Jumat, 15 Agustus 2025

Kontroversi Film Animasi Merah Putih

Tim Produksi Film 'Merah Putih: One For All' Pernah Audiensi dengan Wamen Irene Umar

Film animasi Merah Putih: One For All jadi sorotan publik karena kualitasnya dinilai buruk. Kabarnya dibiayai Kementerian Ekonomi Kreatif.

X(twitter)
POSTER FILM ANIMASI - Poster film animasi Merah Putih One For All yang menuai kontroversi lantaran proses produksinya menghabiskan anggaran nyaris Rp 7 Miliar namun kualitasnya buruk. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Film animasi berjudul Merah Putih: One For All belakangan ini ramai diperbincangkan baik di kalangan masyarakat atau sineas.

Hal yang menjadi sorotan adalah kualitas animasinya dinilai kurang matang dan kaku dibandingkan sejumlah film animasi Indonesia lainnya.

Adapun Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Ekraf) angkat bicara terkait sorotan terhadap film.

Pihak mereka membantah membiayai produksi film tersebut.

Baca juga: Netizen Sibuk Bandingkan Animasi Merah Putih One for All dan Jumbo, Angga Sasongko Bersuara

"Kementerian Ekraf menegaskan pemerintah tidak memberikan dukungan bersifat finansial maupun fasilitasi produksi dan promosi terhadap film Merah Putih: One For All," kata Kiagoos Irvan Faisal selaku (Plt) Kepala Biro Komunikasi Kementerian Ekraf, dalam keterangannya, Selasa (12/8/2025).

Kiagoos menambahkan, pihaknya tidak berwenang meloloskan penayangan film di bioskop. 

Keputusan penayangan film pada 14 Agustus 2025 sepenuhnya menjadi kewenangan pihak bioskop.

"Kementerian Ekraf tidak memiliki kewenangan untuk melakukan kurasi, apalagi meloloskan atau tidaknya sebuah tayangan film. Proses kurasi dan seleksi penayangan menjadi kewenangan pihak distributor, dalam hal ini pemilik bioskop," ujarnya.

Ia mengungkapkan pada 7 Juli 2025, tim produksi Merah Putih: One For All pernah melakukan audiensi dengan Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar

Dalam pertemuan itu, Ekraf hanya memberikan masukan terkait peningkatan kualitas animasi.

"Dalam audiensi tersebut, Wamen Ekraf memberikan sejumlah masukan untuk peningkatan kualitas film animasi tersebut," jelas Kiagoos.

Meski demikian, ia menekankan setiap pelaku ekonomi kreatif berhak mendapat ruang untuk berkarya.

"Kementerian Ekonomi Kreatif meyakini bahwa setiap pegiat ekraf patut diberikan ruang untuk berkarya dan kesempatan untuk berkreasi, sejauh itu dapat memberikan dampak positif, khususnya bagi sektor ekonomi kreatif," jelas Kiagoos.

Film ini mengangkat semangat menyambut Hari Kemerdekaan, bercerita tentang sekelompok anak yang terpilih menjadi Tim Merah Putih.

Film ini dijadwalkan tayang di bioskop pada 14 Agustus 2025.

Sebagai informasi, Merah Putih One For All  adalah film animasi Indonesia bertema nasionalisme yang dijadwalkan tayang di bioskop mulai 14 Agustus 2025, menjelang peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-80. 

Film ini diproduksi oleh Perfiki Kreasindo di bawah Yayasan Pusat Perfilman H Usmar Ismail, dengan Toto Soegriwo sebagai produser utama dan Endiarto serta Bintang Takari sebagai sutradara dan penulis naskah.

Sinopsis Singkat

Film ini mengisahkan sebuah desa yang bersiap menyambut Hari Kemerdekaan.

Tiga hari sebelum upacara, bendera pusaka Merah Putih hilang secara misterius.

Delapan anak dari latar budaya berbeda (Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan Tionghoa) membentuk “Tim Merah Putih”.

Mereka menjalani misi heroik untuk menemukan dan mengibarkan kembali bendera tersebut tepat pada 17 Agustus.

Kontroversi dan Kritik

Film ini menjadi sorotan karena anggaran besar: Rp6,7 miliar, namun kualitas animasi dinilai buruk dan kaku.

Waktu produksi sangat singkat: hanya sekitar dua bulan.

Dugaan penggunaan aset visual stok dari situs animasi seperti Reallusion.

Respons publik negatif: trailer yang dirilis di YouTube dibanjiri kritik dan meme.

Film ini dimaksudkan sebagai simbol persatuan dan semangat kebangsaan, namun justru memicu perdebatan soal kualitas, transparansi anggaran, dan etika produksi.

Film Merah Putih: One For All diproduksi oleh Perfiki Kreasindo di bawah Yayasan Pusat Perfilman H Usmar Ismail, dengan Toto Soegriwo sebagai produser utama dan Endiarto serta Bintang Takari sebagai sutradara dan penulis naskah.

Konon, produksinya dibiayai pemerintah.

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan