Tribunners / Citizen Journalism
Suka-Duka Relawan BPJS Kesehatan di Palu
Sebagian masyarakat maunya gratis saja sehingga ketika ditagih banyak yang cuma janji untuk bayar iuran BPJS Kesehatan
Editor:
Eko Sutriyanto
Malamnya, usai magrib, ia juga berjanji bertemu peserta binaannya yang tinggal di Perumnas Balaroa.
Semula ia hendak langsung saja, tapi kemudian ia memilih pulang dulu.
Baru tiba di rumah, terjadi gempa dahsyat – sebetulnya gempa hari itu terjadi tiga kali; yang pertama lumayan besar, yang kedua kecil, dan yang terakhir sangat besar.
“Tanah-tanah terbelah, keluar air seperti mendidih. Ada bunyi bum…tembok roboh…. Saya lari saja. Semua kotor terkena lumpur. Tas yang berisi berkas-berkas BPJS Kesehatan hilang,” katanya.
Rahmi mengaku bersyukur tak jadi ke Balaroa, kampung itu amblas ditelan likuifaksi.
Lain lagi pengalaman Ulfa dari Tatura Utara. Hari itu ia baru pulang dari berkunjung ke peserta JKN-KIS.
Karena hari sudah sore, ia langsung pergi mandi. Namun tiba-tiba terjadi gempa.
“Saya lari keluar telanjang bulat,” kisah ibu muda ini.
Walau dalam suasana haru, namun kisah Ulfa ini tak pelak mengundang tawa yang hadir.
Ulfa pun menutup mukanya. Untung ada adik laki-lakinya yang segera memberinya pakaian.
Adapun Fatimah dari Talise bercerita, hari itu ia ada janji dengan peserta binaannya untuk bertemu habis magrib.
“Mau bayar iuran. Tapi kini orangnya sudah tidak ada. Kena tsunami,” katanya.
Kader lain, Masita, hari itu, saat gempa terjadi, sedang bertugas berkunjung ke peserta binaannya.
“Lalu, saya ingat dengan bayi saya yang masih menyusui di rumah,” katanya.
Dengan sepeda motor, ia bergegas pulang. Namun gempa yang terus berulang membuatnya terjatuh lagi, terjatuh lagi. Ia tak surut langkah.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.