Jumat, 5 September 2025

Cerita Hamish Daud Tentang Nilai Ekonomi Sampah, Menghidupi Pemulung hingga Korban PHK

Hamish Daud menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan. Yang menjadi perhatiannya, yakni bagaimana cara mengatasi masalah sampah.

Editor: Willem Jonata
Tribunnews.com/Nurul Hanna
Hamish Daud 

Lebih lanjut Hamish mengatakan, mayoritas Pelestari ini dulunya pemulung yang diberi pelatihan cara memakai aplikasi dan mengenali sampah kemasan yang sesuai dengan standar industri daur ulang.

Selain pemulung, banyak juga mahasiswa, korban PHK akibat pandemi Covid-19, dan sopir ojek online yang tak sanggup membayar cicilan motor karena lesunya order di tengah wabah virus corona yang kini ikut bergabung menjadi Pelestari.

Baca juga: 5 Alasan Pentingnya Penyu bagi Lingkungan dan Perannya dalam Kehidupan Sekitarnya

“Pelestari bekerja dengan jam kerja bebas. Kapan saja mereka ingin bekerja, maka tinggal menyalakan aplikasinya lalu merespons permintaan dari pengguna Octopus yang ingin mengirimkan kemasan daur ulangnya,” imbuh Hamish.

Hamish mengisahkan bagaimana Octopus dapat mengubah kehidupan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Mhilina adalah seorang karyawan hotel di Makassar.

Dia kehilangan pekerjaannya karena situasi Covid-19. Setelah berbulan-bulan menganggur, perempuan ini mendengar tentang Octopus dan bergabung sebagai Pelestari. Di bulan ke-4, ia mendapatkan penghasilan sebesar Rp 4 juta per bulan.

Sementara itu, sebelum bergabung di Octopus, Rosmini sudah menjalankan bisnis pengumpulan sampahnya sendiri.

Arus kasnya kacau dan keuntungannya hanya 3-5%. Dia mendengar bahwa ada aplikasi baru yang dapat membantunya menjalankan bisnis.

Segera setelah bergabung dengan Octopus, dia dapat melacak setiap transaksi dan memantau setiap item stok di Collection Point-nya.

Saat ini Rosmini memiliki margin keuntungan 10-12% per bulan, ia juga mendapat pinjaman modal dari bank untuk mengembangkan usahanya dan dapat membeli lebih banyak produk pasca-konsumsi dari Pelestari.

Hamish menambahkan, di aplikasi Octopus juga memuat cara kelola sampah tertentu, misalnya popok bekas, kaca, dan sebagainya.

“Kita bantu konsumen untuk mengubah gaya hidupnya,” tuturnya.

Guna menarik minat anak muda kalangan millennial untuk bergabung dalam mengelola sampah
melalui Octopus, aplikasi ini telah menjalin kolaborasi dengan pihak lain yang relevan dengan gaya hidup kekinian.

“Sekarang kami kerja sama dengan Kopi Soe, UMKM, juga sejumlah tempat popular di Bali," lanjutnya.

Tak lama setelah dibentuk, Octopus telah menarik perhatian sejumlah perusahaan multinasional, mulai dari industri kemasan hingga merek-merek FMCG.

Hingga akhir tahun 2021, sebut Hamish, Octopus berharap dapat mengelola 1 miliar post consumed products (sampah kemasan yang telah digunakan oleh konsumen) menjadi materi yang dapat didaur ulang dan digunakan kembali (umumnya terdiri dari botol plastik atau kertas kemasan).

Halaman
123
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan