Minggu, 28 September 2025

Gebrakan Inovasi Kampus di Indonesia Warnai Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri ITB 2025

Banyak inovasi unggulan yang ditampilkan di KSTI 2025 berasal dari ITB, seperti Katalis Merah Putih dan riset kuantum

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Erik S
Istimewa
Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) ITB 2025 menjadi panggung unjuk kebolehan inovasi kampus dari seluruh penjuru Indonesia. Karya-karya ini memikat perhatian Presiden Prabowo Subianto dan para menteri yang hadir langsung di Sasana Budaya Ganesha, Bandung, 7 Agustus 2025 

“Indonesia memiliki kekayaan hayati luar biasa. Kemiri adalah salah satu tanaman lokal yang murah, melimpah, dan selama ini hanya dianggap pelengkap dapur. Padahal, jika diolah dengan benar, kandungan nutrisinya bisa menyaingi minyak nabati impor,” ujar Dr. Hery, yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Life Sciences and Technology Swiss German University.

Kemirich Gold mengandung Omega 3, Omega 6, Omega 9, DHA, EPA, LA, dan Vitamin E, yang secara ilmiah terbukti bermanfaat untuk kesehatan jantung orang dewasa, serta mendukung pertumbuhan balita dan anak-anak. Produk ini juga telah tersertifikasi halal dan memiliki izin edar resmi dari BPOM RI.

Penelitian ini menjadi kontribusi nyata Dr. Hery dalam memaksimalkan potensi pangan lokal untuk ketahanan pangan nasional dan substitusi produk impor.

Sementara itu, di bidang teknologi kesehatan, Aulia Arif Iskandar, S.T., M.T., Kepala Program Studi Biomedical Engineering di Swiss German University, menciptakan dua alat revolusioner: Dub-Dub Mini EKG dan Stetoskop Digital yang keduanya berbasis AI. Berangkat dari keprihatinan terhadap akses terbatas masyarakat terhadap deteksi dini penyakit jantung dan paru-paru, ia mengembangkan solusi cerdas yang portabel, terjangkau, dan berbasis teknologi terkini.

Baca juga: KSTI 2025 Resmi Digelar! Sains dan Teknologi Dorong Ekonomi dan Industri Nasional

Dub-Dub Mini EKG adalah alat elektrokardiogram 1-lead yang mampu mendeteksi irama jantung abnormal secara real-time dan mengirimkan data ke aplikasi ponsel melalui Bluetooth. 

Aplikasi ini memiliki fitur emergency alert dan telekonsultasi, memberikan akses lebih cepat dan aman kepada pasien untuk penanganan awal.

Sementara itu, Stetoskop Digital Berbasis AI dirancang untuk menganalisis suara paru-paru, bukan sekadar mendengarkannya. Dengan memanfaatkan machine learning, alat ini mampu mengklasifikasi penyakit paru berdasarkan pola suara pernapasan yang terekam, menjadikannya asisten diagnostik digital bagi tenaga medis.

Kedua alat ini telah memperoleh penghargaan dari Kementerian Kesehatan RI, termasuk sebagai alat terbaik ke-2 kategori inovasi alkes pada 2019 dan Produk Riset Alkes Unggulan Pertama 2024, menegaskan potensi besar teknologi lokal dalam sistem layanan kesehatan nasional.

Sementara itu, dari sektor kesehatan, Universitas Gadjah Mada melalui Science Techno Park menampilkan teknologi ventilator adaptif yang mampu menyesuaikan kebutuhan oksigen pasien. Deputy Director UGM Science Techno Park Prof. Sang Kompiang Wirawan menjelaskan bahwa inovasi ini telah memiliki izin edar dan siap diproduksi.

“Ventilator ini memang sangat spesial karena ventilator selama ini kan pasien itu mengikuti seburan oksigen dari ventilatornya. Kalau ini berbeda. Kalau pasiennya ini sedang dalam kondisi sesak, dia akan menyesuaikan. Jadi ini inovasi baru yang menyesuaikan dengan pasien,” ungkap Prof. Sang Kompiang.

Lebih lanjut, ia juga menyampaikan pentingnya dukungan negara dalam hilirisasi inovasi. 

“Kehadiran negara luar biasa. Yang penting sekarang itu adalah negaralah sebagai pembeli pertama inovasi-inovasi anak bangsa. Yang itu nanti bisa dimanfaatkan oleh BUMN, pemerintah daerah, pemerintah pusat. Artinya apa? Negara hadir sebagai off-taker, sebagai pembeli pertama,” tegasnya.

“Dukungan yang sangat baik ya dari Bapak Presiden selaku Kepala Negara bisa hadir di acara pameran sains dan teknologi. Kehadiran beliau di sini kita harapkan menjadi pemicu atau motivasi supaya sains dan teknologi di Indonesia ini bisa semakin maju,” pungkas Fadjar.

Rektor Swiss German University, Assoc. Prof. Dr. Dipl.-Ing. Samuel P. Kusumocahyo, menyampaikan apresiasi mendalam terhadap capaian dua dosen tersebut, 

“Inovasi yang dikembangkan Dr. Hery dan Pak Aulia adalah bukti bahwa riset di perguruan tinggi tidak hanya untuk jurnal, tetapi juga untuk menjawab kebutuhan nyata masyarakat. Ini bukan sekadar prestasi individu, tapi kontribusi langsung untuk bangsa dan masa depan yang lebih baik.”

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan