Tribunners / Citizen Journalism
Dari Eksploitasi ke Kedaulatan: Misi Baru Pengelolaan Sumber Daya Nasional di Era Prabowo
Prabowo sita smelter ilegal di Bangka Belitung. Timah dan tanah jarang jadi simbol kedaulatan ekonomi Indonesia.
Trubus Rahardiansah
Pakar kebijakan publik Universitas Trisakti
Profil Singkat Trubus Rahardiansah
- Nama lengkap: Dr. Drs. Trubus Rahardiansah, M.S., S.H., M.H.
- Tanggal lahir: 12 Januari 1969
Pendidikan:
- S1 Ilmu Hukum – Universitas Gadjah Mada (1994)
- S2 Ilmu Hukum – Universitas Indonesia (2012)
- S3 Ilmu Hukum – Universitas Trisakti (2015)
Jabatan: Lektor Kepala di Fakultas Hukum Universitas Trisakti
Trubus dikenal luas sebagai pengamat kebijakan publik yang aktif mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah, termasuk program Tapera dan isu flexing pejabat.
Ia sering tampil di media sebagai narasumber dalam isu-isu hukum, tata kelola pemerintahan, dan kebijakan sosial
TRIBUNNEWS.COM - Bangka Belitung menyimpan harta karun strategis yang menjadi incaran dunia: timah dan logam tanah jarang (rare earth elements). Namun di mata Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, kekayaan itu bukan sekadar komoditas ekspor, melainkan sumber kedaulatan ekonomi yang harus dikelola untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat—sebagaimana amanat Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.
Kunjungan Prabowo ke Bangka Belitung pada 6 Oktober 2025 menjadi momen penting dalam reposisi kebijakan sumber daya alam Indonesia. Di hadapan aparat penegak hukum, TNI, dan masyarakat, Presiden menyaksikan penyitaan enam smelter ilegal yang terlibat praktik tambang tanpa izin di kawasan PT Timah. Nilai aset yang disita diperkirakan mencapai Rp6–7 triliun, sementara potensi kerugian negara akibat praktik ilegal tersebut mencapai Rp300 triliun.
Dari lokasi itu, ditemukan tumpukan ingot timah dan tanah jarang jenis monasit. Nilainya fantastis: satu ton monasit bisa mencapai 200 ribu dolar AS, dengan total temuan mendekati 40 ribu ton. Jika dikonversi, potensi yang diselamatkan dari monasit saja dapat mencapai Rp128 triliun. Angka itu sebagian dari keseluruhan kerugian negara yang dikatakan Prabowo mencapai Rp300 triliun tadi.
Tanah Jarang dan Logika Geopolitik Baru
Lebih dari 91 persen cadangan timah Indonesia berada di Bangka Belitung, tersebar di hampir 500 lokasi tambang. Tak hanya itu, sekitar 95 persen potensi logam tanah jarang nasional—neodymium, cerium, dan lanthanum—juga tersimpan di wilayah ini.
Kedua mineral tersebut merupakan “emas baru” dunia modern. Timah adalah bahan utama untuk solder pada komponen elektronik dan kendaraan listrik. Sementara tanah jarang menjadi bahan baku magnet permanen untuk turbin angin, baterai, perangkat medis, bahkan sistem pertahanan. Dalam logika geopolitik global, siapa yang menguasai rantai pasok mineral strategis seperti ini akan menguasai arah teknologi masa depan.
Indonesia, melalui langkah-langkah penegakan hukum yang kini digerakkan, tampak berusaha memastikan bahwa kekayaan tersebut tidak jatuh ke tangan asing atau diperdagangkan secara ilegal. Sebagaimana beberapa kali ditegaskan Prabowo, “Semua harus dikuasai negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk rakyat.”
Dari Eksploitasi ke Tata Kelola Berdaulat
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Menteri Hukum Sebut Tak Ada Peran Prabowo dalam Rekonsiliasi PPP Mardiono-Agus |
![]() |
---|
Jokowi Temui Prabowo di Kertanegara, Pengamat: Tebak Buah Manggis, Bantah Isu Keretakan Hubungan |
![]() |
---|
Jokowi Temui Prabowo, PDIP Singgung "Cawe-cawe" |
![]() |
---|
Jokowi Temui Presiden di Kertanegara, Demokrat: SBY Juga Beberapa Kali Bertemu Prabowo |
![]() |
---|
Pasal 33 Ditegakkan, Prabowo Tegaskan Pemerintah Serius Basmi Penyelundupan dan Tambang Ilegal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.