Kamis, 9 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Ini Setetes Darahku Untukmu, Kawan!

- Puasa baru memasuki hari keempat. Puluhan mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar berbuka

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-inlihat foto Ini Setetes Darahku Untukmu, Kawan!
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) menunjukkan kantong darah di ruang pendingin darah di kantor PMI Jakarta Pusat, Rabu (25/7/2012). Persediaan darah untuk Jabodetabek di PMI berkurang karena rendahnya minat pendonor pada bulan Ramadhan. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Oleh: Tasman Banto*

TRIBUNNEWS.COM - Puasa  baru memasuki hari keempat. Puluhan mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar berbuka puasa bersama di kampusnya, Jl Urip Sumoharjo. Mereka membatalkan puasanya dengan es buah dan penganan khas Makassar, palubutung.

Beberapa menit kemudian terdengar suara adzan bertalu-talu. Para mahasiswa yang rata-rata aktivis itu pun lalu bergegas untuk salat magrib.
Selesai salat, mereka beranjak ke halaman masjid kampus. Di situlah mereka bersantap malam. Di tempat itu juga sudah tersedia 10 tempat tidur. Ada pula dua meja untuk tempat registrasi. Di dua meja itulah para mahasiswa mendaftarkan diri untuk donor darah setelah makan malam.

Mereka yang sudah mengisi formulir, mendapat pemeriksaan dari dokter Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) Makassar. Bagi yang memenuhi syarat, bisa berbaring di tempat tidur untuk menyumbangkan darahnya. Beberapa mahasiswa tampak masih ada yang merasa takut. Maklum, rata-rata baru pertama kali ini mereka mendonorkan darah.

Kegiatan ini digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UMI Makassar. Tetapi kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa Fakultas Teknologi Industri (FTI) dan Fakultas ilmu Komputer (FIK). Sepertinya, tak ada yang berani untuk memulainya. Satu sama lain tampak saling dorong untuk donor. Rasa takut masih membayangi para mahasiswa itu.  
Salah seorang yang mendonorkan darahnya adalah Zakir Sabara. Ia orang yang pertama mendonorkan darahnya. Zakir bukanlah mahasiswa, kecuali seorang dosen. Mantan aktivis UMI ini ternyata Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan di Fakultas Teknologi Industri UMI. Itulah pertama kalinya Zakir menyumbangkan darahnya.

“Auweee, ternyata tidak sakit. Dan, tidak ada pengaruhnya pale biar kita puasa. Tidak ada rasa lemas yang saya rasakan, seperti yang kita takutkan. Ayo, donor ko semua, tidak apa-apa ji,” kata Zakir dengan logat Makassar-nya memberikan semangat kepada para mahasiswanya.

Ucapannya itu ternyata mampu membakar semangat dan keberanian para mahasiswa untuk mendonorkan darahnya. Sekitar dua jam kemudian, sebanyak 53 orang berhasil diambil darahnya. Sedangkan 10 orang mahasiswa lainnya ditolak karena tidak memenuhi persyaratan. Inilah pertama kalinya, mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Makassar yang berani melakukan aksi donor darah di bulan Ramadan.

“Ketika kami diberitahu akan ada kegiatan donor darah di UMI, sempat tidak percaya. Karena selama ini tidak pernah ada instansi, lembaga, atau suatu komunitas yang menyelenggarakan kegiatan sosial donor darah di bulan Ramadan. Saya sudah lima tahun menjadi petugas donor darah, tetapi baru kali ini ada kelompok yang mau mendonorkan darahnya di bulan Ramadan,” kata petugas transfusi Unit Donor Darah (UDD) PMI Makassar, Kasat Allo Layuk.    

Ketua Badan Legislatif Mahasiswa FTI UMI, Gunawan Muh. Ikhsan menjelaskan, ketika rencana ini disampaikan kepada para mahasiswa, memang mereka seolah tak percaya. Bagaimana tidak. Kondisi fisik mahasiswa cukup lemah karena berpuasa. Sedangkan tidak dalam keadaan berpuasa saja, para mahasiswa ketakutan mendengar berbagai mitos donor darah.

“Kami yakinkan, bahwa ini hanya persoalan kita bisa memulai atau tidak. Kami yakinkan bahwa ini misi kemanusiaan, lebih berharga daripada melakukan aksi demonstrasi turun ke jalan yang menghabiskan energi. Kegiatan ini untuk membantu menyelamatkan jiwa orang lain. Ternyata kami berhasil. Kami berhasil mendobrak mitos donor darah di bulan Ramadan,” kata Gunawan setelah acara selesai.

