Menikmati Liburan Aman di Masa Pandemi Covid-19, Mengapa Tidak? Simak Panduannya
Jangan sekali-kali berlibur jika kondisi tubuh sedang tidak fit, misalnya sedang merasa tidak enak badan atau demam.
Penulis:
Dewi Agustina
Peningkatan jumlah kasus baru virus corona ini menurut Pakar Epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dr Windhu Purnomo, salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah momen libur panjang beberapa waktu lalu.
"Salah satu kemungkinannya akibat libur panjang lima hari itu," ungkap Windhu saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat malam.
Diketahui pemerintah menetapkan tanggal 28 dan 30 Oktober 2020 sebagai cuti bersama dalam rangka libur memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW pada 29 Oktober 2020.
Sehingga, total libur panjang selama 5 hari, yaitu pada tanggal 28 Oktober hingga 1 November 2020.
Tidak sedikit masyarakat yang memanfaatkan momen tersebut untuk bepergian.
Dengan tambahan tersebut, total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 457.735 kasus.
Hal senada disampaikan oleh Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito.
Terkait rekor penambahan kasus ini, Wiku menduga lonjakan kasus kemarin bisa disebabkan dua hal, yakni karena peningkatan laju infeksi atau peningkatan kapasitas testing di daerah.
"Kenaikan kasus hari ini dapat disebabkan berbagai macam faktor. Kenaikan kasus bisa terjadi karena meningkatnya laju infeksi maupun kenaikan jumlah testing," ujar Wiku.
Jika lonjakan kasus disebabkan peningkatan kapasitas testing, Wiku mengapresiasi Pemda yang berusaha meningkatkan kapasitas pemeriksaan Covid-19.
"Testing bernilai deteksi dini yang dapat meningkatkan angka kesembuhan dan otomatis menurunkan angka kematian," katanya.
Baca juga: Banyak Turis Beli Hasil Test Covid-19 Palsu, Liburan Nantinya Akan Dipersulit?
Namun, kata Wiku, peningkatan laju infeksi juga bisa disebabkan faktor lain yakni momentum yang memicu kerumunan.
Pemerintah mencatat ada dua fenomena yang berhasil menarik banyak massa belum lama ini, yakni gelombang unjuk rasa penolakan UU Cipta Kerja yang terjadi pada Oktober lalu, serta momentum libur panjang pada akhir Oktober.
Libur panjang juga meningkatkan mobilitas penduduk dari ibu kota ke daerah.
"Jika memang angka ini disebabkan laju infeksi, baik karena beberapa momentum seperti terjadinya demonstrasi maupun libur panjang, maka hal ini perlu dijadikan bahan evaluasi bagi pemerintah untuk meningkatkan upaya antisipasi kenaikan kasus ke depan," kata Wiku.