Senin, 6 Oktober 2025

Efek Radiasi Belum Terasa, Tawa Anak-anak Cikande ‘Diselimuti’ Radioaktif C-137

PT Peter Metal Technology menjadi sumber penyebaran radioaktif Cesium-137 di kawasan industri Modern Cikande, Kabupaten Serang, Banten.

TribunBanten.com/Muhammad Uqel
PAPARAN RADIOAKTIF - Kondisi salah satu lapak peleburan besi di kawasan modern Cikande, Kabupaten Serang dipasang garis polisi. 

TRIBUNNEWS.COM, SERANG - PT Peter Metal Technology Indonesia (PMT) menjadi sumber penyebaran radioaktif Cesium-137 di kawasan industri Modern Cikande, Kabupaten Serang, Banten.

Pabrik peleburan logam stainless steel itu diduga menjadi sumber awal penyebaran C-137 yang membuat udang yang dikirimkan ke luar negeri terkontaminasi.

Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq bahkan menyebut pabrik yang telah beroperasi selama kurang lebih 2 tahun itu, menyebar ke 10 titik yang terkontaminasi.

Salah satunya adalah lapak barang bekas yang menampung pelat besi dari PT PMT. 

Tribunnews pun menelusiri keberadaan PT PMT yang beralamat di kawasan industri Modern Cikande, Nambo Udik, Cikande, Kabupaten Serang pada Jumat (3/10/2025).

Pantauan di lokasi, sudah tidak terlihat adanya aktivitas para pekerja dari dalam pabrik berpagar warga biru muda itu. Hanya terlihat salah seorang petugas keamanan yang berjaga.

Pada bagian depan, juga terlihat identitas perusahaan perseorangan itu dengan tulisan ‘PMT’. 

Pada sisi lain, terpampang sebuah papan peringatan keras berwarna merah terpasang di dekat pintu masuk PT PMT tersebut.

Adapun, tulisan dalam pengumuman itu berisi: ‘Peringatan Area Ini Dalam Pengawasan Satgas Penanganan Kerawanan Bahaya Radiasi, Segera Menjauh’. 

Papan pengumuman bahaya radiasi itu juga menjabarkan aturan itu berdasarkan UU No 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran; UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU No 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan
mengatur pencegahan dan penanggulangan penyakit serta faktor risiko kesehatan masyarakat.

Pengamatan di lokasi, sejumlah warga maupun pekerja di kawasan tersebut tampak lalu lalang melewati kawasan Pabrik PT PMT. Mereka tampak tak menghiraukan himbauan soal bahaya radiasi dan radioaktif yang terpasang. 

Bahkan, tak terlihat salah seorangpun warga maupun pekerja yang mengenakan masker atau penutup hidung saat melewati Pabrik peleburan tersebut.

Salah satu petugas keamanan Pabrik, Samsul juga tak terlihat mengenakan masker meski dia berjaga di dalam area Pabrik.

Kepada Tribunnews, Samsul mengungkapkan jika saat ini pabrik berhenti beroperasi sudah hampir 1 bulan lalu. Tentu ini berkaitan dengan temuan soal penyebaran radioaktif Cesium-137.

Tak ada satupun, kata dia, pekerja yang masuk bekerja. 

Samsul bahkan mengatakan, sejumlah pekerja di PT PMT telah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh tenaga medis setempat.

“Sudah tidak ada orang, hanya saya yang berjaga,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia tak mengatahui persis nasib parbrik dan berapa jumlah pekerja yang harus dilakukan pemeriksaan.

“Saya kurang tahu ada berapanya, cuman sudah tidak ada yang masuk (kerja),” kata dia.

Samsul pun mengaku tak khawati soal efek dari radioaktif yang menyebar di kawasan tempatnya bekerja itu.

Sedangkan, berdasarkan temuan di dekat lokasi pabrik, udara terasa panas dan berbau bahan kimia. Namun, Tribunnews tidak berhasil menemukan sumber bau kimia tersebut.

Riang Gembira ‘Dibalut’ Radioaktif C-173

Tak jauh dari lokasi parik, sejumalh anak-anak tampak bermain, tertawan dan bermain. 

Mereka bahkan sempat saling kejar untuk menciptakan permainan. Tawa mereka lepas, menggemaskan khas anak-anak.

terlihat raut wajah khawatir maupun takut dari raut wajah anak-anak itu.

sumber penyebaran radioaktif Cesium-137 hanya berjarak kurang lebih 50 langkah dari arena mereka bermain setiap harinya.

Tidak terlihat raut wajah khawatir maupun takut dari raut wajah anak-anak itu.

Meski, sumber penyebaran radioaktif Cesium-137 hanya berjarak kurang lebih 50 langkah dari arena mereka bermain setiap harinya.

Memang, ada salah satu kampung yang berjarak tak jauh dari pabrik PT PMT, yakni Kampung Comrang, Nambo Udik, Cikande, Kabupaten Serang.

Kampung ini berjarak hanya kurang lebih 50 meter dari pabrik peleburan itu.

Warga Kampung Comrang, Randi, bukan nama sebenarnya, mengungkapkan pihaknya tidak mengetahui soal kabar radioaktif C-137 yang menyebar di wilayah pemungkimannya. 

Pasalnya, dia tidak merasakan langsung dampak dari radioaktif C-137 tersebut. 

“Saya jujur juga tidak tau, apa itu radioaktif. Kalau ditanya apa saya pernah sakit, enggak juga. Saya sehat-sehat saja,” ujarnya.

Sementara, Rani, bukan nama sebenarnya juga mengatakan dirinya yang telah tinggal sejak lama diperkampungan itu sempat khawatir soal kabar penyebaran radioaktif C-137 di kawasan tempat tinggalnya. 

Bahkan, ia sempat dinasehati oleh keluarga dan orang terdekat untuk mengungsi.

“Kalau di tanya khawatir atau enggak, ya pasti khawatir. Katanya efek samping setelah beberapa tahun. Tapi mau gimana kita disini tinggal sudah lama. Mau ngungsi kemana juga,” kata dia.

Rani juga mengungkapkan, jika belum ada pihak tenaga kesehatan maupun instansi terkait yang datang ke pemukimannya untuk melakukan pengecekan kesehatan bagi warga Kampung Comrang.

“Belum ada gimana-gimana ke kita, termasuk pemeriksaan kesehatan sama sekali,” ujarnya.

Rani pun berharap, pabrik yang menyebarkan radioaktif atau polusi yang membahayakan masyarakat untuk segera di tutup.

“Mending pabrilnya aja di tutup,” tegasnya.

Terpisah, Ketua RT 04 Kampung Comrang, Sayuti menceritakan bahwa warganya sempat merasa khawatir tentang kabar penyebaran radioaktif C-137 yang terjadi di wilayahnya.

Apalagi, hal ini diduga terjadi sejak pabrik peleburan tersebut sejak kurang lebih 2 tahun lalu.

Sayuti juga mengaku telah berkoordinasi dengan pemerintah setempat untuk dilakukan pengecekan kesehatan bagi warganya. Namun, hasilnya warga diminta untuk datang langsung ke pusat kesehatan maupun Puskesmas terdekat.

“Sudah diinformasikan pemerintah mau cek ke Puskesmas, disuruh ke Puskesmas saja,” kata Sayuti.

Dia juga menceritakan, selama PT PMT beroperasi, warganya mengaku tak mengetahui bahaya dari partikel peleburan logam stainless steel.

Apalagi, selama ini ia menyebut hanya terganggu oleh suara bising PT PMT ketika melakukan peleburan. Sementara, untuk debu atau asap saat peleburan jarang terlihat karena tergantung arah angin.

“Kalau debu atau asap pas peleburan suka ada, tapi jarang terlihat karena tergantung arah angin. Tetapi warga ngeluhnya hanya soal suara bising dari pabrik. Karena kedengaran keras,” paparnya.

Setelah dilakukan penghentian oprasional dan pengecekan oleh pemerintah pusat, Sayuti meyakini kini kawasan tempat tinggalnya sudah bebas dari radioaktif C-137.

Meski, dia tetap meminta warga untuk tetap waspada dan melapor jika mengalami sakit akibat terpapar radioaktif tersebut.

“Kalau hasil koordinasi sih sepertinya sekarang sudah aman, karena sudah di tutup juga pabriknya. Barang-barang sisa di dalam pabrik juga telah di timbun, jadi enggak mungkin ada penyebaran radioaktif lagi,” jelasnya.

Perketat Pengawasan

Setelah beredarnya penyebaran radioaktif C-137, pihak pemerintah dibantu kepolisian melakukan pengecekan kendaraan yang keluar kawasan kawasan industri Modern Cikande.

Pemeriksaan dilakukan oleh dua orang petugas berpakianan satpam serta bermasker dan bersarung tangan di pintu keluar kawasan itu.

Baca juga: Langkah Pemerintah Tangani Laporan Paparan Radioaktif di Cikande Banten

Setiap truk besar maupun pengakut barang diminta melewati alat yang dipasang di pintu keluar. (Tribun Network/ Yuda).

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved