Blog Tribunners
Tradisi Perang Onor Tegal Sambi Jepara Seru !!!
Di Desa Tegalsambi kecamatan Tahunan kabupaten Jepara ada acara tradisi atau ritual yaitu perang obor .
Penulis:
Fatkhul Muin
Editor:
Widiyabuana Slay
Disebut
Perang obor karena warga yang mengikuti ritual ini mengadakan perang (
hantam menghantam ) dengan menggunakan obor yang dibuat dari pelepah
daun kelapa kering dan juga daun pisang kering. Warga yang mendapat
tugas sebagai tentara yang akan berperang merupakan warga pilihan yaitu
harus berani dan tidak takut akan api .Pada pesta obor tahun ini
panitia telah menugaskan 30 warga desa Tegal sambi untuk menjadi pasukan
perang .
Sekretaris Desa Tegal Sambi, Muhsin, mengatakan bahwa untuk tahun ini, perayaan perang obor tidak diadakan pada bulan Dhulhijah dalam kalender Jawa atau Arab. Sebab, pada bulan itu cuaca masih sering hujan dan khawatir saat dilaksanakan perayaan perang obor akan terjadi hujan
''Makanya kami mengadakan tradisi ini pada bulan Mei. Untuk harinya tetap sesuai yang telah dilakukan sejak dulu, yakni Senin Pahing dan bertepatan tanggal 24 Mei '' katanya
Muhsin mengatakan, tahun ini
panitia prang obor hanya menyediakan 200 gulung pelepah daun kelapa
dicampur daun pisang kering. Ini karena keterbatasan biaya. Maklum,
semua bahan untuk tradisi itu harus didapat dengan membeli. ''Semua
bahan untuk obor-oboran ini kami beli dari Kecamatan Keling. Karena di
sana yang masih banyak pohon kelapanya,'' tuturnya.
Setiap gulung pelepah daun kelapa dan daun pisang kering itu, diperkirakan senilai Rp 10 ribu. Sehingga untuk membuat 200 gulung, panitia menghabiskan sekitar Rp 2 juta.
Perang obor ini, merupakan atraksi budaya yang sudah turun temurun, yang harus dilestarikan. Karena selain merupakan tradisi budaya daerah, juga sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Tuhan atas limpahan anugrah panen kepada masyarakat. Selengkapnya kisah adanya perang obor ini adalah sebagai berikut:
Dahulu di Desa Tegalsambi ada seorang petani kaya raya bernama Mbah Babadan. Petani ini memiliki banyak sekali hewan ternak. Bahkan, saking banyaknya jumlah ternak yang dimiliki, Mbah Babada pun tak mampu memelihara hewan-hewannya itu seorang diri. Akhirnya, seorang warga bernama Ki Gemblong menawarkan diri untuk memelihara hewan-hewan ternak Mbah Babadan. Kesepakatan pun dilakukan dan Ki Gemblong mulai memelihara ternak Mbah Babadan.
Kepandaian Ki Gemblong memelihara ternak
ternyata membuahkan hasil. Dalam waktu singkat hewan ternak yang
dipeliharanya jumlahnya bertambah banyak, bahkan boleh dikata
berlipat-lipat dan badannya gemuk-gemuk.
Melihat
keberhasilan memelihara hewan ternak, Mbah Babadan pun sangat gembira.
Ia terus-menerus berterimakasih dan memuji-muji Ki Gemblong.
Pada suatu hari, Ki Gemblong menggembalakan hewan-hewan ternaknya di tepi sungai. Ki Gemblong tiba-tiba terkejut karena di sungai itu banyak sekali ikannya. Melihat saking banyaknya ikan di sungai yang jernih itu, perut Ki Gemblong pun tiba-tiba terasa melilit lapar. Ki Gemblong pun memakan ikan tersebut dengan cara dibakar.
Begitu ikan bakar yang diambil dari sungai itu dikunyahnya, Ki Gemblong terkejut bukan kepalang. Sebab ikan yang dimakannya terasa enak sekali. Ki Gemblong pun ketagihan.
Sejak saat itu, tiap hari Ki Gemblng selalu menggiring ternaknya ke tepi sungai dan ia meninggalkan hewan ternaknya begitu saja. Ki Gemblong asyik menangkap, membakar dan memakan daging ikan, sementara hewan ternaknya benar-benar dilupakan. Hingga pada suatu hari, hewan-hewan ternak yang digembala Ki Gemblong menjadi kurus-kurus bahkan banyak sekali yang sakit dan kemudian mati.
Peristiwa ini akhirnya terdengar Mbah Babadan, maka Ki Gemblong pun dipanggilnya untuk menghadap. Rupanya Mbah Babadan marah melihat ulah Ki Gemblong. Mbah Babadan pun segera mengambil seikat daun kelapa kering dan membakarnya menjadi obor. Dengan obor itulah Mbah Babadan berkali-kali memukul kepala Ki Gemblong. Karena merasa sakit, Ki Gemblong segera bangkit dan melawan dengan obor pula.
Ternyata percikan api obor
yang dipukul-pukulkan kedua orang itu ada yang membakar jerami yang ada
di kandang. Kandang ternak itu pun akhirnya terbakar dan hewan ternak
milik Mbah Babadan yang sedang sakit dan kurus-kurus lari tunggang
langgang ketakutan. Setelah terbakarnya kandang tersebut selanjutnya
sapi-sapi itu menjadi gemuk-gemuk dan sehat.
Sejak itulah, masyarakat Desa Tegalsambi yakin bahwa untuk mengusir penyakit perlu dilakukan Tradisi Obor-Oboran. Prosesi ini masih acap digelar menjadi rangkaian Upacara Sedekat Bumi Desa Tegalsambi.
Perang obor pada malam kemarin cukup meriah ,selain dihadiri oleh seluruh warga desa ,pejabat dari kabupaten juga warga sekitarnya ikut menyaksikan kemeriahan perang api ini . Saking meriahnya kadang api dari obor tersebut memercik ke tubuh pasukan ataupun penonton yang menjadikan luka bakar ,namun anehnya luka itu dapat tersembuhkan dengan obat khusus dari ramuan minyak kelapa dan bahan khusus dari desa TegalSambi cukuphanya dioleskan saja.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.