Olah Kunyit Jadi Cuan, Desa Ibru Jambi Berhasil Go Internasional hingga Raih Penghargaan BRILiaN
Berikut cerita Desa Ibru Muaro Jambi, berhasil olah kunyit jadi cuan. Berhasil go internasional hingga raih penghargaan Desa BRILiaN.
Ringkasan Berita:
- Desa Ibru, Muaro Jambi, sukses mengolah kunyit organik menjadi berbagai produk bernilai tambah bernama IBRU-Q, dari serbuk hingga sabun dan kerupuk.
- Berkat inovasi digital dan dukungan BRI, produk kunyit Desa Ibru tembus pasar internasional ke Turki dan Malaysia serta raup omzet Rp15 juta/tahun.
- Desa Ibru raih penghargaan Desa BRILiaN Inovatif dan Digitalisasi Terbaik 2023 dari BRI, dengan PAD Rp8,3 juta dan laba BUMDes Rp83 juta setahun.
TRIBUNNEWS.COM - “Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman”. Demikianlah sepenggal lirik dari lagu berjudul Kolam Susu ciptaan grup band legendaris Indonesia, Koes Plus, pada 1973.
Lirik sederhana namun syarat penuh makna itu menggambarkan betapa luar biasanya kekayaan alam tersimpan di perut bumi Ibu Pertiwi.
Contoh nyatanya potensi tanaman rimpang, khususnya kunyit di Desa Ibru, Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.
Kepala Desa Ibru, Arman mengatakan, sejak dari puluhan tahun lalu masyarakat Desa Ibru sudah akrab dengan tanaman bernama latin Curcuma longa tersebut. Tanaman tumbuh subur di pekarangan rumah hingga lahan tidur.
“Awalnya masyarakat menjadikan kunyit sebagai tanaman sampingan saja. Alhamdulillah hasil kunyit di Desa Ibru lumayan luar biasa melimpah, dengan hasil banyak dan berkualitas sangat baik,” katanya saat bercerita kepada Tribunnews.com lewat WhatsApp, Kamis (30/10/2025).
Kunyit dari desa yang dihuni 287 Kepala Keluarga (KK) ini memang istimewa dibandingkan daerah lain di Kabupaten Muaro Jambi.
Alasannya karena kunyit dibudidayakan secara organik tanpa pupuk kimia buatan pabrik. Sehingga, hasilnya cocok untuk minuman kesehatan ataupun obat tradisional.
“Kunyit kami ini unggulan, sangat baik, dan lebih unik lagi kunyit ini organik,” kata Arman dengan bangga.
Sayangnya, ketika musim panen tiba, harga kunyit mentah di pasaran bisa tiba-tiba anjlok lantaran jumlahnya melimpah. Hal ini tentu membuat petani maupun warga yang membudidayakan kunyit merugi.
Permasalahan tersebut mendorong Pemerintah Desa Ibru lewat Badan Usaha Milik Desa (BUMdes) Suka Makmur mencetuskan ide inovasi mengolah kunyit mentah menjadi berbagai produk dengan nilai tambah dengan nama brand IBRU-Q.
Awalnya kunyit hanya diolah menjadi serbuk kristal saja. Hingga akhirnya perubahan besar terjadi setelah pihak desa melakukan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Universitas Jambi berkolaborasi mengolah kunyit pada tahun 2021 lalu.
Kehadiran Bank Rakyat Indonesia (BRI) turut mendukung Desa Ibru mengembangkan produk kunyit lewat berbagai pelatihan.
“Kita dapat pelatihan digitalisasi produk dengan cara meng-upload hasil olahan kunyit lewat media sosial, seperti Facebook, Shopee, dan Localoka (agregator pemasaran produk kelompok usaha binaan BRI). Juga ada pelatihan packaging agar kemasan produk semakin menarik,” tutur Arman.
Baca juga: BRI Kembali Hadirkan Program Desa BRILian 2025, Dukung Pemberdayaan Desa Berbasis Teknologi
Dari Cuan hingga Go Internasional
Setelah perjuangan panjang tak kenal lelah, BUMdes Suka Makmur berhasil mengolah kunyit mentah menjadi produk minuman maupun makanan, seperti: serbuk kunyit, teh kunyit, dan kerupuk kunyit.
Olahan kunyit juga merambah ke dunia kecantikan serta kebutuhan rumah tangga dengan hadirnya sabun kunyit, pengharum ruangan, hingga cairan ekoenzim.
Kunyit mentah yang awalnya dijual murah, kini bisa menjadi Rp35.000 per produk.
BUMdes ikut melibatkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Maju Jaya dalam proses produksi yang sanggup mengolah 100-500 kilogram kunyit per bulannya.
Sementara bagi Arman, kunyit memiliki segudang manfaat terutama dalam segi kesehatan mengatasi asam lambung dan meningkatkan imun.
“Kunyit itu manfaatnya banyak. Selain buahnya bisa kita olah, daunnya juga bisa kita jadikan uang atau bisa kita jual. Kunyit juga sangat mudah ditanam dan tidak banyak penyakit. Itulah mengapa kami memilih kunyit sebagai komoditas unggulan daripada tanaman lain,” tegasnya.
Produk kunyit dari Desa Ibru dipasarkan secara luring, baik dalam Provinsi Jambi hingga perbatasan Kota Palembang, Sumatera Selatan. Sementara secara daring sudah merambah berbagai platform media sosial.
Arman menambahkan, produk-produk dari desanya juga sudah go internasional.
“Telah dibawa oleh salah satu mitra kami untuk diperkenalkan di Turki dan Malaysia, agar nantinya kunyit kami ini bisa berkembang dengan lebih baik,” harapnya.
Pendapatan Desa Jadi Bukti Keberhasilan
Meningkatnya pendapatan asli desa (PAD) menjadi bukti keberhasilan dalam pengelolaan sumber daya alam dengan sentuhan inovasi berbasis digital.
Pada 2024, PAD Desa Ibru mencapai Rp8,3 juta. Sementara laba bersih BUMDes Suka Makmur tembus Rp83 juta per tahun.
“Untuk omzet melalui penjualan olahan kunyit kurang lebih sebesar Rp15 juta per bulannya,” ungkap Direktur BUMdes Suka Makmur, Anggoro Kasih, saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (3/11/2025).
Tidak berhenti di produk olahan kunyit, Desa Ibru melebarkan sayap dengan merambah ke sektor pariwisata.
Anggoro menjelaskan, pihaknya sudah mulai merintis agroindustri dan agrowisata biofarmaka.
Berbagai fasilitas pendukung mulai dibangun, mulai rumah digital, rumah produksi, rumah pencucian rimpang, hingga rumah pengeringan, yang berada di satu tempat yang terintegrasi.
“Jadi tempat yang kami bangun akan menjadi objek wisata berbasis industri,” katanya.
Selain mengolah rimpang, BUMdes Suka Makmur turut menjalankan usaha dalam bidang produksi Air Minuman Dalam Kemasan (AMDK), yang memanfaatkan sumber mata air di Desa Ibru.
Ada juga pengelolaan kotoran ayam petelur menjadi pupuk kompos, serta kerajinan tangan dari tangan telaten para warga desa.
Kepala Desa Ibru, Arman menambahkan, pemerintah desa memastikan semua keuntungan dari BUMDes digunakan sepenuhnya untuk mensejahterakan warganya.
Baik petani atau warga ikut ketiban untung dengan mendapatkan penghasilan tambahan dari produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Hasil penjualan produk kunyit bisa untuk belanja memenuhi kebutuhan rumah tangga. Itu wujud dari kesejahteraan masyarakat,” tegas Arman.
Baca juga: Beri Inspirasi, Desa BRILiaN Desa Wunut Bagikan THR dan Sediakan Jaminan Sosial untuk Warga
Jadi Desa BRILiaN Inovatif dan Digitalisasi Terbaik 2023
Perubahan baik di Desa Ibru mulai mencuri perhatian dari Bank Rakyat Indonesia, seorang mantri BRI menyarankan pemerintah desa untuk mengikuti Program Desa BRILiaN 2023.
Selama program berjalan, tim dari BRI terjun langsung membantu desa dengan tujuan membuat olahan kunyit agar naik kelas.
Pada akhirnya, Desa Ibru berhasil meraih predikat Desa BRILiaN Inovatif dan Digitalisasi Terbaik 2023 dalam ajang Nugraha Karya Desa BRILiaN 2023 yang digelar di Jakarta, Rabu (10/1/2024).
Arman mengakui tidak ada keberhasilan tanpa kolaborasi dalam upaya mengembangkan potensi desa.
“Dan alhamdulillah peran-peran dari BRI dalam memberikan pendampingan di desa kami sangat baik. BRI selalu membina kami, memberi wawasan, pandangan, dan pelatihan-pelatihan,” ucapnya seraya bersyukur.
Sementara itu, Direktur Utama BRI (2019-2025) Sunarso dalam sambutannya di Nugraha Karya Desa BRILiaN 2023 lalu, menjelaskan program ini sudah ada sejak 2020, dengan peserta aktif lebih dari 3.000 desa tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Tujuan utamanya menghasilkan role model dalam pengembangan desa sebagai bentuk agent of development.
“Tidak lepas juga dari strategi perseroan BRI untuk lebih dalam mengenal potensi wilayah dan merupakan salah satu bagian dari integrasi aktivitas pemberdayaan, serta eksistensi para petugas-petugas BRI yang kita sebut mantri BRI bersama inisiatif-inisiatif lainnya,” katanya dalam siaran langsung YouTube BANK BRI, diakses Rabu (5/11/2025).
Adapun objek pemberdayaan Program Desa BRILiaN menargetkan kepala desa, direktur BUMDes, kelompok usaha lokal, ibu-ibu Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), hingga generasi milenial di karang taruna desa setempat.
Desa BRILiaN sendiri berfokus pada empat aspek yang terdapat dalam desa. Pertama, BUMDes sebagai motor ekonomi desa. Kedua digitalisasi produk di desa. Ketiga, Sustainability, tangguh dan secara keberlanjutan dalam membangun desa. Keempat, inovasi, kreatif dalam menciptakan terobosan baru.
“Kita kembangkan dan sampai akhirnya mereka mandiri dan mampu mengelola potensi desanya menjadi ekonomi yang terus tumbuh secara sustainable,” tegas Sunarso.
Dalam sambutannya, Sunarso juga menegaskan komitmen BRI terus melanjutkan program Desa BRILiaN di tahun-tahun mendatang. Ia berharap akan muncul desa mandiri lebih banyak lagi.
“Sehingga kita nanti akan makin menyebarkan virus pembaruan terutama digitalisasi keuangan di desa. Kemudian juga virus entrepreneurship di desa-desa. Maka ini akan semakin kuat mendukung pemberdayaan dan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan,” harapnya.
(Tribunnews.com/Endra)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.