Minggu, 2 November 2025

Maggot, Biogas, PLTS, dan Asa dari Desa Energi Berdikari Sobokerto

Kisah warga Dusun Jatisari, Desa Sobokerto membangun ekonomi sirkular lewat maggot, biogas, dan PLTS bersama DEB UNS dan Pertamina.

|
Penulis: Sri Juliati
Editor: Nuryanti
Tribunnews.com/Sri Juliati
BUDIDAYA MAGGOT - Dua anggota Pokdakan Tunas Muda Sejahtera menunjukkan maggot yang dibudidayakan Rumah Budidaya Maggot di Dusun Jatisari RT 1/RW 1 Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Minggu (12/10/2025). Simak kisah warga Dusun Jatisari, Desa Sobokerto dalam membangun ekonomi sirkular lewat maggot, biogas, dan PLTS bersama DEB UNS dan Pertamina. 

Setahun kemudian, cobaan datang. Adanya serangan hama membuat siklus hidup maggot terganggu. Banyak larva gagal menjadi pupa dan tak bisa berubah menjadi lalat dewasa. Alhasil, ada sekira 4-8 biopond yang dibakar agar hama ini tak menyebar.

Prihatin sempat terpukul, tapi ia tak berhenti dan memulai semuanya dari awal. Pupa sebanyak 1 kg dan telur 10 gram, dibelinya dan dicoba lagi dengan dibantu pendampingan dari tim DEB UNS dan sejumlah pihak lain.

lihat fotoBUDIDAYA MAGGOT - Anggota Pokdakan Tunas Muda Sejahtera menunjukkan maggot yang dibudidayakan Rumah Budidaya Maggot di Dusun Jatisari RT 1/RW 1 Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Minggu (12/10/2025).
BUDIDAYA MAGGOT - Anggota Pokdakan Tunas Muda Sejahtera menunjukkan maggot yang dibudidayakan Rumah Budidaya Maggot di Dusun Jatisari RT 1/RW 1 Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Minggu (12/10/2025).

Kini, upaya itu membuahkan hasil. Prihatin bersama kelompoknya mampu memproduksi maggot hingga 3 kg setiap hari. Padahal, dulu, ia sempat merasa 'geli' dengan maggot. "Awal-awal budidaya maggot yo sempat gilo (jijik), sekarang ya sudah biasa pegang-pegang seperti ini," ujar Prihatin sembari menunjukkan satu telapak tangannya yang penuh dengan larva kecil itu.

Kendala lain yang dialami Prihatin adalah belum rutinnya pasokan pakan maggot. Dalam sehari, maggot harus diberi makan dua kali, yang mana setiap biopond membutuhkan sekira 1 kg pakan.

Saat ini, pakan maggot didapat dari sampah rumah tangga sejumlah anggota kelompok, pedagang sayur di pasar, penjual buah, warung makan, kedai es buah, hingga kedai lobster yang berada di sekitar desa. Melimpahnya pakan maggot baru didapatnya saat ada masyarakat yang menggelar acara atau hajatan.

"Kalau ada hajatan, saya senang banget. Pakan maggot melimpah," katanya. Dalam sehari, ia bisa mendapatkan hingga delapan ember sisa makanan, masing-masing berukuran 15-20 liter.

"Belum lagi ampas kelapa, kadang bisa sampai satu sak," lanjutnya. Ampas kelapa itu lalu dijemur lebih dulu sebelum dimasukkan ke biopond agar media tumbuhnya tetap ideal dan kering.

Ibu dua anak itu bahkan membuka layanan jemput bola bagi warga yang tak sempat mengantar sampah ke rumah budidaya maggot yang berada di RT 1 Dusun Jatisari. "Kemarin di program PKK itu, saya bilang ke ibu-ibu, kalau yang punya hajat, tolong sampahnya jangan dibuang. Nanti tak kasih plastik, saya ambil. Apapun bentuk sampahnya, saya ambil langsung ke rumah," ucapnya ringan.

Maggot Dijual dan Dijadikan Pakan

lihat fotoBUDIDAYA MAGGOT - Anggota Pokdakan Tunas Muda Sejahtera berada di Rumah Budidaya Maggot di Dusun Jatisari RT 1/RW 1 Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Minggu (12/10/2025).
BUDIDAYA MAGGOT - Anggota Pokdakan Tunas Muda Sejahtera berada di Rumah Budidaya Maggot di Dusun Jatisari RT 1/RW 1 Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Minggu (12/10/2025).

Prihatin juga menjelaskan, maggot yang telah dipanen biasanya dijual sebagai pakan ternak, mulai dari ikan, ayam, hingga unggas, karena kandungan nutrisinya yang tinggi. Harga jualnya sekitar Rp7.000 per kilogram. Sementara itu, kasgot atau atau bekas belatung maggot dimanfaatkan sebagai pupuk organik alami. Harganya Rp 10 ribu/kg.

Sebagian maggot juga ia pakai sendiri untuk memberi pakan ayam peliharaannya. Hasilnya pun terasa nyata. "Dulu ayam saya cuma bertelur sekitar 10–12 butir setiap hari. Sekarang setelah rutin dikasih maggot, bisa sampai 15 butir," tuturnya.

Selain menyasar peternak dan pembudidaya ikan, penjualan maggot juga menjangkau para pemancing. Justru merekalah yang paling rutin membeli karena maggot dikenal ampuh sebagai umpan hidup. 

"Saya sering bertanya pada mereka, 'piye hasile, Mas, (bagaimana hasilnya)'. Mereka jawabnya, 'gacor, Bu'," beber Prihatin sembari menunjukkan gestur jempol mantap. "Nah, dari situlah, banyak yang hubungi saya buat beli maggot. Kadang mereka beli Rp 5 ribu, sudah dapat satu cup air mineral."

Tak hanya dijual, maggot juga dipakai sendiri oleh kelompok ini sebagai pakan ikan lele dan dikombinasikan dengan pelet. Ya, selain maggot, Prihatin dkk juga membudidayakan ikan lele yang lokasinya tepat di samping kandang maggot.

Program pembudidayaan lele ini merupakan bantuan dari PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah melalui Aviation Fuel Terminal (AFT) Adi Soemarmo. Dari yang awalnya 5 ribu ekor, kini telah berkembang menjadi 15.000 ekor. Setiap tiga bulan sekali, ikan lele tersebut dipanen.

"Sekali panen, bisa sampai 15-20 kg per hari dan dijual ke Pasar Gagan, di sana sudah ada yang menampung," kata Budi, salah satu anggota Pokdakan. "Kami juga kerap memberikannya kepada warga yang selama ini ngasih sampah sebagai pakan maggot. Menurut testimoni mereka, daging lelenya enak dan lebih gurih."

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved