Cerita Liuk Cendrawasih dari Pekalongan: Sebuah Kritik Sosial Lembut di Balik Motif Batik
Inilah cerita Indah Handayani, seorang guru di Pekalongan yang menjadi peserta kelas membantik Rumah Batik TBIG.
TRIBUNNEWS.COM - Dengan gerakan pelan dan penuh ketelitian, tangan pembatik itu mengayunkan kuas kecil mengikuti alur pola batik yang telah dibubuhi malam yang masih pekat.
Ia mencelupkan kuas ke dalam larutan pewarna, lalu dengan penuh kehati-hatian, menggoreskan warnanya ke atas pola batik.
Pola batik karyanya sendiri.
Garis-garis pola itu samar membentuk siluet seekor burung, bak menari di hamparan biru.
Adalah Indah Handayani, warga Pekalongan, Jawa Tengah tampak tekun memberikan warna pada pola batik di hadapannya, siang itu, Selasa (7/10/2025).
Pola batik yang sedang dikerjakan Indah bukan sekadar hasil latihan. Ia menciptakan sendiri desain tersebut dan menamainya “Cendrawasih”, mengambil inspirasi dari burung ikonik asal Papua yang kini terancam oleh aktivitas tambang dan kerusakan lingkungan.
“Papua sekarang sedang banyak polemik soal tambang, dan saya ingin menyoroti itu lewat batik. Cendrawasih itu kan lambang keindahan Papua, tapi sekarang nasibnya makin terancam,” ujarnya kepada Tribunnews, saat ditemui di Rumah Batik Tower Bersama Group (TBIG), Desa Wiradesa, Pekalongan, jawa Tengah, Selasa (7/10/2025).
Ya, Indah merupakan salah satu peserta kelas membatik di Rumah Batik TBIG, sebuah program pelatihan gratis yang membuka ruang belajar bagi siapa saja yang ingin mengenal dan ikut serta melestarikan seni batik.
Perempuan kelahiran 10 September 1994 ini rencananya akan diwisuda pada Kamis, 9 Oktober 2025 di rumah Batik TBIG, bersama puluhan pembatik lain yang telah menyelesaikan program pelatihan tersebut.
Melalui goresan motif Cendrawasih, Indah berusaha menyampaikan pesan sosial yang kuat: bahwa batik tidak hanya soal estetika, tetapi bisa menjadi medium kritik sosial dan suara untuk alam dan kemanusiaan.
Perempuan yang berprofesi sebagai guru di SMPIT Al Qutub Cendekia, Pekalongan ini telah mengikuti program kelas membatik di Rumah Batik TBIG sejak Desember 2024 lalu.
Baca juga: Lewat Kurikulum Unggulan, TBIG Bantu Perkuat Kompetensi Siswa dan Guru SMK
“Pelatihan ini sangat worth it, karena selain gratis, pembelajarannya juga sangat lengkap. Mulai dari desain digital, teknik menggambar pola, penggunaan canting, sampai ke pewarnaan dan finishing,” ujar Indah saat ditemui di sela-sela proses membatik.
Program ini diawali dengan dua bulan pembelajaran desain digital, tempat di mana peserta diajarkan menciptakan pola batik mereka sendiri.
Setelah itu, para peserta mulai belajar memegang canting, alat utama dalam membatik, dan teknik pewarnaan tradisional.
Bagi Indah, seluruh proses ini bukan hanya melatih keterampilan teknis, tetapi juga menjadi perjalanan mengenal kesabaran, ketekunan, dan kedalaman makna dalam setiap goresan malam.
Jati Diri sebagai Warga Pekalongan
Menlu Sugiono Ungkap Alasan Prabowo Lantik Wakil Dubes RI untuk China |
![]() |
---|
Profil Dirgayuza Setiawan, Asisten Khusus Presiden Prabowo Bidang Komunikasi dan Analisa Kebijakan |
![]() |
---|
Daftar Nama Menteri dan Wakil Menteri Terbaru usai Prabowo Lantik 2 Wamen |
![]() |
---|
Profil Komjen Dwiyono, Jenderal Bintang Tiga yang Jabat Posisi Sekretaris Jenderal Kementerian P2MI |
![]() |
---|
Terjemahan Lirik Lagu Disarm - The Smashing Pumpkins: I Used to be a Little Boy, So Old in My Shoes |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.