Senin, 10 November 2025

Pakubuwana XIII Meninggal Dunia

Mengenal Makam Raja-Raja di Imogiri, Lokasi Pemakaman Pakubuwono XIII

Pakubuwono XIII dimakamkan di Imogiri, makam raja Mataram yang dibangun Sultan Agung sejak 1632.

Editor: Glery Lazuardi
kratonjogja.id
MAKAM IMOGIRI - PB XIII dimakamkan di Imogiri, kompleks makam raja Mataram yang sakral dan penuh tradisi leluhur. 
Ringkasan Berita:
  • Pakubuwono XIII wafat pada 2 November 2025 di RS Indriati Solo Baru dan akan dimakamkan Rabu Legi di Imogiri, Yogyakarta, sesuai tradisi pemakaman raja Mataram.
  • Makam Raja-Raja Imogiri dibangun oleh Sultan Agung pada 1632, menjadi tempat peristirahatan raja Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.
  • Prosesi pemakaman raja dilakukan secara adat, mulai dari penyemayaman di Masjid Pujosono, rukti jenazah, hingga pengawalan kereta kuda menuju Imogiri, simbol kembalinya raja ke pangkuan leluhur.

TRIBUNNEWS.COM - Raja Keraton Kasunan Surakarta Hadiningrat, Kanjeng Sinuhun Pakubuwono (PB) XIII akan dimakamkan di makam Raja-raja Imogiri di Bantul, Yogyakarta, Rabu Legi 5 November 2025.

PB XIII meninggal dunia di Rumah Sakit Indriati Solo Baru, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah pada Minggu 2 November 2025 pukul 07.29 WIB.

PB XIII Hangabehi telah cukup lama menjalani perawatan karena kondisi kesehatan yang menurun.  Terakhir komplikasi, termasuk gula darah tinggi dan penyakit lainnya. 

Sebelum dimakamkan di Makam Raja-Raja di Imogiri, PB XIII akan disemayamkan di Masjid Pujosono, kompleks Keraton Kasunanan Solo, pada Senin (3/11/2025) pagi.

Baca juga: Kronologi dan Riwayat Penyakit Raja Keraton Solo hingga Meninggal Dunia

Mengenal Makam Raja-Raja di Imogiri

Lokasi Pemakaman

Ini adalah kompleks pemakaman yang berlokasi di Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kompleks pemakaman ini merupakan tempat pemakaman bagi penguasa monarki dari wangsa Mataram beserta keluarga dan kerabatnya.

Di kompleks makam yang luasnya mencapai 10 hektar ini dimakamkan raja-raja yang pernah bertahta di Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta beserta keluarganya. 

Lokasi Makam Raja Imogiri ini berjarak sekitar 12 Km di sebelah selatan Kota Yogyakarta tepatnya di Bukit Merak, Dusun Pajimatan, Girirejo, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Selain terkenal dengan gaya arsitektur makamnya, terdapat pula sekitar 300 anak tangga yang harus dilalui pengunjung untuk mencapai area makam. 

Sejarah 

Makam Raja-raja Imogiri dibangun sekitar tahun 1632 Masehi pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma, raja ketiga Mataram Islam. Sultan Agung dikenal sebagai penguasa besar yang menyatukan hampir seluruh Jawa dan Madura di bawah kekuasaan Mataram.

Ia membangun makam ini dengan tujuan agar para penerusnya memiliki tempat peristirahatan terakhir yang suci dan terhormat. Setelah wafat pada 1645, Sultan Agung sendiri dimakamkan di kompleks ini, menjadikannya makam raja tertua dan paling sakral di Jawa.

Makam Imogiri terletak di atas Bukit Merak, Desa Girirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Untuk mencapai area utama makam, pengunjung harus menaiki 409 anak tangga batu yang curam dan berliku.

Perjalanan menaiki tangga itu dipercaya sebagai bentuk laku spiritual, melambangkan perjuangan manusia mendaki menuju kesempurnaan jiwa. Dari puncaknya, pengunjung bisa melihat pemandangan luas perbukitan Imogiri dan lembah sekitarnya yang asri.

Setelah Mataram Islam pecah menjadi dua kerajaan pada tahun 1755 melalui Perjanjian Giyanti, baik Kasultanan Yogyakarta maupun Kasunanan Surakarta tetap menggunakan Imogiri sebagai tempat pemakaman resmi para rajanya.

Masing-masing memiliki area tersendiri di dalam kompleks, tetapi semua masih dianggap bagian dari makam Mataram.

Tradisi ini menunjukkan bahwa meskipun kedua kerajaan telah berpisah secara politik, keduanya masih mengakui akar yang sama dari garis keturunan Sultan Agung.

Secara arsitektur dan tata letak, kompleks makam ini dibagi menjadi tiga bagian besar:

Kompleks Sultan Agung di bagian tengah, tempat Sultan Agung dan penerus awal Mataram dimakamkan.

Kompleks Kasultanan Yogyakarta, yang digunakan untuk Sultan Hamengkubuwono dan keturunannya.

Kompleks Kasunanan Surakarta, tempat dimakamkannya para Pakubuwono.

Setiap kompleks dihubungkan oleh gapura bertingkat yang disebut candi bentar dan paduraksa. Setiap pintu gerbang melambangkan tahap spiritual manusia, dari dunia fana menuju alam keabadian.

 Makam Imogiri dianggap sebagai tempat suci.

Tidak semua pengunjung dapat masuk ke area inti tempat makam para raja berada.

Untuk bisa masuk, seseorang harus mendapat izin dari abdi dalem (pengabdi keraton) dan mematuhi aturan ketat, seperti berpakaian adat Jawa lengkap, melepas alas kaki, dan menjaga tutur kata.

Larangan membawa kamera dan ponsel juga berlaku di dalam area utama. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesakralan tempat tersebut.

 Setiap tahun pada bulan Suro (Muharram dalam kalender Islam), keraton Yogyakarta dan Surakarta secara bergantian mengadakan ritual resik-resik makam atau nyadran ageng.

Dalam tradisi ini, para abdi dalem bersama keturunan keraton membersihkan area makam, mengganti kain pembungkus nisan, serta menggelar doa dan kenduri.

Tradisi ini dipercaya sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan sarana membersihkan diri, baik secara lahir maupun batin.

 Bangunan di kompleks makam Imogiri menunjukkan perpaduan indah antara arsitektur Islam dan tradisi Jawa kuno.

Bahan bangunannya terbuat dari bata merah tanpa semen, menggunakan teknik tradisional.

Setiap bangunan memiliki filosofi mendalam: gapura sebagai simbol gerbang dunia spiritual, pendopo untuk menandakan tempat pertemuan antara manusia dan Tuhan, serta makam utama sebagai lambang penyatuan ruh dengan Sang Pencipta.

Pemakaman seorang raja di Imogiri tidak dilakukan seperti pemakaman biasa.

Jenazah akan dimandikan, dikafani, dan disemayamkan terlebih dahulu di Bangsal Maligi, ruang suci di dalam keraton.

Dari sana, jenazah akan diarak menuju Imogiri dengan kereta kuda kerajaan, dikawal oleh prajurit berseragam adat, gamelan, serta doa-doa khusus.

Upacara ini menjadi simbol penghormatan terakhir dan penegasan bahwa sang raja kembali ke pangkuan leluhur Mataram.

Dalam kosmologi Jawa, letak Imogiri yang berada di selatan Yogyakarta melambangkan hubungan spiritual antara manusia, raja, dan alam semesta.

Arah selatan juga diyakini sebagai wilayah kekuasaan Ratu Kidul, penguasa laut selatan yang secara mitologis dianggap memiliki hubungan mistik dengan para raja Mataram.

Dengan demikian, Imogiri menjadi simbol keseimbangan antara kekuatan duniawi dan spiritual.

Makam Imogiri hingga kini masih dijaga oleh abdi dalem dari dua keraton, yakni Yogyakarta dan Surakarta.

Masing-masing bertanggung jawab atas kompleks pemakaman rajanya sendiri, namun keduanya bekerja sama menjaga keseluruhan kawasan agar tetap lestari.

Kerja sama ini menjadi simbol persaudaraan abadi antara dua kerajaan Mataram, sekaligus bukti bahwa warisan budaya Jawa tetap terjaga lintas generasi.

Raja-Raja yang Dimakamkan

Kompleks Makam Raja Imogiri dibagi menjadi delapan kelompok makam yang masing-masing disebut dengan kedaton.

Berikut ini adalah nama kedelapan kedaton beserta raja-raja yang dimakamkan di setiap kedaton tersebut.

1. Kedaton Sultan Agungan : Sultan Agung, Sunan Amangkurat II, Sunan Amangkurat III.

2. Kedaton Pakubuwanan : Sunan Paku Buwana I, Sunan Amangkurat IV, Sunan Paku Buwana II.

3. Kedaton Bagusan/Kasuwargan : Sunan Paku Buwana III, Sunan Paku Buwana IV, Sunan Paku Buwana V

4. Kedaton Astana Luhur : Sunan Paku Buwana VI, Sunan Paku Buwana VII, Sunan Paku Buwana VIII, Sunan Paku Buwana IX

5. Kedaton Girimulyo : Sunan Paku Buwana X, Sunan Paku Buwana XI

6. Kedaton Kasuwargan Yogyakarta : Sultan Hamengku Buwana I dan III

7. Kedaton Besiyaran: Sultan Hamengku Buwana IV, Sultan Hamengku Buwana V, Sultan Hamengku Buwana VI

8. Kedaton Saptarengga : Sultan Hamengku Buwana VII, Sultan Hamengku Buwana VIII, Sultan Hamengku Buwana IX

(Kompas.com/TribunJateng/Tribunnews)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved