Sopir Ambulans Lomba Voli, Pasien Kritis di Gorontalo Meninggal, Kepala Puskesmas: Miskomunikasi
Pasien kritis di Gorontalo meninggal saat dilarikan ke rumah sakit menggunakan taksi, sebab sopir ambulans di puskesmas sedang lomba voli.
SBAR merupakan singkatan dari Situation (Situasi), Background (Latar Belakang), Assessment (Penilaian), dan Recommendation (Rekomendasi).
Metode SBAR adalah kerangka komunikasi terstruktur yang digunakan oleh tenaga medis untuk menyampaikan informasi pasien secara efektif dan ringkas.
Kendati demikian, Rita menyebut, dalam kondisi darurat, pihaknya tetap bisa mengambil kebijakan untuk meminjamkan ambulans.
Termasuk dengan sopir alternatif, asalkan ada komunikasi yang jelas dengan pihak Puskesmas.
“Kalau ada komunikasi ke saya, pasti kami bantu. Orang sehat saja kami bantu, apalagi orang sakit,” tegasnya.
Rita mengakui, adanya euforia kegiatan olahraga yang membuat sopir ambulans tidak berada di tempat.
Namun, Rita menegaskan, hal itu bukan berarti pelayanan pasien lantas diabaikan.
Ia pun menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga Havid atas kejadian tersebut.
“Tidak benar kalau kami lebih mementingkan pertandingan voli daripada pasien. Saya mohon maaf kepada keluarga atas miskomunikasi ini. Kami pelayan publik, tetap harus siap,” jelasnya.
Rita memastikan, dalam kondisi darurat, pasien tetap menjadi prioritas utama.
“Pasien tetap didahulukan, karena ini menyangkut nyawa,” tukas dia.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribungorontalo.com dengan judul Keluarga Havid Duto Bakal Lapor Kapus Sipatana ke Wali Kota Gorontalo: Jangan Ada Korban Berikutnya
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunGorontalo.com/Herjianto Tangahu/Jefry Potabuga)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.