Selasa, 30 September 2025
Tujuan Terkait

Teknologi AI dan Satelit Diterapkan untuk Genjot Produksi Pertanian Indonesia

Teknologi ini mampu memantau indikator seperti kadar air, klorofil, kandungan nitrogen, dan indeks vegetasi (NDVI) secara harian

HO/IST
PAKAI AI - Ilusrasi cara kerja sistem pemantauan lahan pertanian bernama FarmiSpace.  Sistem ini menggunakan data spektral satelit dan model AI untuk memantau kondisi tanaman secara real-time tanpa perlu sensor di lapangan 

Hasiolan EP/Tribunnews.com

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA  — Pemerintah Indonesia terus mendorong transformasi sektor pertanian melalui pemanfaatan teknologi pertanian cerdas.

Langkah ini diambil di tengah tantangan ketahanan pangan nasional yang masih besar, meskipun luas lahan pertanian mencapai 23,52 juta hektar atau 12,35 persen dari total wilayah.

Impor pangan seperti beras, kedelai, gula, dan daging masih dibutuhkan karena produksi dalam negeri belum optimal.

Data terbaru menunjukkan indeks produksi tanaman pangan nasional turun 2,61 poin dalam dua tahun terakhir, setara dengan penurunan hasil panen sekitar 2,6 juta ton.

Perubahan iklim, bencana alam, dan keterbatasan skala petani menjadi faktor utama di balik fluktuasi tersebut.

Untuk mengatasi hal tersebut, berbagai teknologi pertanian cerdas mulai diterapkan, termasuk penginderaan jauh melalui satelit, drone, serta pemodelan data AI.

Baca juga: 10 Provinsi dengan Jumlah SMA Terbanyak di Indonesia: Tak Ada Jakarta, Jabar Urutan Pertama

Salah satu teknologi yang kini digunakan adalah sistem FarmiSpace dari perusahaan teknologi Datayoo.

“Generasi baru pertanian cerdas harus bergerak ke arah sistem tanpa sensor dan input manusia yang minimal. Hanya dengan cara ini kita dapat benar-benar meningkatkan produktivitas dan efisiensi,” ujar Shaw Wu, CEO Datayoo, dikutip Jumat (1/8/2025).

Menurut Shaw, pihaknya yang berbasis di Taiwan dan Singapura, mengembangkan FarmiSpace sebagai sistem pemantauan lahan pertanian berbasis data spektral satelit dan algoritma AI berpaten.

Teknologi ini mampu memantau indikator seperti kadar air, klorofil, kandungan nitrogen, dan indeks vegetasi (NDVI) secara harian tanpa perlu sensor di lapangan.

Penggunaan sistem ini telah diuji di berbagai wilayah, termasuk Karawang, Jawa Barat.

Menurut Shaw, penyedia layanan pertanian yang menggunakan FarmiSpace untuk memantau penyakit blast pada padi di tahun 2024 menyebutkan kalau laporan mingguan dari platform tersebut memiliki kecocokan 98?ngan hasil survei lapangan.

Hal ini memungkinkan mereka untuk bertindak lebih cepat, mengurangi waktu respons, dan meminimalkan kerugian panen.

Agar implementasi teknologi ini efektif di tingkat lokal, kata Shaw, pihaknya juga menjalin kerja sama strategis dengan Blessed Bentara Agri, sebuah perusahaan agri-teknologi Indonesia.

Kemitraan ini diumumkan dalam ajang ITICF Summit di Batam, Juli 2025.

Melalui kolaborasi ini, hasil pemantauan FarmiSpace langsung ditindaklanjuti menggunakan drone penyemprot dan sistem irigasi otomatis milik Bentara.

“Dengan sistem ini, kami bisa langsung merespons zona risiko tanpa perlu inspeksi manual yang memakan waktu,” kata perwakilan Blessed Bentara Agri.

Dengan luas wilayah Indonesia yang mencapai 1,9 juta kilometer persegi dan tersebar di lebih dari 17.000 pulau, solusi berbasis data dinilai lebih efektif daripada inspeksi lapangan secara konvensional.

FarmiSpace diklaim dapat memangkas biaya inspeksi hingga 50% per minggu, serta meningkatkan efisiensi pemupukan dan irigasi sebesar 10–20%. Selain itu, deteksi dini hama dan penyakit juga diyakini dapat mengurangi kerugian hasil panen hingga 15–20%.

Ke depan, lanjut Shaw, pihaknya akan membangun basis data tanaman lokal untuk mendukung pemantauan spesifik terhadap komoditas utama seperti padi, kelapa sawit, pisang, bawang merah, dan cabai.

Perusahaan ini menargetkan ekosistem pertanian Indonesia yang “lebih sedikit bergantung pada cuaca, lebih banyak keputusan berbasis data.”

 

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan