Selasa, 14 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Urgensi Regenerasi PKB dan Cak Imin ketum PBNU

Pilpres 2019 tahun lalu menjadi saksi mata, PKB menunjukkan laju yang pesat, terus merangsek menuju peringkat "klasemen" tiga besar.

Editor: Husein Sanusi
Istimewa
KH. Imam Jazuli, Lc. MA, Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon. 

Muhaimin Iskandar sudah cukup lama memimpin PKB, terhitung sejak tahun 2000 sudah menjadi sekjen, kemudian menjadi ketum PKB dimasa Gus dur dan pasca Muktamar Luar Biasa (MLB) 2008 di Ancol, yang membuat kubu Gus Dur tereliminir, bahkan bisa dikatakan tidak ada dinamika renegerasi di PKB selama 20 tahun, Jika cak imin berkehendak mungkin bisa saja memimpin PKB seumur Hidup.

Regenerasi sangat penting. Setidaknya demi kehadiran sosok baru, pemimpin baru, yang mampu mempererat kembali hubungan PKB-PBNU. Ironis melihat PKB hanya meraih 13 juta suara, sementara warga NU sekitar 100 juta lebih. Data ini menunjukkan betapa tugas mensinergikan PKB-NU sangat penting dan strategis.

Pergantian kepemimpinan di tubuh PKB, misalnya, dapat menghadirkan kader terbaiknya hari ini, harus kita akui di PKB bertabur kader Brilian yang layak meneruskan kepemimpinan cak Imin, semisal Gus Yusuf Khudori (Ketua dpw PKB Jateng), Saeful Huda (Ketua DPW PKB Jabar) Abdul Halim Iskandar (Ketua DPW PKB Jatim), atau Gus Yaqut (Menteri Agama) juga sangat strategis. Prestasinya di Kemenag belakangan ini sangat tampak.

Baru kali ini, pluralisme dan keragaman beragama betul-betul terasa. Halaman-halaman website Kemenag mulai berwarna-warni, mencerminkan nilai-nilai Pancasila dan NKRI terwujud dalam laku.

Beberapa kasus belakangan, Hindu dan Buddha Nusantara telah didukung oleh Kemenag untuk menjadi teladan bagi seluruh dunia. Kita teringat pada sejarah kejayaan Sriwijaya, saat dunia belajar ilmu dan menimba kebijaksanaan dari negeri kita. Tidak mengherankan tiap hari media mainstream selalu menyoroti sepak terjang gus Yaqut, tentu popularitasnya tidak disangsikan lagi.

Jika kader terbaik cak Imin jadi ketum PKB pasti akan berdampak pada konsolidasi seluruh elemen dan variabel dalam tubuh warga Nahdliyyin itu sendiri. Apalagi jika berdampingan dengan Yeni Wahid sebagai Sekretaris Jenderal DPP PKB. Pemulihan sejarah luka di masa silam akan berakhir indah.

Kembalinya keluarga Gus Dur ke PKB akan membuat polarisasi di dua kubu pendukung PKB akan berakhir. Kekecewaan sebagian warga NU pada PKB juga akan tamat. NU-PKB akan menyatu kembali seperti sediakala.

Harmoni NU-PKB ini peluang bagi PKB menggeser dominasi partai-partai nasionalis di klasemen tiga besar. Ketika menjabat Ketum PBNU, bukan mustahil Cak Imin bisa bersaing merebut kursi RI 1 atau cak Imin cukup memposiskan diri sebagai Play Maker dan menyerahkan Capres kepada kader terbaik partai, justru itu lebih elegan. Sebaliknya, ambisi cak Imin menjadi RI 1 atau RI 2 dengan bermodal Ketum PKB, itu sangat berat, hal itu Terbuktikan dalam 2 pemilu sebelumnya,

Alhasil, sinergi PKB dan PBNU di 2024 nanti, sepenuhnya, demi kepentingan politik kekuasaan. Mengoptimalisasi SDM Nahdliyin yang berlimpah, dan memberikan ruang untuk berdarmabakti pada bangsa di jajaran pemerintahan.

Kita butuh melihat sejarah baru, dimana PBNU dipimpin politisi ulung, dan PKB tidak terpolarisasi. Dan sudah saatnya menggaungkan NU=PKB dan PKB=NU. Itu harga mati! Wallahu a'lam bishawab.

*Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved