Beda Pandangan Microsoft dan ChatGPT Soal AI: Satu Bilang Menjanjikan, Satu Bilang Heran
Perbedaan pandangan antara bos Microsoft dengan ChatGPT soal AI. Satu bilang AI sangat menjanjikan, satunya heran banyak yang percaya AI.
Penulis:
Whiesa Daniswara
Editor:
Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Artificial Intelligence atau AI saat ini banyak digandrungi di kalangan masyarakat luas, khususnya di Indonesia.
Namun, ada perbedaan pandangan mengenai AI antara Microsoft dengan ChatGPT.
CEO divisi kecerdasan buatan Microsoft, Mustafa Suleyman mengatakan AI terbarunya telah dapat mendiagnosis penyakit empat kali lebih akurat.
Saat ini, Microsoft tengah menguji apakah alat tersebut dapat mendiagnosis pasien yang menderita penyakit dengan tepat, meniru pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh dokter manusia.
Tim Microsoft menggunakan 304 studi kasus yang bersumber dari New England Journal of Medicine untuk merancang sebuah uji yang disebut Tolok Ukur Diagnosis Berurutan.
Dikutip dari Wired, sebuah model bahasa menguraikan setiap kasus menjadi proses langkah demi langkah yang akan dilakukan dokter untuk mencapai diagnosis.
Para peneliti Microsoft kemudian membangun sistem yang disebut MAI Diagnostic Orchestrator (MAI-DxO) yang menanyakan beberapa model AI terkemuka — termasuk GPT milik OpenAI, Gemini milik Google, Claude milik Anthropic, Llama milik Meta, dan Grok milik xAI — dengan cara yang secara longgar meniru beberapa pakar manusia yang bekerja bersama-sama.
Dalam percobaan mereka, MAI-DxO mengungguli dokter manusia, dengan tingkat akurasi 80 persen dibandingkan dokter yang hanya 20 persen.
Biaya juga berkurang 20 persen dengan memilih tes dan prosedur yang lebih murah.
"Mekanisme orkestrasi ini—beberapa agen yang bekerja bersama dalam gaya perdebatan berantai—itulah yang akan membawa kita lebih dekat ke kecerdasan super medis,” kata Suleyman.
Perusahaan tersebut merekrut beberapa peneliti AI Google untuk membantu upaya tersebut — pertanda lain dari meningkatnya persaingan untuk mendapatkan keahlian AI terbaik di industri teknologi.
Baca juga: Penelitian Microsoft: AI Lebih Baik daripada Dokter untuk Mendiagnosis Masalah Kesehatan yang Rumit
Suleyman sebelumnya adalah seorang eksekutif di Google yang menangani AI.
AI sudah banyak digunakan di beberapa bagian industri perawatan kesehatan AS, termasuk membantu ahli radiologi menginterpretasi hasil pemindaian.
Model AI multimoda terbaru berpotensi untuk bertindak sebagai alat diagnostik yang lebih umum, meskipun penggunaan AI dalam perawatan kesehatan menimbulkan masalah tersendiri, khususnya terkait bias dari data pelatihan yang condong ke demografi tertentu.
Di sisi lain, CEO OpenAI dan wajah di balik ChatGPT, Sam Altman mengakui bahwa ia terkejut dengan tingkat kepercayaan yang diberikan orang pada alat AI generatif—meskipun kekurangannya sangat mirip manusia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.