Patkor Kastima ke-29, Indonesia dan Malaysia Perkuat Kerjasama Jaga Selat Malaka
Patkor Kastima ke-29 Indonesia–Malaysia jaga Selat Malaka & perbatasan, cegah penyelundupan, selamatkan Rp30 miliar.
Ringkasan Berita:
- Patkor Kastima Indonesia-Malaysia memasuki pelaksanaan ke-29 tahun 2025
- Tahun ini, operasi juga mencatat langkah signifikan melalui perluasan wilayah patroli hingga ke perairan Kalimantan Barat dan Sarawak
- Operasi ini kembali menegaskan bahwa sinergi antarnegara merupakan kunci utama dalam menghadapi tantangan keamanan maritim yang semakin kompleks
TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Patroli Terkoordinasi Kastam Indonesia Malaysia (Patkor Kastima) memasuki pelaksanaan ke-29 pada tahun 2025.
Operasi menjaga keamanan wilayah perbatasan laut Indonesia-Malaysia itu merupakan kerja sama antara Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) dan Jabatan Kastam Diraja Malaysia (JKDM) yang telah terjalin sejak pertama kali operasi ini digelar pada tahun 1994.
“Selama tiga dekade, kedua negara terus memperkuat kerja sama untuk memastikan perairan Selat Malaka dan wilayah perbatasan aman dari berbagai tindak pelanggaran kepabeanan dan aktivitas ilegal lintas negara,” ungkap Direktur Penindakan dan Penyidikan Bea Cukai, Rizal dalam keterangannya dikutip, Jumat (21/11/2025).
Selat Malaka adalah selat sempit yang terletak di antara Pulau Sumatra (Indonesia) dan Semenanjung Malaya (Malaysia, Singapura, Thailand), menjadi salah satu jalur pelayaran tersibuk dan terpenting di dunia.
Selat Malaka memisahkan bagian timur Pulau Sumatra dengan Semenanjung Malaya. Koordinatnya berada di antara 95°BT–103°BT.
Fungsi Selat Malaka untuk menghubungkan Samudra Hindia dengan Samudra Pasifik.
Selat Malaka menjadi jalur utama perdagangan internasional, setara pentingnya dengan Terusan Suez dan Terusan Panama.
Sekitar 120.000 kapal melintasi Selat Malaka setiap tahun, membawa antara seperlima hingga seperempat perdagangan laut dunia. Setengah dari minyak dunia yang diangkut kapal tanker melewati selat ini.
Nama “Malaka” diambil dari Pelabuhan Dagang Melaka, pusat perdagangan penting pada abad ke-16 dan 17.
Kedalaman rata-rata relatif dangkal, di beberapa titik hanya sekitar 25 meter. Kondisi ini membuat navigasi kapal besar cukup menantang.
Jalur vital bagi negara-negara besar seperti India, Indonesia, dan Tiongkok. Keamanan Selat Malaka sangat menentukan stabilitas ekonomi regional dan global.
Selat Malaka bukan hanya perairan biasa, melainkan urat nadi perdagangan dunia yang menghubungkan Asia, Timur Tengah, dan Eropa.
Karena posisinya yang strategis, selat ini juga rawan penyelundupan dan kejahatan transnasional, sehingga pengawasan bersama Indonesia–Malaysia sangat krusial.
Pelaksanaan Patkor Kastima ke-29 berlangsung dalam dua periode, yaitu 19 Oktober hingga 04 November 2025 dan 05 hingga 19 November 2025.
Selama 32 hari, operasi difokuskan di salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia, Selat Malaka, yang dikenal sebagai kawasan strategis sekaligus rawan aktivitas penyelundupan dan kejahatan transnasional.
Tahun ini, operasi juga mencatat langkah signifikan melalui perluasan wilayah patroli hingga ke perairan Kalimantan Barat dan Sarawak.
Perluasan ini dilakukan untuk menutup celah penyelundupan yang kerap memanfaatkan perbatasan darat dan laut di kawasan tersebut, sehingga pengawasan dapat berlangsung lebih komprehensif dan efektif.
Patkor Kastima ke-29 menunjukkan capaian yang konkret dan berdampak langsung pada upaya perlindungan masyarakat serta perekonomian negara. Kapal patroli Bea Cukai melakukan 67 pemeriksaan sarana pengangkut, 9 penyegelan kapal impor, serta 3 penegahan terhadap komoditas rokok, baby lobster dan barang campuran ilegal.
Dari operasi ini, nilai barang hasil penindakan mencapai Rp29 miliar, dengan potensi kerugian negara yang diselamatkan diperkirakan mencapai Rp30 miliar, serta nilai sarana pengangkut yang melanggar diperkirakan mencapai Rp4 miliar.
Hasil ini mencerminkan strategisnya peran patroli terkoordinasi ini dalam menjaga kedaulatan ekonomi negara.
Di luar hasil tersebut, Patkor Kastima ke-29 juga menyisakan catatan humanis yang menunjukkan kuatnya solidaritas antarinstansi. Pada salah satu momen, kapal BC 8001 terlibat dalam pemulangan jenazah seorang petugas JKDM yang wafat akibat serangan jantung ketika sedang bertugas.
Tindakan ini tidak hanya menunjukkan kedekatan kerja sama operasional, tetapi juga kedalaman hubungan emosional dan profesional antara kedua negara dalam menjaga keamanan kawasan perbatasan.
Setelah hampir tiga dekade berjalan, Patkor Kastima terus membuktikan relevansinya sebagai instrumen penting dalam menjaga stabilitas kawasan, menekan angka penyelundupan, serta memperkuat hubungan Indonesia dan Malaysia.
Dengan perluasan wilayah pengawasan dan capaian pada tahun 2025, operasi ini kembali menegaskan bahwa sinergi antarnegara merupakan kunci utama dalam menghadapi tantangan keamanan maritim yang semakin kompleks.
“Patkor Kastima bukan sekadar patroli rutin, melainkan bentuk nyata komitmen dua negara serumpun dalam melindungi masyarakat dan memastikan perbatasan tetap aman bagi generasi mendatang,” tutup Rizal.
Sumber: Tribunnews.com
| Hasil 8 Besar Australia Open 2025: Revans Lawan Wakil Denmark Tuntas, Jafar/Felisha Ke Semifinal |
|
|---|
| 19 Anggota Formatur Akan Tentukan Ketua Umum MUI, Begini Tata Cara Pemilihannya |
|
|---|
| Forum Genre Se-Indonesia, Generasi Muda Dukung Program Prioritas Kemendukbangga/BKKBN RI |
|
|---|
| Pakai Batik, Kandidat Pelatih Timnas Indonesia Timur Kapadze Salat Jumat di Masjid Istiqlal |
|
|---|
| Dinilai Bebani Industri, APKI Minta Pemerintah Tinjau Ulang Cukai Popok Sekali Pakai |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.