Rabu, 13 Agustus 2025

Pakar Ungkap Keuntungan Konser Taylor Swift yang Dimonopoli Singapura

Konser bertajuk The Eras Tour di Singapore pada Maret 2024 dimonopoli oleh Singapura. Konser tersebut digelar selama 6 hari di Negeri Singa.

AFP
Taylor Swift menghadiri GRAMMY Awards ke-66 di Crypto.com Arena pada 04 Februari 2024 di Los Angeles, California. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Konser penyanyi pop Taylor Swift di Singapura membuat fans dari negara ASEAN lain kecewa.

Konser bertajuk The Eras Tour di Singapore pada bulan Maret mendatang ini dimonopoli oleh Singapura. Selama 6 hari konser tersebut bakal digelar di negeri Singa itu.

Diketahui, Singapura membuat kesepakatan eksklusif atau exclusive deal, dimana harus menghapus agenda konser di negara ASEAN lainnya.

Konser yang merupakan bagian dari tur dunia album terbarunya, Red (Taylor’s Version) disebut-sebut menjadi guncangan ekonomi bagi negara-negara ASEAN.

Di Indonesia misalnya seperti disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno.

"Event musik internasional, seperti konser Taylor Swift memang memiliki dampak yang besar pada perekonomian suatu negara. Tapi mohon maaf swifties, Taylor Swift belum mampir dulu nih ke Indonesia. Diborong habis sama Singapura  namun, ini menjadi pelajaran bagi kami!," tulis Sandiaga diakun Instagramnya yang dilihat pada Jumat (23/2/2024). 

Menurut Sandiaga, Indonesia pada tahun ini akan menggelontorkan 2 Triliun Rupiah melalui dana khusus pariwisata atau Indonesia Tourism Fund (ITF). 

Nantinya dengan dana ini akan digunakan untuk menggerakan event-event lokal hingga internasional, dengan harapan dapat meningkatkan jumlah wisatawan sehingga mampu membawa dampak penciptaan lapangan kerja yang lebih luas lagi.

Baca juga: Daftar Lengkap Pemenang Grammy 2024: Taylor Swift Menang Album Terbaik

Sementara itu dilansir dari The Guardian, Perdana Menteri Thailand mengeklaim Singapura membuat kesepakatan dengan mencegah Taylor Swift tampil di tempat lain di Asia Tenggara dalam tur Eras-nya. 

Srettha Thavisin mengatakan bahwa, Singapura memberikan kompensasi 2 hingga 3 juta dollar AS untuk setiap konser di tempat lain. Dengan kurs Rp 15.658 per dollar AS, nilainya berkisar Rp 31,3 miliar hingga Rp 46,9 miliar.

Tak mau berlarut-larut kecewa karena tidak disinggahi Taylor Swift, ia bertekad menerapkan banyak strategi untuk mendatangkan musisi dunia agar perekonomian negaranya menjadi maju.

Pergerakan ekonomi dari konser 6 hari berturut-turut di Singapura memang tidak main-main. Terdapat kenaikan tiket penerbangan, penginapan serta akomodasi sekitar 30 persen ditanggal gelaran konser.

Menanggapi hal itu, Pakar Ekonomi UNAIR, Dr Gancar C. Premananto mengatakan, Singapura sangat diuntungkan dalam sektor ekonomi dari kontrak eksklusif ini. 

“Dengan adanya kontrak tersebut, tentu yang pertama akan menimbulkan scarcity effect atas kemunculan Taylor Swift di Asia Tenggara," kata dia dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (23/2/2024).

Sosok Taylor Swift akan meningkatkan kunjungan wisata di Singapura. Kesepakatan eksklusif itu menjadi investasi yang sangat menguntungkan bagi perekonomian di negara Singapura.

“Kalau berkaca dari konser Coldplay di Singapura pada Januari 2024, untuk enam kali pertunjukkan diproyeksikan menghasilkan sekitar SGD 96 juta atau sekitar 1,5 triliyun rupiah pada perekonomian di Singapura. Tentunya, hal ini juga akan berimbas pada aspek pariwisata, akomodasi, kuliner dan belanja ritel karena para pengunjung konser tidak akan langsung pulang setelah acara,” ulas Pakar Ekonomi UNAIR itu.

Seperti diketahui, Singapura menjadi salah satu rujukan artis dunia di Asia Tenggara dalam pelaksanaan konser, dilihat dari segi kesiapan fasilitas maupun infrastruktur.

"Negara-negara Asia Tenggara lain harus belajar dari Singapura dalam mempersiapkan konser artis dunia," ungkap dia.

Selain itu, kesiapan masalah perijinan dan penerimaan masyarakat juga mempengaruhi, seperti isu mengenai LGBTQ+. 

“Dengan adanya kesepakatan dari manajemen Taylor Swift untuk konser eksklusif, tentunya negara-negara Asia Tenggara dapat belajar dengan melihat kesiapan Singapura dalam aspek koneksitas antar kota, kapasitas hotel, kesiapan fasilitas pendukung dan juga termasuk penerimaan dari Masyarakat,” imbuh Gancar.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan