oleh ucapan bernuansa rasis dari seorang penjual kios kepada siswa SMA Negeri 1 Elelim.

Rombongan pengungsi tiba di Mapolres Jayawijaya, Rabu (17/9/2025), dengan menempuh perjalanan darat sekitar 6–7 jam menggunakan truk dan mobil jenis Triton.

Sebagian besar hanya membawa barang seadanya—koper kecil, tas jinjing, dan pakaian yang dikenakan.

Anak-anak, perempuan, maupun laki-laki tampak dievakuasi dalam kondisi mendesak.

Baca juga: Dugaan Rasisme Berujung Kerusuhan di Yalimo Papua: 30 Kios & Rumah Terbakar, 200 Warga Mengungsi

Untuk menampung mereka, aparat Polres Jayawijaya mendirikan tenda darurat di halaman markas.

Wakapolres Jayawijaya, I Wayan Laba, menambahkan hingga Rabu sore sekitar pukul 17.37 WIT, jumlah pengungsi yang sudah tiba di Mapolres Jayawijaya mencapai lebih dari 200 orang. 

“Sejak kemarin hingga hari ini sudah ada sekitar 200-an warga yang tiba. Hingga saat ini belum ada laporan tambahan pengungsi yang masih dalam perjalanan,” jelasnya.

Rombongan pengungsi tiba di Wamena menggunakan mobil jenis Triton dan truk, dengan menempuh perjalanan sekitar 6 – 7 jam dari Yalimo. 

Awal Kericuhan

Berdasarkan informasi kepolisian, insiden bermula Senin (16/9/2025) sekitar pukul 06.00 WIT.

Seorang siswa SMA Negeri 1 Elelim merasa tersinggung setelah mendengar ucapan rasis yang diduga keluar dari mulut seorang penjual kios.

Peristiwa itu memicu kemarahan siswa lain hingga berujung pada aksi pembakaran kios.

Aparat kepolisian segera turun ke lokasi untuk meredam situasi agar tidak meluas.

Namun, ketegangan meningkat dan berimbas pada aksi kekerasan di sejumlah titik di Yalimo.

Kerusuhan tersebut juga memakan korban jiwa. Di KM 87, Kali Jerni, Distrik Elelim, sebuah keluarga kecil menjadi sasaran. 

Nasir Daeng Mappa (44), seorang sopir lajuran, bersama putranya Arsya Dafa (9) dan keponakannya Atifa (10), mengalami serangan saat melintas.

Mobil yang mereka tumpangi dibakar massa. Nasir dan Arsya tewas terjebak dalam kobaran api, sementara Atifa berhasil keluar namun mengalami luka serius di leher akibat benda tajam. Saat ini ia telah dievakuasi ke Jayapura untuk menjalani perawatan medis.

Situasi Terkini

Selain korban jiwa, kerusuhan di Elelim mengakibatkan sekitar 30 rumah, kios, dan fasilitas umum lainnya hangus terbakar.

Polisi kini masih melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan kronologi dan pemicu utama insiden.

Kapolres Yalimo bersama jajarannya mengimbau masyarakat agar tetap tenang, tidak terprovokasi, dan menyerahkan proses hukum sepenuhnya kepada aparat.

Kerusuhan yang dipicu isu rasisme ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban sekaligus gelombang pengungsian besar-besaran dari Yalimo menuju Wamena.

Hingga kini, kondisi keamanan masih dalam pemantauan ketat aparat. (Tribun Papua/Noel Iman Untung Wenda)

 

 

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan