Selasa, 14 Oktober 2025

Pelajar SMP di Grobogan Dibully Hingga Tewas di Ruang Kelas Saat Jam Pelajaran Dimulai, Dimana Guru?

Kasus tewasnya Angga menjadi alarm keras bagi dunia pendidikan Indonesia. Fenomena perundungan di sekolah masih menjadi momok serius yang cukup fatal.

Editor: willy Widianto
Kompas.com/Puthut Dwi Putranto Nugroho
KELUARGA KORBAN PERUNDUNGAN - Situasi rumah duka pelajar SMP di Grobogan,Jawa Tengah yang tewas akibat perundungan, Sabtu(11/10/2025). 

Ringkasan berita:

  • Angga ditemukan tewas di ruang kelas saat jam pelajaran berlangsung
  • Tidak ada guru saat Angga dirundung oleh teman-teman sekelasnya
  • Angga alami pendarahan di kepala

 

TRIBUNNEWS.COM, GROBOGAN - Siswa kelas VII SMP Negeri 1 Geyer, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah ditemukan tewas di ruang kelas. Korban bernama Angga Bagus Perwira(12) tersebut tewas usai menjadi korban perundungan teman-teman sekelasnya pada Sabtu(11/10/2025).

Baca juga: Kepedulian Aiptu Surono: Sisihkan Gaji demi Bangun 8 Sumur Bor untuk Masjid di Grobogan

Dari hasil autopsi, ditemukan adanya penggumpalan darah di kepala korban yang diduga akibat kekerasan fisik. Menurut keterangan teman sekelasnya, APR (12), Angga sempat diadu dan berkelahi dengan salah satu temannya pada Sabtu pagi saat jam pelajaran baru dimulai. Saat itu guru belum datang ke kelas.

“Awalnya Angga diejek teman-temannya. Dia tidak terima, lalu berkelahi. Angga dipukuli kepalanya dan kemudian berhenti. Itu saat jam ketiga, tapi belum ada guru,” ujar APR, siswi kelas VII F yang ruangannya berdampingan dengan kelas VII G tempat Angga belajar, Minggu(12/10/2025).

Perundungan yang dialami Angga ternyata tidak berhenti sampai di situ. Menurut kesaksian APR, sekitar pukul 11.00 WIB, Angga kembali menjadi sasaran ejekan dan tantangan dari teman-temannya.

“Dia dikerubungi teman-temannya dan diadu lagi dengan salah satu temannya, AD (12). Saat itu mereka bilang, ‘Kamu beraninya sama siapa?’,” tutur APR.

Dalam duel kedua itu, kepala Angga disebut-sebut menerima pukulan berkali-kali dari lawannya hingga membuatnya kejang-kejang sebelum akhirnya tak sadarkan diri. Ia sempat dibawa ke UKS saat itu, namun nahas nyawanya tak tertolong.

Fakta yang memprihatinkan, seluruh kejadian ini berlangsung saat jam pelajaran namun tanpa pengawasan guru.

Baik saat perkelahian pertama maupun kedua, guru dikabarkan belum masuk kelas. Kondisi ini membuat suasana kelas tidak terkontrol dan siswa bebas melakukan tindakan kekerasan tanpa pencegahan. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang pengawasan sekolah terhadap siswanya di jam pelajaran aktif.

Paman korban, Suwarlan (45), mengatakan pihak keluarga menerima kabar duka itu dari pihak sekolah siang hari. “Kami mendapat informasi Angga meninggal di sekolah. Katanya sempat dikeroyok teman-temannya,” ujarnya.

Baca juga: Dugaan Perundungan di Wonosobo, Siswa Kelas 3 SD Tewas Dipukul Teman, Polisi Lakukan Ekshumasi

Kasus ini kemudian ditangani oleh Polres Grobogan. Jenazah Angga dibawa ke RSUD Dr R Soedjati Soemodiardjo, Purwodadi, untuk diautopsi oleh Biddokkes Polda Jateng pada Sabtu malam (11/10/2025).

Hasil autopsi menunjukkan adanya penggumpalan darah di kepala, yang kuat dugaan disebabkan oleh benturan keras akibat kekerasan fisik.

“Ada penggumpalan darah di kepala,” ungkap Suwarlan saat ditemui di rumah duka di Desa Ledokdawan, Kecamatan Geyer.

Setelah proses autopsi selesai, jenazah Angga diantarkan ke rumah duka menggunakan ambulans pada Sabtu malam.

Keesokan harinya, Minggu (12/10/2025) pagi sekitar pukul 09.00 WIB, jenazah dimakamkan di pemakaman umum Desa Ledokdawan, tidak jauh dari rumah korban.

Keluarga sempat menunggu kedatangan orangtua Angga yang masih dalam perjalanan dari Cianjur, Jawa Barat, untuk menghadiri pemakaman.

Kasat Reskrim Polres Grobogan, AKP Rizky Ari Budianto, menyatakan pihaknya masih mendalami kasus kematian siswa SMP tersebut.

Beberapa saksi sudah dimintai keterangan, mulai dari teman sekelas korban hingga para guru di SMP Negeri 1 Geyer.

“Masih dalam proses pemeriksaan. Saksi yang diperiksa banyak,” ujar Rizky.

Polisi kini fokus mengusut kemungkinan adanya unsur penganiayaan dan kelalaian dalam pengawasan siswa di lingkungan sekolah.

Keluarga korban berharap polisi bisa menindak tegas para pelaku dan meminta perhatian lebih terhadap pengawasan anak-anak di sekolah.

“Harusnya diawasi. Kalau ada guru, mungkin tidak terjadi seperti ini,” kata Suwarlan.

Keluarga besar Angga kini hanya bisa pasrah dan menuntut keadilan agar kejadian tragis ini tidak terulang pada siswa lain.

Kasus meninggalnya Angga menjadi alarm keras bagi dunia pendidikan Indonesia. Fenomena perundungan di sekolah masih menjadi momok serius yang kerap berujung fatal.

Baca juga: Film Cyberbullying Tayang 23 Oktober 2025 di Bioskop, Angkat Isu Perundungan Digital Remaja

Pemerhati pendidikan menilai, sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman bagi anak-anak untuk belajar, bukan arena kekerasan.

Pengawasan guru, edukasi karakter, dan sistem pelaporan yang transparan menjadi kunci untuk mencegah kasus serupa terulang.

 

 

Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul '7 Fakta Siswa SMP di Grobogan Tewas Dibully: Sempat Diadu, Ada Penggumpalan Darah di Otak' 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved