Rabu, 8 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Kolom Priyambodo RH

In Memoriam: Jakob Oetama Sang Guru Jurnalisme

“Jadi guru dan wartawan itu sama. Tugasnya mendidik. Guru di ruang kelas kecil. Wartawan mendidik masyarakat luas, kelasnya besar.

Editor: Achmad Subechi
Istimewa
Jakob Oetama bersama penulis, Priyambodo RH. 

Saat mendapat tugas menjadi wartawan Istana Kepresidenan RI pada 1980-an, Parni mengenang, sering bertemu, berdiskusi sekaligus belajar langsung dari Pak Jakob.

Apalagi, Pak Jakob pergaulannya luas, termasuk dikenal dekat dengan Presiden Soeharto.

Bahkan, para calon Presiden RI setelah Soeharto, yang akan mengikuti Pemiliah Umum Presiden tercatat sempat beraudiensi ke ruang kerja Jakob Oetama di Gedung Kompas, Jalan Palmerah, Jakarta.

“Pak Jakob Oetama adalah mata air keutamaan bagi kepentingan sesama. Pendiri Kompas, tokoh pers, guru besar, dan mata air keutamaan pula bagi seluruh wartawan Indonesia,” demkian komentar Parni Hadi, yang juga Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) pada 2005-2010.

Pergaulan luas Pak Jakob pernah disampaikan pula ke sejumlah pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat yang ditemui di ruang kerjanya.

“Wartawan sejatinya harus luwes bertemu siapa pun. Menghormati dan santun kepada orang lain menjadi watak kita, termasuk kewajiban menjalani profesi.”

Oleh karena itu, ia mendapat banyak penghargaan atas prestasi maupun perilakunya. Bintang Mahaputera Utama (1973), Doktor Kehormatan (honoris causa) dari Universitas Gajah Mada (UGM) 2003, dan “The Order of The Rising Sun.

Gold Rays with Neck Ribbon dari Kaisar Jepang (2010) adalah segelintir pengakuan untuknya dari berbagai kalangan di Indonesia maupun dunia.

Nasib wartawan, terutama menyangkut kesejahteraannya, juga menjadi perhatian serius Pak Jakob. Bukan hanya untuk karyawannya di kelompok Kompas Gramedia hingga Hotel Santika, namun kesejahteraan wartawan Indonesia.

Akhir tahun 2008 sejumlah pengurus pusat PWI berdiskusi di ruang kerja Pak Jakob. Saat itu PWI Pusat baru saja berganti kepengurusan untuk masa bakti 2008 hingga 2013.

Ia sangat antusias mengetahui PWI akan menyelenggarakan kembali Anugerah Jurnalistik Adinegoro. Saat itu hadir pula Astrid Adinegoro Suryo, putri bungsu tokoh perintis pers RI Adinegoro (1904-1967).

Saat mendengar setiap pemenang kategori lomba Anugerah Adinegoro akan mendapat hadiah piagam, trofi, dan uang senilai Rp50 juta, senyum pun langsung terkembang di bibir Pak Jakob.

Ia pun tampak gembira akan ada pemenang kategori karya jurnalistik pers cetak, radio, dan televisi. Hadiah uang diusulkan untuk pembiayaan liputan khusus masing-masing pemenang.

“Hadiah uangnya jangan ada ketentuan macam-macam. Diberikan utuh saja, dan saya bantu. Saya gembira karena kapan lagi ada wartawan mendadak jadi jutawan atas jerih payahnya?,” ujar Pak Jakob kala itu.

Dunia pendidikan dan pelatihan bagi wartawan juga menjadi fokusnya, terutama saat bersama Djafar Husin Assegaff (1932-2013) dan Tribuana Said menyiapkan yayasan pendidikan sesuai mandat Sidang PlenoDewan Pers di Denpasar, Bali, pada 1985.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved