Senin, 18 Agustus 2025

Kontroversi Film Animasi Merah Putih

Ini Prosedur Panjang Film Sebelum Tayang di Bioskop, Animasi Merah Putih One for All 'Istimewa'

Bioskop memiliki aturan serta kriteria tertentu sebelum memutuskan untuk menayangkan sebuah film.

Tribunnews/Bayu Indra Permana
Hanung Bramantyo cerita soal keterlibatannya di Musikal Sinematik City of Love, di kawasan Senayan Jakarta Pusat, Jumat (17/1/2025). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sutradara Hanung Bramantyo menyoroti film Merah Putih One For All, yang dinilai begitu mudah melewati proses penayangan di bioskop

Padahal, ada prosedur panjang yang harus dilalui sebelum sebuah film bisa diputar di bioskop.

Hanung, yang juga berpengalaman sebagai produser, menjelaskan setiap jaringan bioskop seperti XXI, CGV, Cinepolis, dan Platinum Cineplex memiliki aturan serta kriteria tertentu sebelum memutuskan untuk menayangkan sebuah film.

Baca juga: Netizen Sibuk Bandingkan Animasi Merah Putih One for All dan Jumbo, Angga Sasongko Bersuara

"Pengusaha bioskop, ada XXI, CGV, Cinepolis, Platinum (Cineplex), itu memiliki semacam aturan," kata Hanung, dikutip dari YouTube KasiSolusi, Jumat (15/8/2025).

"Sinema itu memiliki kriteria," lanjutnya.

Ia memaparkan, proses biasanya diawali dengan produser atau sutradara mengirimkan surat kepada pihak bioskop untuk mengajukan film produksi mereka. 

"Aturan yang biasa dikenakan pada filmmaker dan produser adalah, jadi kirim surat dulu," jelas Hanung.

Setelah surat dikirim, pihak bioskop umumnya baru memberikan jawaban terkait tanggal tayang sekitar tiga bulan kemudian. 

"Baru kemudian tiga bulan setelah kirim surat, baru dikabarin 'film kamu bisa tayang di tanggal sekian, bulan sekian,'" ujarnya. 

"Kalau mau minta tanggal tayang, setidaknya tiga bulan baru mendapatkan," tambahnya.

Jika produser menyetujui jadwal yang ditawarkan, langkah selanjutnya adalah mengirimkan file film ke pihak bioskop untuk pemeriksaan teknis. 

Pemeriksaan ini mencakup kualitas gambar, pencahayaan, suara, hingga memastikan tidak ada bagian yang rusak atau hilang.

"Ditawarin tanggalnya, mau apa enggak? Kalau misal menjawab oke enggak apa-apa kita mau tanggal segitu, 'ya sudah kirim file-nya kepada kami, kami akan melihat,'" tutur Hanung. 

"Biasanya lebih kepada teknis. Kalau gambar enggak proper, gelap dan suara pecah, gambar blur tiba-tiba, tiba-tiba di tengah ada blank. Teknis lah pokoknya," imbuhnya.

Hanung menegaskan, setelah semua tahapan tersebut dilalui barulah sebuah film bisa tayang di bioskop

Namun, jika tidak lolos pemeriksaan teknis, film tersebut tidak dapat diterima untuk penayangan.

Jadi, film Merah Putih One for All' diproduksi tak sampai dua bulan dan kemudian langsung mendapat jadwal tayang di bioskop, adalah sesuatu yang "istimewa".

Diketahui, film Merah Putih One For All dijadwalkan tayang serentak di bioskop mulai 14 Agustus 2025.

Film ini mengusung misi mulia untuk menyebarkan semangat persatuan melalui petualangan delapan anak dari berbagai suku di Indonesia. 

Pada hari kemerdekaan, 17 Agustus 2025, harga tiket film ini bahkan ditawarkan dengan harga spesial, yaitu Rp17.000.

Film Merah Putih One For All menuai kritik tajam karena animasi yang dianggap kaku dan tidak sesuai standar industri.

Cerita dan grafis dari film yang rencananya akan tayang menjelang HUT ke-RI tersebut dianggap jauh di bawah standar film animasi modern padahal sudah menghabiskan anggaran nyaris Rp 7 miliar.

Bahkan tak sedikit membandingkan kualitas film animasi Merah Putih: One For All, jauh di bawah film animasi "Jumbo" yang sukses menggaet lebih dari 10 juta penonton di bioskop, sekaligus tercatat sebagai film animasi terlaris sepanjang masa di Indonesia.

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan