Penderita Rabun Jauh Meningkat di Masa Pandemi
Selama pandemi masyarakat kebanyakan beraktivitas di rumah dengan gadget mereka. Tak terkecuali anak usia sekolah.
Editor:
Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Durasi penggunaan laptop dan smartphone lebih panjang sejak pandemi covid-19.
Seiring hal itu, jumlah penderita myopia atau rabun jauh meningkat.
Menurut studi penelitian di Cina, jumlah rabun jauh mengalami peningkatan hingga tiga kali lipat selamat 2020.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Layanan JEC Myopia Control Care dr. Gusti G. Suardana, SpM(K) dalam media launch “The First Comprehensive Myopia Management in Indonesia” secara daring pada Selasa (23/02/2021).
WHO juga memprediksi setengah dari penduduk dunia akan mengalami rabun jauh.
Baca juga: Tips Merawat Mata agar Tetap Sehat dan Terhindar dari Rabun atau Mata Minus
Sebabnya, selama pandemi masyarakat kebanyakan beraktivitas di rumah dengan gadget mereka. Tak terkecuali anak usia sekolah.
Padahal menggunakan objek secara dekat menjadi salah satu pemicu dari munculnya rabun jauh atau myopia ini.
Tidak hanya membuat penderitanya menjadi tidak nyaman, pelbagai penyakit dapat muncul jika tidak ada penanganan yang segera dan tepat.
dr. Gusti G. Suardana mengatakan rabun jauh dapat berdampak pada katarak, glaukoma, retina lepas hingga yang paling parah adalah kebutaan. Oleh karena itu dr Gusti G Suardana mengatakan untuk segera lakukan pemeriksaan secara dini.
Apalagi jika sudah ditandai seperti mata buram saat melihat benda jauh, mata cepat lelah hingga sering mengusap-usap mata.
Kasus rabun jauh juga tidak bisa dianggap sepele terutama pada anak-anak.
Selama Pandemi, anak-anak lebih rentan terkena rabun jauh diakibatkan pembelajaran selama pandemi selalu menggunakan gawai.
Bila sudah terkena minus pada rabun jauh, sudah seharusnya melakukan penanganan.
Sebelum melakukan penanganan, dr Gusti G Suardana mengatakan harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu.
Tujuannya adalah agar dapat mengidentifikasi apa penyebab rabun dan tindakan apa yang musti dilakukan.
Ada berbagai cara yang dapat dilakukan. Misalnya menggunakan terapi Atropin dengan dosis 0,1 persen.
Penggunaan terapi ini dapat menghambat terjadinya pertambahan minus pada mata anak-anak.
Kedua adalah Orthokeratology atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ortho-K.
Cara terapi ini berbeda dari biasanya dan cocok apa bila dilakukan pada anak-anak yang belum siap melakukan operasi.
Terapi Ortho-K menggunakan lensa kontak yang didesain khusus untuk menghambat sekaligus menghilangkan pertambahan minus dengan cara mengatur ulang bentuk kornea mata. Penggunaan Ortho-K harus dilakukan secara rutin pada malam hari saat tidur.
Selain itu ada juga laser in-situ keratomileusis atau yang dikenal sebagai lasik mata. Operasi ini bertujuan untuk mengoreksi penglihatan mata. Caranya adalah membentuk kembali kornea mata sehingga cahaya dapat fokus pada retina yang terletak di belakang mata.
Untuk mencegah terjadinya Myopia dengan minus yang berat, perlu melatih mata agar tidak selalu melihat objek secara dekat. Selain itu konsumsi makanan yang bergizi dan bervitamin cukup. Sering lakukan kegiatan di luar ruangan.
"Lakukan pengecekan secara berkala, meski tanpa ada gejala yang dirasakan. Setidaknya lakukan 6 bulan sekali," katanya, Selasa (23/2/2021)