Dari sisi Islam, menurut Zakir, berbekam (mengeluarkan darah) di bulan Ramadan tidak membatalkan puasa. Pendapat mayoritas ulama, di antaranya adalah para sahabat, seperti Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Anas, Abu Sa’id, Ummu Salamah, bahkan Imam Malik, As-Syafi’i, dan Abu Hanifah juga berpendapat seperti itu. Salah satu dalil pendapat itu adalah hadist Ibnu Abbas Radiyallahu anhuma:  “Sesungguhnya Nabi Muhammas SAW berbekam dalam keadaan sedang berihram dan berpuasa”. (HR Bukhori No. 1938).   

“Apalagi, sesudah berbuka puasa barulah kita donor, tidak mempengaruhi batalnya puasa. Fahalanya luar biasa. Selain menjalankan ibadah puasa, darah yang disumbangkan juga untuk kepentingan menyelamatkan jiwa orang lain. Setetes darahku untukmu, siap saja yang membutuhkan, dan semoga tertolong,” kata Zakir.             

Menurut Kasat Allo Layuk, donor darah sebenarnya sangat bermanfaat untuk kesehatan pendonornya dan tidak berbahaya bila dilakukan bagi mereka yang sedang berpuasa. Waktu yang tepat adalah menjelang buka dan sesudah buka puasa. Bila memenuhi syarat, seperti tekanan darah, dan persyaratan lainnya, seseorang bisa diambil darahnya sampai 450 CC. Itu akan menyebabkan berkurangnya berat badan dan akan terjadi proses pembakaran kalori sebanyak 600 kalori.

“Darah yang dikeluarkan akan membuat tubuh memperbaharui  darah kita. Tubuh akan berespon atas darah yang dikeluarkan dan segera dibuat sel darah merah baru. Ini akan membuat kadar besi (Fe) darah menjadi stabil dan membuat jantung kita lebih sehat,” kata Kasat Allo Layuk yang ramah melayani para mahasiswa.

Dewa Penyelamat
Tidak pernah dibayangkan. Ternyata 53 kantong darah yang disumbangkan itu sangat berarti bagi puluhan pasien yang sedang dirawat di beberapa rumah sakit di Makassar. Darah para mahasiswa itu bisa menyelamatkan puluhan nyawa pasien yang sedang kritis di rumah sakit.
Tujuh hari setelah aksi donor darah itu, Kepala Seksi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) UDD PMI Makassar, Kamaruddin Anwar yang ditemui di kantornya, Jl. Lanto Daeng Pasewang, menjelaskan, puluhan mahasiswa UMI itu benar-benar menjadi dewa penyelamat. Persediaan stok darah di PMI sedang menipis. Tetapi tiba-tiba mereka melakukan aksi donor darah. Darah yang mereka sumbangkan itulah yang bisa menyelamatkan puluhan jiwa orang yang sedang kritis di rumah sakit.  

“Ada beberapa ibu melahirkan mengalami perdarahan. Ada pula seorang pasien dari Maluku, menderita tumor dan harus dioperasi di RS Wahiddin Sudirohusodo. Kemudian ada pula kasus-kasus lainnya, termasuk pasien cuci darah yang harus segera membutuhkan bantuan darah. Semua permintaan itu, alhamdulillah dapat dilayani PMI berkat sumbangan darah dari mahasiswa UMI,” kata Kamaruddin Anwar.

Menurutnya, setiap harinya PMI Makassar mensuplai rata-rata 120 kantong darah ke rumah-rumah sakit di Makassar. Ini masih bisa dipenuhi di luar bulan Ramadan karena banyaknya donor darah sukarela. Tetapi, setiap tahunnya di bulan Ramadan adalah masa paceklik stok darah di PMI. Bukan saja dialami PMI Makassar, tetapi juga selalu dialami PMI di seluruh Indonesia. Setiap bulan Ramadan stok darah di PMI menipis. Sementara kegiatan operasi di rumah sakit yang membutuhkan darah tidak bisa ditunda.

Stok darah di PMI menipis pada bulan puasa disebabkan karena para pendonor lestari sedang berpuasa sebulan penuh. Data donasi di seluruh Indonesia menunjukkan, setiap bulan puasa terjadi penurunan stok darah di PMI sebesar 50-60 persen. Tahun 2010, stok darah turun dari 182.594 kantong darah per bulan menjadi 100.427 kantong darah selama puasa. Di tahun 2011, justru hanya meningkat sekitar lima persen.

“Setiap bulan Ramadan, orang yang mendonorkan darah berkuragn sampai dengan 75 persen dari bulan-bulan biasa. Sudah untung kalau ada dua tiga orang yang datang mendonorkan darahnya di PMI setiap hari. Kelangkaan darah biasanya pada minggu terakhir bulan puasa.

Penyebabnya, pendonor banyak yang mudik atau bepergian. Makanya, biasanya kegiatan operasi yang tidak mendesak di rumah sakit bisa ditunda,” kata Kamaruddin Anwar.

Mengutip pernyataan Ketua Umum PMIPusat, Jusuf Kalla, ia mengatakan, kebutuhan darah selama satu tahun di Indonesia mencapai 4,8 juta kantong darah. Dari jumlah itu, PMI hanya mampu memenuhi 3 juta kantong darah per tahun. Makanya, PMI selalu menggalakkan donor darah. Apalagi, secanggih apapun perkembangan teknologi sekarang, belum ada yang mampu memproduksi darah manusia kecuali diperoleh hanya melalui donor.

Donor di Masjid
Kegiatan donor darah dari mahasiswa UMI, ternyata menjadi inspirasi petugas UDD PMI Makassar. Untuk memenuhi permintaan darah, seminggu kemudian digelarlah aksi donor darah setiap malam di Masjid Al Markaz Al Islami. PMI mendirikan tenda di pelataran masjid yang dibangun almarhum Jenderal M Jusuf itu. Donor darah dilakukan setelah salat magrib dan salat tarawih.

Ternyata peminatnya cukup lumayan. Setelah berbuka puasa dan salat magrib, jamaah langsung mendonorkan darahnya. Setiap malam PMI berhasil memperoleh rata-rata  25 kantong darah segar. Menariknya, rata-rata yang mendonorkan darahnya itu adalah kaum muda dan pendonor pemula.

“Selesai salat magrib saya lihat banyak orang berkerumum di sekitar tenda. Setelah saya mampir, ternyata orang menyumbangkan darah.  Sayapun ingin coba-coba. Alhamdulillah, tidak mempengaruhi kondisi fisik saya. Malahan badan saya terasa ringan. Ya, semoga mendapat fahala dari Allah,” kata Sabri.

Lelaki berusia 22 tahun itu adalah warga Jl. Sunu. Ia juga tercatat sebagai pendonor pemula. Ia pun berharap, darah golongan O yang disumbangkannya itu bisa bermanfaat untuk orang lain yang membutuhkannya.

Seorang jamaah lainnya, Farid Said juga berminat untuk ikut mendonorkan darahnya. Setelah melalui pemeriksaan, ia memenuhi syarat untuk donor. Tetapi petugas UDD PMI menolaknya. Ternyata golongan darah dosen Akademi Pariwisata (Akpar) Makassar itu memiliki golongan darah yang langka. Ia memiliki golongan darah O rhesus negatif.

“Maaf, nanti lain kali saja Anda donor. Nanti kami akan menghubungi Anda bila ada pasien yang memebutuhkan golongan darah O rhesus negatif. Sebab, ini golongan darah Anda termasuk langka,” kata Suster Eta, petugas UDD PMI Makassar.   

Menurutnya, golongan darah O rhesus negatif hanya bisa disumbangkan kepada pasien yang bergolongan O rhesus negatif pula. Di Makassar dan kota-kota lainnya di Indonesia sangat sedikit orang yang memiliki golongan darah seperti itu. Dari sekitar 3 juta penduduk Kota Makassar, baru ditemukan 27 orang yang memiliki golongan darah rhesus negatif. Itulah sebabnya, Farid ditolak untuk mendonorkan darahnya.

Kegiatan donor darah mahasiswa UMI dan di Masjid Al Markaz Al Islami membuat petugas UDD PMI Makassar lega. Barulah tahun ini, permintaan darah di bulan Ramadan bisa terpenuhi. Padahal sebelumnya, petugas PMI selalu kalang kabut untuk mencari pendonor.

“Sepanjang sejarah barulah di bulan Ramadan tahun ini PMI dapat memenuhi permintaan kebutuhan darah di rumah-rumah sakit. Mahasiswa dan jamaah Masjid Al Markaz Al Islami telah menyelamatkan banyak jiwa di bulan Ramadan ini. Semoga Allah memberikan pahala yang setimpal,” kata Kamaruddin Anwar.   

Mahasiswa UMI Makassar telah mendobrak mitos donor darah di bulan Ramadan. Mereka telah menyelamatkan puluhan jiwa yang kritis. Darah adalah hidup untuk pasien yang membutuhkan. Mari berdonor darah dalam keadaan “sulit darah” untuk menyelamatkan jiwa orang lain.

*Tasman Banto adalah jurnalis Tribun Timur dan tinggal di Makassar, Sulsel

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved